Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 09 Agustus 2025

"Bukan Usu Buntu!" Jerit Keluarga Kristoper, Bocah yang Diduga Tewas Akibat Dibully Kakak Kelas di Riau

Redaksi - Kamis, 07 Agustus 2025 13:02 WIB
485 view
"Bukan Usu Buntu!" Jerit Keluarga Kristoper, Bocah yang Diduga Tewas Akibat Dibully Kakak Kelas di Riau
Ist/SNN
Suasana haru waktu jenazah korban disemayamkan di rumah duka.
Riau(harianSIB.com)

Duka mendalam masih menyelimuti keluarga Kristoper Butarbutar, siswa kelas 2 SD berusia 8 tahun di Riau yang meninggal dunia pada Mei 2025. Pihak keluarga meyakini Kristoper adalah korban perundungan (bullying) bermotif diskriminasi oleh kakak kelasnya, namun Kepolisian Daerah Riau merilis hasil autopsi yang menyatakan penyebab kematian adalah pecahnya usus buntu.

Keluarga dengan tegas menolak hasil autopsi tersebut dan menuntut keadilan bagi putra mereka. Mereka menduga ada upaya untuk mengaburkan fakta sebenarnya di balik kematian tragis Kristoper.

Baca Juga:

"Sebelum kejadian, anak saya sehat! Keterangan polisi tidak masuk akal dan tidak kami terima. Saya saksi kunci anak itu. Anak kita sudah meninggal, kasus ditutup. Sangat-sangat kejam!" tegas Gimson Butarbutar, ayah almarhum Kristoper, dengan suara bergetar menahan duka dan amarah, beberapa waktu lalu, yang kemudian dikutip harianSIB.com, Kamis 7/8/2025).

Menurut penuturan Gimson, rentetan peristiwa nahas ini dimulai pada pertengahan Mei 2025. Kristoper pulang ke rumah mengeluhkan sakit di bagian perut setelah diduga dipukul oleh beberapa siswa di belakang sekolah. Keluarga menuding perlakuan ini didasari oleh diskriminasi suku dan agama yang dialami Kristoper.

Baca Juga:

Beberapa hari kemudian, pada 19 Mei, Kristoper kembali pulang sambil menangis karena ban sepedanya digembosi oleh kakak kelas. Pada malam harinya, ia mulai mengalami demam tinggi yang tak kunjung turun. Kondisi kesehatannya menurun drastis hingga akhirnya ia menghembuskan napas terakhir.

Gimson Butarbutar berpendapat bahwa penyakit yang diderita anaknya bukan usus buntu biasa. "Yang namanya usus buntu itu tidak ada jaraknya lima hari. Tapi kalau pembuluh darah yang pecah akibat pemukulan ataupun perundungan tadi di sekolah, bisa-bisa mungkin pembuluh darah tadi bengkak, akhirnya pecah," ujarnya, mencoba menghubungkan dugaan kekerasan dengan kondisi fatal yang menimpa anaknya.


Hasil Autopsi dan Respons Keluarga

Pada 4 Juni 2025, Polda Riau mengumumkan hasil autopsi jenazah Kristoper. Dokter forensik Polda Riau, AKBP Supriyono, menjelaskan bahwa penyebab kematian adalah infeksi sistemik akibat peritonitis (radang selaput perut) yang disebabkan oleh pecahnya usus buntu.

"Kami menyimpulkan bahwa sebab mati pada mayat ini adalah akibat infeksi sistemik yang diakibatkan oleh infeksi yang luas dalam rongga perut dari pecahnya usus buntu atau appendix," jelas AKBP Supriyono.

Pihak kepolisian membenarkan adanya luka memar akibat kekerasan tumpul pada tubuh korban, namun menyatakan masih mendalami kaitan antara luka tersebut dengan penyebab kematian utama. Sebanyak 22 saksi telah diperiksa dalam kasus ini.

Namun, bagi keluarga Butarbutar, penjelasan tersebut adalah sebuah kejanggalan yang tidak dapat diterima. Mereka meyakini bahwa narasi "usus buntu" merupakan upaya untuk menutup-nutupi kasus perundungan yang mereka yakini menjadi pemicu utama kematian Kristoper.

Seruan Keadilan Menggema

Kisah Kristoper dengan cepat menyebar dan menarik simpati luas di media sosial. Tagar JusticeForKristoper menggema, menuntut transparansi dan keadilan.

Grace Butarbutar, ibu Kristoper, memohon dukungan publik agar kasus ini diusut tuntas. "Saya minta semua dukungan dari saudara-saudara di manapun berada. Karena sampai sekarang, tidak ada yang namanya adil bagi kami. Tolong dukung kami, biar keadilan atas kepergian anak kami dapat kami rasakan. Biar tidak ada lagi Kris-Kris yang baru ke depannya," ucapnya lirih.

Perjuangan keluarga Butarbutar kini menjadi sorotan publik. Sebuah petisi online telah digalang dan berbagai donasi untuk biaya hukum mulai mengalir. Kasus ini juga dilaporkan telah berada dalam pantauan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Kasus kematian Kristoper Butarbutar kini berada di persimpangan jalan antara laporan resmi medis dan jeritan hati orang tua yang menjadi saksi penderitaan anaknya. Publik menanti langkah selanjutnya dari aparat penegak hukum untuk mengungkap kebenaran di balik tragedi ini dan memastikan keadilan terpenuhi.(**)

Editor
: Bantors Sihombing
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru