Konsumsi ikan nila nasional dari hari ke hari meningkat mengingat besarnya manfaat yang bisa diperoleh dari ikan nila. Selain nilai kesehatan, ikan nila juga memiliki nilai ekonomi tinggi, baik untuk masyarakat maupun untuk negara.
Secara kesehatan, Ikan Tilapia mengandung beragam nutrisi penting untuk kesehatan, mulai dari protein, lemak sehat, hingga beragam vitamin dan mineral.
Di dalam 100 gram ikan Tilapia terkandung sekitar 95 kalori dan beragam nutrisi, yakni 20 gram protein, 2 gram lemak, 10 miligram kalsium, 25 miligram magnesium, 170 miligram fosfor, 300 miligram kalium, 40 mikrogram selenium, dan 25 mikrogram folat. Selain itu, ikan tilapia juga mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6, zat besi, zinc, kolin, mangan, vitamin B12, vitamin D, serta vitamin K.
Dengan kandungan tersebut, tak pelak ikan Tilapia memiliki manfaat yang besar terhadap kesehatan manusia, terutama manusia Indonesia tentunya. Secara medis, protein yang terkandung dalam ikan nila atau Tilapia memiliki peran penting sebagai bahan utama untuk membentuk jaringan tubuh, termasuk otot.
Sementara itu, omega 3 yang terkandung di dalamnya berfungsi untuk menambah energi dan stamina tubuh. Manfaat lainnya misalnya adalah menjaga kesehatan jantung, memelihara kekuatan dan kesehatan tulang, meningkatkan daya tahan tubuh,mencegah anemia, dan menurunkan berat badan.
Secara ekonomi, bagi masyarakat, budidaya ikan nila bisa menjadi salah satu bantalan ketahanan pangan keluarga. Usaha ikan nila yang berpeluang mendatangkan penghasilan yang cukup menjanjikan, tidak saja akan membuka pintu keberlanjutan hidup bagi keluarga, tapi juga pintu kesejahteraan komunitas pelaku usaha ikan Nila yang jauh lebih baik.
Karena itu belakangan pemerintah-pemerintah daerah ramai-ramai mendukung berbagai program usaha budidaya ikan Nila di daerahnya dengan berbagai metode dan teknologi budidaya yang sesuai. Di Malang misalnya, baru-baru ini 85 pembudidaya ikan di Bakalankrajan bisa memproduksi ikan sampai 26 ton per tahun. Omzet yang dihasilkan mencapai Rp 660.900.000,00 per tahun. Luar biasa bukan!
Ada puluhan kabupaten dan kota lainnya yang juga mendorong program yang sama. Tapi cerita di Malang cukup menarik karena budidaya ikan Nila di sana ternyata didominasi oleh anak-anak muda yang merupakan generasi milenial.
Jadi budidaya ikan Nila tidak saja bisa menjadi penopang ketahanan pangan keluarga, tapi juga bisa menjadi kontributor lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda di daerah, di era sulitnya lapangan pekerjaan saat ini. Dengan kata lain, dengan budidaya ikan Nila, anak muda bisa lebih produktif dan meraih pendapatan yang lebih banyak, tanpa merepotkan keluarga dan orang tua.
Cerita ikan Nila belum selesai sampai di sana. Telisik demi telisik, ikan Nila juga menjadi komoditas ekspor nasional. Tak tanggung-tanggung ekspornya ke Amerika. Artinya ikan Nila tidak saja berperan di kancah nasional alias jago kandang, tapi juga di kancah internasional dan berpeluang menjadi "champion" ekspor nasional jika di tata dengan baik oleh otoritas terkait berdasarkan kebijakan yang tepat.
Data menunjukkan, dalam beberapa tahun terakhir, komoditas ikan Tilapia semakin diminati pasar dunia. Meskipun secara kuantitas masih terbilang sedang, prospek ekspor komoditas perikanan yang satu ini sangatlah cerah. Dunia pun nampaknya menyukai ikan Nila, sama seperti kita di Indonesia.
Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Indonesa, volume ekspor ikan Tilapia tahun 2020 mencapai 12,29 ribu ton dengan nilai ekspor mencapai USD 78,44 juta. Sementata secara keseluruhan, dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, total ekspor perikanan RI mencapai 5,2 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 72,8 triliun sepanjang 2020. Dari nilai ekspor tersebut, 4,84 miliar dollar AS merupakan ekspor ikan konsumsi. Secara volume ekspor mencapai 1,26 juta ton.
Salah satu korporasi yang sukses dalam usaha budidaya ikan Tilapia untuk pasar ekspor adalah Aquafarm Nusantara (Regal Spring Group). Pada 2019, Aquafarm tercatat telah mengekspor 1.600 ton Naturally Better Tilapia ke Amerika Serikat, Eropa, Australia dan Kanada, dan juga melakukan penjualan di dalam negeri sebanyak 3.381 ton. Di tahun 2020, meski pandemik, Aquafarm masih berhasil mencatatkan ekspor 12,479 ton dengan nominal $ 78.500.000.
Sementara itu, dari Januari sampai Juni 2021 ini, sudah tercatat 5170 ton dengan nominal $ 29.923.000. Dari sisi tenaga kerja, Aquafarm mempekerjakan lebih dari 600 karyawan di Jawa dan sekitar 4,000 karyawan di Sumatera Utara, yang mayoritas adalah masyarakat di sekitar lokasi perusahaan.
Bahkan, ekspor ikan Tilapia dari Aquafarm (Regal Springs) mendominasi segmen premium frozen nila di Amerika dengan pangsa pasar 89%. Amerika menyukai dan sangat menghargai ikan Nila dari Danau Toba karena rasa, tekstur, kualitas dan cara pemeliharaannya yang sangat baik tanpa sentuhan bahan antibiotik.
Nah, angka-angka tersebut menunjukkan bahwa ikan Nila tidak sekedar mengandung berbagai macam gizi yang baik untuk tubuh, tapi juga mengandung begitu banyak peluang yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan negara. Apalagi, ekspor adalah salah satu kontributor pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sangat diharapkan perannya, mengingat konsumsi rumah tangga dan investasi sedang kurang bergairah.
Dengan lain perkataan, ikan Nila adalah salah Saturday komoditas ekpor yang memiliki masa depan cerah. Pertumbuhannya sampai tahun lalu cukup konsisten, meskipun dunia dilanda pandemik. Pemerintah sangat perlu mendorong dan memberdayakan sub sektor perikanan yang satu ini dengan berbagai cara yang mungkin, mengingat perannya pada kehidupan keluarga Indonesia, peranya pada peningkatan peluang tenaga kerja generasi muda, dan perannya pada exposure ekspor nasional.
Semua pihak di sub sektor perikanan Tilapia atau Nila perlu diberi peluang yang sama, insentif yang memadai dan regulasi yang baik dan adil, agar hasilnya bisa memberikan manfaat positif pada semua pihak, baik keluarga, dunia usaha, maupun pemerintah. Semoga (d)