520 KK Desa Panca Arga Asahan Alihfungsikan 3000 Ha Kebun Sawit Jadi Areal Pertanian Padi

Medan (harianSIB.com)

Sedikitnya 520 kepala keluarga (KK) warga Desa Panca Arga, Kecamatan Rawang Panca Arga, Kabupaten Asahan yang tersebar di sembilan dusun dengan populasi 1.500 jiwa, telah mengalihfungsikan 3000 hektar perkebunan sawitnya menjadi areal pertanian padi, demi mewujudkan swasembada pangan.

Hal itu diungkapkan anggota DPD RI Pdt Penrad Siagian STh MSi kepada wartawan, Senin (18/11/2024) melalui pesan WhatsApp di Medan seusai melakukan kunjungan dan melakukan kegiatan reses di Desa Panca Arga, Kecamatan Rawang Panca Arga, Kabupaten Asahan.

Langkah mengalihfungsikan lahan ini dilakukan masyarakat, kata Penrad, karena hasil dari perkebunan sawit yang tidak menentu. Sedangkan hasil dari menanam padi lebih menjanjikan, karena dari satu hektar sawah, petani bisa memperoleh hasil panen berkisar 5-7 ton gabah per musim tanam.

Baca Juga:

• DPD RI dan Disdik Sumut Bahas Sekolah Gratis, Revitalisasi Sekolah Rusak dan Program 5 Hari Belajar
• Prabowo Naikkan Gaji Hakim

"Dengan dua kali musim tanam setiap tahunnya, petani bisa memperoleh hasil panen mencapai 10-14 ton gabah per hektar, dengan estimasi harga Rp7 juta/ton, sehingga pemerintah perlu memperhatikan petani di daerah itu, untuk menyukseskan program pemerintah menjadikan Indonesia swasembada pangan," katanya.

Tantangan

Baca Juga:

• Serikat Buruh Demo Kantor Bupati Deliserdang Tolak Agen Kerja: Baru Melamar Sudah Diminta Uang
• Tepis Tangan Jenderal Polisi Luar Negeri, Paspampres Ditegur Prabowo

Namun demikian, tambah anggota Komite I ini, para petani di Desa Panca Arga menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait pengairan dan akses pupuk subsidi, karena sampai saat ini waduk yang dibangun pemerintah, belum dapat difungsikan, mengingat jaringan irigasi sekunder sepanjang 3-4 kilometer belum tersedia.

Selain itu, tambah pendeta GBKP Jakarta ini, saluran pembuangan air ke laut dan jaringan pengairan ke sawah juga masih perlu dibangun, karena pembangunan infrastruktur irigasi ini menjadi kebutuhan mendesak, untuk lebih memaksimalkan potensi pertanian di desa itu.

"Petani Desa Panca Arga memiliki semangat tinggi untuk berkontribusi terhadap swasembada pangan nasional. Namun, pemerintah pusat perlu segera turun tangan menyelesaikan jaringan irigasi untuk mendukung hasil panen yang optimal," ujarnya.

Selain masalah irigasi, kondisi jalan yang buruk juga menjadi keluhan utama petani, terkhusus jalan yang masih banyak berlumpur dan sulit dilalui kerap menyulitkan petani dalam mengangkut hasil panen pertaniannya.

"Peningkatan akses jalan akan sangat membantu kelancaran distribusi hasil pertanian," tandas Penrad sembari berharap kepada pemerintah, untuk memperhatikan potensi pertanian di Desa Panca Arga dengan luas 3000 hektare areal pertanian dan mampu memproduksi hingga 42.000 ton gabah per tahun, sehingga sangat signifikan memberikan kontribusi ekonomi bagi Kabupaten Asahan dan Batubara.

"Seluruh hasil gabah petani di Desa Panca Arga nilai ekonominya sudah mencapai Rp294 miliar/tahun. Secara tidak langsung, petani menyumbang sekitar Rp 29,4 miliar per tahun kepada pemerintah daerah. Padahal untuk biaya pembangunan irigasi yang diperkirakan sebesar Rp 5-7 miliar masih jauh lebih kecil dibandingkan dampak ekonomi yang dihasilkan petani," tandasnya.

Penrad berharap program pemerintah di sektor pertanian dapat mengalokasikan dana untuk mendukung kebutuhan desa ini, sebab kontribusi Desa Panca Arga terhadap swasembada pangan nasional bisa menjadi contoh bagi daerah lain, sehingga target pemerintah Presiden Prabowo untuk memperkuat ketahanan pangan, bisa tercapai.

"Dengan dukungan yang tepat, Desa Panca Arga berpotensi menjadi salah satu pusat produksi beras di Sumut mendukung pencapaian target swasembada pangan nasional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani. Apalagi diketahui, saat ini para petani merencanakan cetak baru sawah dari alih fungsi lahan sawit sekitar 1000 hektar lagi," tandas Penrad.(*).