Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 23 Juni 2025

Ketua D’Kopi Indonesia : Indonesia Menuju Krisis Kopi

Redaksi - Jumat, 01 Maret 2024 11:06 WIB
320 view
Ketua D’Kopi Indonesia : Indonesia Menuju Krisis Kopi
Foto: Ist/harianSIB.com
Ketua Dewan Kopi (D’Kopi) Indonesia-Sumatera Utara, Ujiana Sianturi.
Medan (SIB)
Ketua Dewan Kopi (D’Kopi) Indonesia-Sumatera Utara, Ujiana Sianturi, menyesalkan tidakadanya edukasi dari otoritas pada petani kopi yang mengakibatkan “tren” pengalihan budi daya kopi ke tanaman lain.
“Yang masih berlangsung adalah pengalihan ke tanaman jagung. Itu terjadi di daerah sentra kopi yang selama ini dikenal sebagai penghasil kopi unggulan Tanah Air. Seperti di wilayah lingkaran Danau Toba termasuk hingga ke Dairi,” sebutnya di Medan, Kamis (29/2).
“Alhasil, permintaan dunia pada kopi tak dapat dipenuhi Indonesia. Brasil sebagai negara produsen terbanyak di dunia, kopinya pun sedang di kondisi tidak baik-baik saja pasca Covid-19,” tambahnya.
Menurutnya, Indonesia menuju ke tahap krisis kopi. Untuk memenuhi permintaan dalam negeri saja, kurang apalagi untuk pasar luar negeri. “Kondisi itu diperburuk dengan anomali cuaca termasuk El-Nino,” tambahnya.
D’Kopi Indonesia telah maksimal berupaya mencegah alih budi daya tapi masyarakat tetap melakukannya karena menanam jagung misalnya, lebih Ujiana Sianturicepat hasilnya.
Ia mengalkulasikan, penghasilan sebagai sumber pemasukan per kilogram jagung basah Rp3.000 yang di dapat tiga bulan sekali. Padahal dengan kopi minimal butuh dua tahun. Tetapi, 1 hektare untuk tanaman kopi tak lagi menghasilkan 6-7 kwintal biji kopi kering melainkan kelipatannya. Harganya pun tidak Rp 21 ribu per kilogram seperti tahun lalu tapi sudah di kisaran Rp30-an ribu. “D’Kopi Indonesia -Sumut ingin masyarakat jangan menjual gabah karena kopi dapat diolah hingga hasilnya lebih maksimal. Turunan kopi banyak,” terangnya.
Secara global, ujarnya, Indonesia mampu memroduksi kopi dengan varietas lebih unggul yakni sigarar utang. “Jenis kopi arabika yang terakhir adalah sigarar utang. Karakteristik kopi arabika ini adalah memiliki bentuk biji kopi yang jauh lebij besar dibanding ketiga jenis lainnya. Per hektarnya bisa menghasilkan hingga 1500 kg setiap kali panen. Coba bandingkan dengan hasil menanam jagung, jauh lebih menjanjikan, tapi petani tidak teredukasi dengan benar,” simpulnya didampingi pengacara muda Leo Siagian.
Ia memastikan, bila krisis kopi di Indonesia tidak ditangani maksimal, produk dari negar alain akan membanjiri Tanah Air. “Saya berharap, para kepala daerah yang terkenal dengan wilayahnya menghasilkan kopi, untuk mengedukasi warganya. Pertahankan tanaman kopi. Selain dari sisi penguatan ekonomi lebih bagus, juga memertahankan posisi Indonesia sebagai produsen kopi terbaik. Jangan nanti seperti tembakau deli yang hanya tinggal nama,” wanti-wantinya.
Direktur Utama Eksportir Kopi dan Rempah PT Alpha Gemilang Sejahtera itu mengaku, sejak Desember 2023 pihaknya tidak aktif mengurusi kopi sebab fokus perobatan suaminya.
“Saya minta pemakluman publik khususnya masyarakat kopi. Saya pasti kembali aktif sebab urusan rumah sakit sudah hampir klar. Udah proses penyembuhan,” tutup Ketua Asosiasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sumatera Utara tersebut. (**)



Baca Juga:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru