Samosir (SIB)
Imam Katolik, Pastor Paroki St Antonio Claret di Desa Tomok, Kabupaten Samosir, Pastor Sabat Nababan yang mendapat hinaan dari Wakapolres Samosir Kompol Togap M Lumbantobing saat keduanya sedang dalam kondisi bertugas di Desa Tomok, pada Kamis (16/6) lalu, Pastor Sabat Nababan selaku korban mengaku sudah memaafkan sikap Wakapolres secara tulus.
Hal itu disampaikan Pastor Sabat Nababan saat memberi keterangan pers di hadapan sejumlah media, Senin (20/6) sore, di komplek Pastoran Paroki St Antonio Claret Desa Tomok yang turut dihadiri Ketua FMKI (Forum Masyarakat Katolik Indonesia) Provinsi Sumut, Parlindungan Purba, Kapolres Samosir AKBP Josua Tampubolon berikut Wakapolres Kompol Togap M Lumbantobing.
"Ya sungguh dengan tulus hati, saya sudah memaafkan Pak Wakapolres. Tidak ada paksaan untuk saya. Saat kejadian pagi hari, sore harinya Pak Waka langsung menjumpai saya untuk meminta maaf. Jadi, tidak perlu lagi ada sangsi, saya sudah mengikhlaskan kejadian itu. Biarlah kami merajut persaudaraan yang membuat kami belajar meneladankan sesuatu yang baik," sebut Pastor Sabat Nababan.
Peristiwa yang sempat mengundang reaksi keras sejumlah tokoh Katolik Kabupaten Samosir lantaran insiden dihina tersebut ramai diperbincangkan masyarakat karena dinilai telah menghina tokoh agama, Pastor Sabat Nababan mengatakan dirinya sebagai pemuka agama mengimbau jemaat khususnya umat Katolik bersama masyarakat tidak terprovokasi dan memaafkan kejadian tersebut sembari mengambil hikmah pelajaran hidup yang berharga.[br]
"Kepada umat Katolik di dunia, terima kasih atas dukungan dan doa kalian atas persoalan ini. Tapi kalian janganlah ikut berdosa dengan membangkitkan amarah. Saya dengan pak Waka sudah selesai persoalannya, jadi yang lainnya damai saja. Kita sama-sama belajar ada hal baik disitu," harap Pastor Sabat Nababan menambahkan.
Sementara, AKBP Josua Tampubolon menyampaikan permohonan maaf atas nama Kapolda Sumut dan juga Polres Samosir atas sikap anggotanya terhadap Pastor Sabat Nababan akibat kesalahpahaman saat bertugas di lapangan.
Kabupaten Samosir dikatakan Josua sebagai wilayah yang aman dan kondusif, tidak menginginkan ada terjadi perpecahan di tengah-tengah masyarakat bilamana ada yang sengaja ingin membesar-besarkan masalah itu sementara persoalan tersebut sudah selesai mencapai titik kesepakatan damai.
"Dalam hal ini kita berharap, permasalahan yang sudah selesai ini tidak lagi dibesar-besarkan memperkeruh suasana di masyarakat dengan menyangkut SARA, mari kita jaga bersama situasi keamanan dan ketertiban Samosir ini," ucap Josua.
Diketahui, insiden hinaan terhadap Imam Katolik, Pastor Sabat Nababan dilakukan Wakapolres Samosir Kompol Togap M Lumbantobing terjadi ketika keduanya sama-sama bertugas di lapangan di Desa Tomok, pada Kamis (16/6).[br]
Pastor Sabat Nababan kala itu hendak menuju rumah jemaatnya untuk melaksanakan ritual perminyakan suci bagi orang sakit yang keperluannya mendesak.
Di sisi lain, Wakapolres Kompol Togap M Lumbantobing sedang bertugas mengatur arus lalu lintas, yang saat itu petinggi kepolisian dari Mabes Polri sedang melakukan kunjungan ke Samosir.
Lantaran hendak mengejar waktu agar tidak terlambat menuju rumah jemaatnya, Pastor Sabat Nababan melintas menerobos pengaturan lalu lintas dari pihak kepolisian.
Disaat itulah, Kompol Togap M Lumbantobing menghina Pastor Sabat Nababan dengan menyebut Pastor Sabat Nababan sebagai Pastor gadungan, disaksikan warga sekitar, sehingga mengundang reaksi masyarakat termasuk tokoh Katolik Kabupaten Samosir sebagai penghinaan. (SS22/c)