Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 24 Juni 2025
* Ratusan Warga dan Orang Asing Terluka Berbondong-bondong Tinggalkan Gaza

Buntut Serangan Houthi, Israel Kerahkan Kapal Rudal ke Laut Merah

* Mesir Tolak Tampung Penduduk Gaza
Redaksi - Kamis, 02 November 2023 09:08 WIB
303 view
Buntut Serangan Houthi, Israel Kerahkan Kapal Rudal ke Laut Merah
(Foto: AFP/Getty Images/Mohammed Abed)
TINGGALKAN PALESTINA: Beberapa warga dengan membawa anak-anak meninggalkan Palestina yang dilanda perang, Rabu (1/11) di terminal yang memisahkan Mesir dan Gaza ketika penyeberangan Rafah ke Mesir dibuka untuk pertama kalinya sejak serangan Hamas
Tel Aviv (SIB)
Militer Israel mengerahkan sejumlah kapal rudal ke perairan Laut Merah sebagai bala bantuan. Pengerahan ini dilakukan sehari setelah kelompok pemberontak Houthi di Yaman mengklaim telah meluncurkan serangan rudal dan drone terhadap wilayah Israel, serta bersumpah akan melancarkan lebih banyak serangan.
Seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (1/11), sejumlah foto yang dipublikasikan oleh militer Israel menunjukkan sejumlah kapal korvet kelas Saar berpatroli di dekat pelabuhan Eilat di Laut Merah pada Rabu (1/11) waktu setempat.
Laut Merah dianggap oleh Israel sebagai front baru, ketika perang di Jalur Gaza memicu serangan balasan dari kelompok-kelompok pro-Hamas yang beraliansi dengan Iran di wilayah lainnya.
Houthi, dalam pernyataan pada Selasa (31/10) waktu setempat, menyatakan pihaknya telah melancarkan tiga serangan drone dan rudal ke wilayah Israel sejak dimulainya perang antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Houthi bahkan menjanjikan akan ada lebih banyak serangan serupa yang akan datang 'untuk membantu Palestina meraih kemenangan'.
Dalam serangan terbaru pada dini hari, militer Israel mengklaim pasukannya telah mencegat 'ancaman udara' di Laut Merah.
Penasihat keamanan nasional Israel, Tzachi Hanegbi, dalam pernyataan pada Selasa (31/10) waktu setempat menyebut, serangan Houthi tidka bisa ditoleransi, namun dia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut ketika ditanya soal bagaimana Israel akan menanggapinya.
Houthi merupakan bagian dari aliansi regional yang beraliansi dengan Iran dan memusuhi Israel dan Amerika Serikat (AS). Terdapat juga Hizbullah dari Lebanon dan milisi-milisi lainnya yang didukung Iran di Irak.
Kelompok Houthi menguasai sebagian besar wilayah Yaman, termasuk ibu kota Sanaa, yang berjarak sekitar 1.600 kilometer jauhnya dari Israel.
Rudal dan drone yang diluncurkan ke wilayah Israel dari area Laut Merah sejak 7 Oktober, telah ditembak jatuh atau gagal mencapai target.
Dalam insiden pada 27 Oktober lalu, Israel menuding Houthi berada di balik serangan drone yang memicu ledakan di dua kota Mesir yang ada di tepi Laut Merah, dan menuduh serangan itu sebenarnya dimaksudkan untuk menyerang Israel.



Tinggalkan Gaza
Sementara itu, ratusan warga Gaza dan warga asing yang terluka berbondong-bondong memasuki perbatasan dengan Mesir pada hari Rabu (1/11). Ini terjadi di saat perang dahsyat antara Hamas dan Israel telah berlangsung selama lebih dari tiga minggu.
Foto-foto AFP menunjukkan keluarga-keluarga membawa barang-barang mereka, dan beberapa orang yang terluka di kursi roda, serta ambulans memasuki gerbang yang dijaga ketat di perbatasan Rafah - satu-satunya perlintasan yang tidak dikendalikan oleh Israel.
"Kami kewalahan... Kasihanilah kami. Kami orang Mesir dan tidak bisa menyeberang ke negara kami," kata Umm Yussef, seorang warga negara Palestina-Mesir, kepada AFP di sisi Gaza.
"Biarkan kami masuk. Kami kelelahan. Kami tidak bisa tidur atau makan," imbuhnya, dikutip kantor berita AFP, Rabu (1/11).
Pemerintah Mesir mengumumkan bahwa orang-orang yang terluka, orang asing, dan berkewarganegaraan ganda dapat meninggalkan Gaza, yang telah mengalami gempuran tanpa henti selama berminggu-minggu oleh Israel.


Baca Juga:


Menolak
Draf proposal masa perang dari Kementerian Intelijen Israel mengungkapkan rencana memindahkan 2,3 juta penduduk Jalur Gaza ke Semenanjung Sinai di Mesir. Perdana Menteri (PM) Mesir Mostafa Madbouly menolak rencana tersebut.
Madbouly bahkan memberikan reaksi keras dengan mengatakan negaranya siap 'mengorbankan jutaan nyawa' demi Semenanjung Sinai.
"Mesir tidak akan pernah membiarkan apa pun dipaksakan," tegas Madbouly dalam pernyataannya, seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (1/11).
Dia menegaskan bahwa persoalan regional tidak akan diselesaikan dengan 'mengorbankan' negara.
Pernyataan Madbouly itu disampaikan dalam pidatonya saat berkunjung ke wilayah al-Arish, Sinai bagian utara. Dia didampingi ratusan pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat dalam kunjungan itu.
Laporan soal proposal intelijen Israel itu menuai kecaman dari Palestina dan memperburuk ketegangan dengan Mesir. Namun, kantor PM Israel Benjamin Netanyahu menjelaskan bahwa proposal itu hanyalah uji hipotesis belaka.
Namun proposal itu memperdalam ketakutan Mesir sejak lama, bahwa Israel ingin menjadikan Gaza sebagai masalah Mesir. Di sisi lain, proposal Israel itu juga membangkitkan kembali kenangan warga Palestina akan trauma terbesar mereka, yaitu perginya ratusan ribu orang yang melarikan diri atau terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka selama pertempuran yang menyelimuti terbentuknya negara Israel tahun 1948 silam.
Krisis kemanusiaan terbaru muncul di Jalur Gaza yang terus digempur militer Israel selama tiga pekan terakhir. Serangan udara Israel itu bertujuan membalas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 1.400 orang.
Laporan otoritas kesehatan Gaza menyebut lebih dari 8.500 orang, yang dua pertiganya adalah wanita dan anak-anak, tewas akibat gempuran Israel sejauh ini.
Dokumen proposal Israel yang direspons Mesir itu bertanggal 13 Oktober, atau enam hari setelah Hamas melancarkan serangan mengejutkan. Proposal itu pertama kali dipublikasikan oleh situs berita lokal bernama Sicha Mekomit.
Kementerian Intelijen Israel -- sebuah kementerian junior -- melakukan penelitian, namun tidak menetapkan kebijakan.


Baca Juga:


Jadi Ancaman
Serangan Hamas ke Israel menjadi ancaman paling signifikan bagi Amerika Serikat sejak kebangkitan ISIS hampir satu dekade lalu, kata Direktur FBI Christopher Wray dalam sidang dengar pendapat di Kongres AS, Selasa (31/10) waktu setempat. Wray mengatakan bahwa sejak dimulainya konflik Israel-Hamas di Gaza awal bulan ini, beberapa kelompok telah menyerukan serangan-serangan terhadap Amerika dan Barat, meningkatkan ancaman yang ditimbulkan oleh para kelompok di dalam negeri Amerika.
"Tindakan Hamas dan sekutunya akan menjadi inspirasi yang belum pernah kita lihat sejak ISIS meluncurkan apa yang mereka sebut sebagai kekhalifahan beberapa tahun yang lalu," kata Wray. Pernyataan tersebut disampaikan dalam sidang dengar pendapat di hadapan Komite Urusan Keamanan Dalam Negeri dan Pemerintahan Senat AS yang berfokus pada ancaman-ancaman terhadap Amerika Serikat.
Pemerintah AS telah melihat adanya peningkatan ancaman terhadap warga Yahudi, Muslim dan Arab-Amerika sejak pertempuran meletus di Gaza. Dilansir dari laporan Reuters, Rabu (1/11), jumlah serangan terhadap pangkalan militer AS di luar negeri oleh kelompok-kelompok yang didukung Iran telah meningkat bulan ini, kata Wray. "Serangan siber terhadap Amerika Serikat oleh Iran dan aktor-aktor non-negara kemungkinan akan memburuk jika konflik meluas," katanya.
Dalam sidang tersebut, Menteri Keamanan Dalam Negeri Alejandro Mayorkas mengatakan bahwa kebencian terhadap para pelajar Yahudi di Amerika Serikat setelah dimulainya konflik Israel-Palestina di Gaza telah menambah peningkatan anti-semitisme. Gedung Putih menyatakan kekhawatirannya minggu ini atas laporan-laporan insiden anti-Yahudi di universitas-universitas di Amerika Serikat, karena ketegangan yang terjadi telah mendorong para pejabat universitas untuk memperketat keamanan.
Pada pertemuan ransomware yang diselenggarakan oleh Gedung Putih, Selasa (31/10), Jaksa Agung AS Merrick Garland mengatakan bahwa ia telah mengarahkan Kementerian Kehakiman untuk membantu para penyelidik Israel menyelidiki aliran keuangan Hamas, termasuk yang melibatkan mata uang kripto. (**)



SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru