Kairo (SIB)Peristiwa
pembunuhan pemimpin
Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah oleh
Israel ditanggapi secara diam-diam di banyak negara pimpinan
kelompok Sunni. Situasi ini menunjukkan perpecahan antara penduduk yang marah terhadap
Israel, dan pihak yang menormalisasi hubungan dengan
Israel atau yang menentang pelindung Hizbullah, Iran.
Nasrallah sendiri dikenal sebagai pemimpin kelompok bersenjata Syiah yang kuat selama 32 tahun, juga memiliki musuh regional selain Israel dan Barat. Bahkan negara-negara di kawasan Teluk dan Liga Arab menetapkan kelompoknya sebagai "organisasi teroris" pada 2016, tetapi Liga Arab mencabut sebutan tersebut pada awal tahun ini.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan Arab Saudi, yang dikuasai Sunni, pada Minggu (29/9) malam, seperti diberitakan Harian SIB, mereka mengatakan mengikuti perkembangan di Lebanon dengan sangat prihatin, sekaligus mendesak pelestarian kedaulatan dan keamanan regional Lebanon. Namun pernyataan itu tidak menyebutkan nama Nasrallah.
Baca Juga:
Sementara negara-negara yang dikuasai Sunni, yakni
Qatar,
Uni Emirat Arab (UEA) dan
Bahrain, tetap diam atas
pembunuhan Nasrallah. Ini mengingat UEA dan
Bahrain yang telah menormalkan hubungan dengan
Israel pada 2020, bahkan
Bahrain memadamkan pemberontakan pro-demokrasi yang cukup besar oleh komunitas Syiah pada 2011.
Ada pun LuaLua TV, yang pro-Iran, menyiarkan video yang menunjukkan demonstrasi skala kecil sebagai bentuk duka cita untuk Nasrallah. Saluran tersebut juga melaporkan, rezim
Bahrain "menyerang" para demonstran dan menahan beberapa di antaranya.
Baca Juga:
Laman oposisi
Bahrain,
Bahrain Mirror turut melaporkan bahwa kerajaan menahan seorang ulama Syiah karena menyampaikan belasungkawa terhadap Nasrallah. Tetapi, kantor berita Reuters tidak dapat memverifikasi laporan media
Bahrain tersebut.
Mengutip pernyataan dari kantor kepresidenan Mesir, Presiden Abdel Fattah al-Sisi yang berbicara dengan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati melalui telepon mengungkapkan bahwa Mesir menolak setiap pelanggaran terhadap kedaulatan Lebanon – tanpa menyebut nama Nasrallah.
Otoritas Mesir kerap bersikap kritis terhadap Iran dan proksi-proksi mereka di masa lalu, meskipun tetap menjalin kontak informal dengan Iran. Menteri luar negeri (menlu) Mesir pun telah mengadakan pertemuan resmi dengan para pejabat Iran selama setahun terakhir.
Dalam pidato pertama yang disiarkan di televisi sejak
pembunuhan Nasrallah pada Minggu, Sisi mengatakan bahwa kawasan ini sedang mengalami situasi sulit, dan Mesir sedang menangani isu-isu yang ada dengan cara yang dapat melindunginya dan kawasan ini sebaik mungkin, tanpa terseret ke dalam isu-isu yang dapat berdampak pada stabilitas dan keamanan.
Ia juga tidak menyebutkan nama Nasrallah dalam pidatonya. Sedangkan negara-negara lain, seperti Suriah dan Irak telah mengumumkan masa berkabung selama tiga hari. Nama Hassan Nasrallah telah menjadi trending online di banyak negara Arab sejak Sabtu, dan banyak yang berduka atas kepergiannya.
Sheikh Ahmed Bin Hamad al-Khalili, mufti agung negara Teluk Oman, dalam posting-an di X menyampaikan bahwa negaranya "sedih dengan meninggalnya sekretaris jenderal Hizbullah, setelah ia menjadi duri di tenggorokan proyek Zionis selama lebih dari tiga dekade."
Namun, pengguna lain mengkritik Nasrallah, terutama atas intervensi Hizbullah dalam perang saudara Suriah. Bersama dengan dukungan dari Iran dan Rusia, intervensi tersebut pada akhirnya membantu Presiden Bashar al-Assad untuk mendapatkan kembali kendali atas sebagian besar wilayah Suriah dari para pemberontak anti-pemerintah. "Korban Nasrallah di Suriah mencapai ratusan ribu orang, apakah dia layak mendapatkan belas kasihan dari umat Islam?" kata wartawan yang berbasis di Irak, Omar Al-Jmmal, di X.
Wartawan yang berbasis di UEA, Saif alDareei, juga membagikan video dalam postingan di X yang menurutnya menggambarkan "kegembiraan" penduduk di provinsi Idlib, Suriah, setelah berita
pembunuhan Nasrallah. "Hizbullah melakukan apa yang tidak dilakukan oleh orang-orang Yahudi terhadap saudara-saudara kita di Suriah," ujarnya.
Sementara Penyair Arab Saudi Abdul Latif Al-Sheikh mengatakan di X: "Kesombongan (atas
pembunuhan Nasrallah) bukan hanya permusuhan acak, tetapi reaksi alamiah terhadap serangkaian kebijakan dan tindakan kotor yang telah membangkitkan kebencian yang meluas."
Yang lain mencoba menyeimbangkan kritik atas Nasrallah dan
Israel, yang operasi militernya di Gaza dan eskalasi baru-baru ini di Lebanon telah memicu kemarahan yang meluas. "Kegembiraan dan kesombongan saat ini adalah meraih kemenangan bagi musuh, memecah belah bangsa (Arab) dan mengkhianati rakyat Lebanon dan Gaza. Kesampingkan perbedaan Anda dan lupakan Iran, karena ada negara Arab yang dibom setiap jam," ujar pembawa acara TV Mesir Lamis Elhadidi, di X. (**)