Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 07 Agustus 2025

"Bukan Usu Buntu!" Jerit Keluarga Kristoper, Bocah yang Diduga Tewas Akibat Dibully Kakak Kelas di Riau

Redaksi - Kamis, 07 Agustus 2025 13:02 WIB
179 view
"Bukan Usu Buntu!" Jerit Keluarga Kristoper, Bocah yang Diduga Tewas Akibat Dibully Kakak Kelas di Riau
Ist/SNN
Suasana haru waktu jenazah korban disemayamkan di rumah duka.
Riau(harianSIB.com)

Duka mendalam masih menyelimuti keluarga Kristoper Butarbutar, siswa kelas 2 SD berusia 8 tahun di Riau yang meninggal dunia pada Mei 2025. Pihak keluarga meyakini Kristoper adalah korban perundungan (bullying) bermotif diskriminasi oleh kakak kelasnya, namun Kepolisian Daerah Riau merilis hasil autopsi yang menyatakan penyebab kematian adalah pecahnya usus buntu.

Keluarga dengan tegas menolak hasil autopsi tersebut dan menuntut keadilan bagi putra mereka. Mereka menduga ada upaya untuk mengaburkan fakta sebenarnya di balik kematian tragis Kristoper.

Baca Juga:

"Sebelum kejadian, anak saya sehat! Keterangan polisi tidak masuk akal dan tidak kami terima. Saya saksi kunci anak itu. Anak kita sudah meninggal, kasus ditutup. Sangat-sangat kejam!" tegas Gimson Butarbutar, ayah almarhum Kristoper, dengan suara bergetar menahan duka dan amarah, beberapa waktu lalu, yang kemudian dikutip harianSIB.com, Kamis 7/8/2025).

Menurut penuturan Gimson, rentetan peristiwa nahas ini dimulai pada pertengahan Mei 2025. Kristoper pulang ke rumah mengeluhkan sakit di bagian perut setelah diduga dipukul oleh beberapa siswa di belakang sekolah. Keluarga menuding perlakuan ini didasari oleh diskriminasi suku dan agama yang dialami Kristoper.

Baca Juga:

Beberapa hari kemudian, pada 19 Mei, Kristoper kembali pulang sambil menangis karena ban sepedanya digembosi oleh kakak kelas. Pada malam harinya, ia mulai mengalami demam tinggi yang tak kunjung turun. Kondisi kesehatannya menurun drastis hingga akhirnya ia menghembuskan napas terakhir.

Gimson Butarbutar berpendapat bahwa penyakit yang diderita anaknya bukan usus buntu biasa. "Yang namanya usus buntu itu tidak ada jaraknya lima hari. Tapi kalau pembuluh darah yang pecah akibat pemukulan ataupun perundungan tadi di sekolah, bisa-bisa mungkin pembuluh darah tadi bengkak, akhirnya pecah," ujarnya, mencoba menghubungkan dugaan kekerasan dengan kondisi fatal yang menimpa anaknya.

Editor
: Bantors Sihombing
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru