Jumat, 25 April 2025

Fashion Prada Tenun Ikat Rote Adolfina Koamesakh

Redaksi - Selasa, 31 Agustus 2021 11:38 WIB
1.364 view
Fashion Prada Tenun Ikat Rote Adolfina Koamesakh
Foto Dok
Adolfina Elisabeth Koamesakh
Rote Ndao (SIB)
Adolfina Elisabeth Koamesakh memosting fashion tenun ikat Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam dua genre. Yang satu tenun ikat klasik, yang lainnya sudah diprada di bagian bunga hingga kelihatan lebih semarak.

Meski beroleh banyak apresiasi, satu dari sedikit cendikiawan perempuan Kristen Indonesia yang pernah bicara Pancasila di forum PBB di Yunani itu ingin tiap pribadi tidak semata melestarikan warisan leluhur. Tetapi juga membawa nilai filosofi kehidupan.

“Saya hanya pengguna kearifan lokal nenek moyang kami dalam bentuk kain tenunan yang merupakan bagian dari adat istiadat suku Rote. Tetapi budaya sesungguhnya adalah perilaku yang tidak menabrak adat istiadat. Karena jika hanya sebatas pakaian maka orang asing pun dapat memakainya tanpa makna atau hanya sekedar ganti model,” tulisnya di akunnya, Minggu (29/8).

Kampung Ndao di Pulau Rote identik dengan kerajinan tenun ikat. Sama halnya dengan warga di Pulau Ndao. Hampir seluruh penduduk menenun dan bermata pencaharian pengerajin tenun ikat. Aktivitas tersebut dikerjakan sejak ratusan tahun silam. “Sebelum dengan kapas, tenun dari bahan serat gewang. Tenunan untuk sarung dan selimut disebut Lambi Tei dan Lafe Tei untuk pakaian harian maupun pakaian pesta,” jelasnya.

Sebagai pearna, digunakan bahan ramah lingkungan. Dari buah pepohonan seperti mengkudu, tarum, kunyit dan lain. Ketika ada tekni prada, maka didapat hasil lebih cemerlang tapi tetap diutamakan hal ramah lingkungan. “Itu sebabnya warna dasar hitam, merah, putih dan kuning tetapi melekat,” tambahnya.

Dulunya, tenunan menjadi peranan penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat tradisional Rote Ndao. Seiring berkembangnya zaman, tenun tak lagi identik dengan status sosial. “Tetapi, tetap tak tercerabut dari akar budaya dengan filosofi kehidupan,” tegasnya.

Bahagia karena pelestarian tenun ikat telah menghasilkan nilai ekonomi, Adolfina Koeamesakh tetap memegang teguh filosofi. “Ya itu, budaya sesungguhnya adalah perilaku yang tidak menabrak adat istiadat,” ulangnya. (FB/YouTube/R10/a)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru
Gedung DPRD Labura Diresmikan

Gedung DPRD Labura Diresmikan

Aekkanopan(harianSIB.com)Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Labuhan Batu Utara (Labura) melaksanakan halal bihalal di Kantor DPRD Labura,