Medan (SIB)
Tes GeNose C19 bagi calon penumpang sudah diterapkan di Bandara Kualanamu. Tes ini diyakini sebagai salah satu alternatif tes Covid-19, selain rapid tes antigen dan PCR.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Sumut Destanul Aulia mengatakan, GeNose ini merupakan salah satu alat screening yang dikeluarkan tim inovasi UGM dengan sudah melakukan uji coba secara masif dan sudah mendapatkan izin edar dari Kemenkes.
"Artinya tidak ada lagi keraguan mengenai alat ini karena sudah 90% signifikan dapat memberikan keputusan terhadap status hasil pemeriksaan terhadap Covid-19. GeNose C19 ini perlu kita dukung, karena kita harus bangga buatan dalam negeri," kata Destanul kepada SKM MBA Mec PhD, Selasa (8/6), seperti dilansir harianSIB.com.
Berdasarkan pengamatannya, ada beberapa yang masih menjadi kelemahan dalam GeNose ini antara lain pada proses validasi dan reabilitas yang cenderung lebih cepat karena didorong untuk percepatan sebagai bentuk inovasi bangsa.
Kemudian dengan menggunakan model tiup napas dikhawatirkan penyakit lain dalam pernapasan juga ikut, seperti penyakit pada paru karena susah untuk membedakannya.
Selain itu, biayanya yang lebih murah yaitu sekitar Rp35.000 sehingga mendorong lebih ramai masyarakat untuk memilihnya. Ini, sebutnya, akan menimbulkan kerumunan masyarakat atau sistem antrian yang panjang dan dikhawatirkan akan menularkan Covid-19.
Dengan tes ini sikap masyarakat untuk segera cepat puas untuk tidak terjangkit Covid-19 karena lebih murah sehingga langsung abai dengan tidak memakai masker lagi, tidak cuci tangan dan tidak menjaga jarak lagi.
Begitu juga GeNose C19 sensitif pada orang yang merokok dan baru makan dan minum dalam waktu 30 menit, sehingga harus dijaga betul agar alat tidak bias dan ini menjadi masalah juga.
Dari sisi bisnis, paparnya tentu akan mengurangi permintaan terhadap tes lainnya seperti antigen yang selama ini sudah menjadi pilihan. (R6/c)
