Medan (SIB)
Minggu Palma, Minggu (5/4) menandai pembuka pekan suci. Biasanya, sebelum pandemi virus corona mewabah dunia, warga Kristiani berbondong ke gereja. Umat Katolik membawa daun palma untuk diberkati di gereja. “Berkidung di gereja dan di rumah sama saja, yang penting kuasaNya ada pada umat yang percaya,†ujar Lindawani Girsang. Tetapi, politisi perempuan dan pekerja sosial itu mengaku ‘gamang’ tidak berkumpul di gereja. “Kita berkidung di rumah sajalah!â€
Doa-doa dipanjatkan. Kebaktian tetap diikutinya secara online. “Ada yang ‘kurang’ tapi tetap ada makna baik di belakangnya,†ujar Lindawani Girsang.
Hal serupa dirasakan Elisabeth Manurung. Tokoh Katolik dari Gereja Maria Pintu Sorga Sei Agul Medan itu mencoba memahami situasi yang mengharuskannya ikut physical distancing. “Kami tak diperkenan berkumpul, tapi tetap bersorak-sorai seperti yang diterakan di nats Zakharia 9:9,†ujar Ny Antonius Tumanggor itu.
Ia mengaku, Minggu Palma kali ini sebagai satu hal yang luar biasa. “Kami bersuka karena Juru S’lamat memasuki Yerusalem. Biasanya di gereja memuliakanNya tapi #DiRumahAjaBersamaNya adalah sama. Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!â€
Sebelum berkidung dalam Minggu Palma, Elisabeth Manurung berkarya bakti melayani warga di tiga kecamatan di Medan, khususnya konstituen anggota DPRD Medan dari Fraksi Partai NasDem Antonius Tumanggor. Bersama tim besar, ia mengomandoi penyemprotan disinfektan guna mencegah berkembangnya virus corona. “Sebagai pribadi, saya melakukannya memaknai sebagai arak-arakan menyongsong era baru. Jika nanti pandemi berlalu, kita bersorak sorai dalam kemuliaanNya berkumpul bersama lagi tanpa harus physical distancing,†ujarnya.
Meski di rumah merayakan Minggu Palma, Elisabeth Manurung melanjutkan, hatinya seperti berada di rumahNya bahkan seperti berada di Yerusalem. Seperti Lukas 19:37, ia mengaku bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mujizat yang telah dirasakannya. “Iman keyakinan bersama memberi harapan... jika virus corona yang mewabah diibaratkan sebagai badai, ia pasti berlalu!†tutupnya. (R10/f)