Medan (SIB)
Michael Def ingin Revolusi Industri 4.0 di Indonesia mencakup seluruh kehidupan. Tak parsial. Dengan demikian, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa maju. Khusus di industri kreatif yang diharap mendorong pertumbuhan ekonomi, produser yang menjabat pimpinan Komunitas Banteng Muda (KBM) Medan itu berhasrat semua kekayaan eksklusif Tanah Air diglobalisasi dengan mengentalkan nasionalis. “Langkah itu, satu dari sedikit, upaya menjayakan Indonesia di era serba teknologi ini,†ujarnya di Kantor Aplikasi Online Mudigo di Komplesk CBD Polonia Medan, Senin (15/2).
Menurutnya, Revolusi Industri 4.0 mengandalkan komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui pengabungan digital dan internet dengan industri konvensional. “Masuk ke revolusi industri, jangan setengah-setengah. Harus ngebut dan speed endurance,†tambahnya.
Bersama KBM, pria yang pernah berkolaborasi untuk akting Nadine Chandrawinata itu menjaga keseimbangan lingkungan dengan menanam dan merawat pepohonan. Tak hanya menyertakan pemuda tapi remaja dan kelompok milenial. Bersama sejumlah profesional, mengibarkan Aplikasi Online Mudigo, menggandeng warga asli Indonesia. “Kita sedang giat mengangkat kearifan lokal untuk konten global,†papar Def.
Suami Mery Leong dan ayah Moses Def Jr itu optimistis Indonesia dapat memenangi, minimal survive dalam percaturan (baca: kompetisi) internasional. “Ketika pandemi Covid-19 memorakporandakan agenda pembangunan, bersyukur Indonesia siap dengan teknologi. Aplikasi online diisi dengan konten keindonesiaan. Yang mengaku warga NKRI harus pula mendukung,†imbaunya.
Mendukung maksudnya menggunakan. Ia mencontohkan aplikasi online untuk lalu-lintas dan moda transportasi yang ada selama ini, tidak seluruhnya ‘milik’ Indonesia. “Hayo kita menggunakan yang murni Indonesia, bahkan orang Medan seperti Aplikasi Online Mudigo,†tegasnya.
Menurutnya, memenangi persaingan di era Revolusi Industri 4.0, selain harus unggul dalam hal teknologi pun memrioritaskan nasionalisme Indonesia. Konkretnya, gunakan produk dalam negeri. “Dengan demikian, arus devisa tidak boros mengalir ke luar tapi tetap di Indonesia hingga menguatkan rupiah. Cara itu satu dari sejumlah kiat menjayakan tanah Air,†simpulnya. (T/R10/a)
Sumber
: Hariansib edisi cetak