Jakarta (SIB)- Pdt Dr Dorkas Orienti Daeli STh MMin mencatatkan rekor baru yakni sebagai perempuan Nias pertama yang menyandang tutel Doktor bidang theologi. Melalui uji tesis di Kampus Sekolah Tinggi Theologia (STT) Paulus - Kapiten Purba I Simalingkar, Medan, Senin (4/8), perempuan supel yang lebih banyak menghabiskan waktunya di pelosok-pelosok Indonesia itu memukau tim penguji. Di antaranya Mantan Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI) Dr Saur Hasugian MTh, Director Saint Paul Theological School Pater CP Manalu, Ketua STT HKBP Nommensen Pematangsiantar Dr Darwin Lumbantobing, Direktur Pasca Sarjana STT Paulus Medan Dr Parluhutan Manalu MTh MM, Dr Sozisochi MA MPK, Dr Adolfina Elizabeht Koamesakh MTh MM, Dr Etikneus Harefa MTh MPdk, Dr Sampitno Habeahan MTh, Prof Dr Lience Sihombing MPd dari Unimed Medan, Dr Nathanael Sitanggang ST MPd dan Dr Heriyanto MPh.
Dengan pencapaian itu, genaplah prestasi Pdt Dorkas. Dimulai dari perempuan pertama yang melayani warga BNKP. Kemudian, perempuan pertama yang menjabat sebagai Praeses BNKP. “Saya juga perempuan Nias pertama yang ‘menabrak’ tradisi paternalis Nias. ‘Menabrak’ untuk hal positif dan kemajuan bersama, saya pikir tidak salah!â€
***
Pdt Dorkas lahir di Lahewa, 13 Nov 1973 sebagai putri pasangan Pdt T Man Daili - Rustiati Zandrato AMd. Menimba ilmu di SDN1 Gunung Sitoli dan melanjut ke SD Tohia. Dari sana mencatatkan diri sebagai siswa di SMPN1 Gunung Sitoli dan SMA Pemda 1 Gunung Sitoli.
Sebagai putri keluarga terpandang, Pdt Dorkas melanjut ke pendidikan di Jakarta. Niatnya sih masuk sekolah kedokteran karena prestasi sekolah yang memungkinkan tapi orangtua menjuruskan ke sekolah theologia.
Itu sebabnya, ketika lulus seleksi, Pdt Dorkas menangis sejadinya. “Padahal keluarga saya gembira karena anaknya diterima di sekolah theologia keren dan beken,†kenangnya.
Pendidikan diikuti Pdt Dorkas tapi pikirannya tidak ke sana. Saat semester tujuh, secara mengejutkan Pdt Dorkas meneguhkan niat melanjutkan pendidikan theologi. “Kalau saya tidak serius, bakal tertinggal!â€
Selesai pendidikan di STT Jakarta, Pdt Dorkas justru memilih menjadi pengajar di Kyriakon Jakarta. Sekolah tersebut khusus memberi pendidikan untuk anak autis selama 2 tahun. “Pengalamannya segudang karena menghadapi anak berkebutuhan khusus, harus punya kesabaran tinggi!â€
Ketika Tana Niha memanggilnya, dengan berat hati Pdt Dorkas mengikuti panggilan hatinya sebagai pendeta. Tahun 1999 kembali ke Nias dan 2001 jadi pendeta di BNKP jemaat Immanuel Distrik Ombelata, Gunung Sitoli. “Saat itu menjadi pendeta, ada ‘tantangan’ karena selama ini berdasarkan adat tapi diubah berdasarkan geografis.â€
Di tempat pengabdiannya itu Pdt Dorkas mengadopsi ragam kemajuan untuk penguatan mental dan rohani jemaat termasuk pelayanan pranikah selama setahun. Dari Nias, Pdt Dorkas dipindah ke BNKP Hilisawato Simalingkar, Medan.
Di ibu kota Sumut, ada kasus dua kali menolak pendeta wanita. Tetapi Pdt Dorkas dapat melewati rintangan itu dengan mengunjungi majelis jemaat. Dari pengabdiannya, diangkat menjadi Praeses Ressort 42 Medan dengan tugas Tapanuli sampai wilayah timur Sumatera. Dengan jabatan itu Pdt Dorkas harus masuk ke luar pedalaman dalam maksud bersentuhan kasih dengan jemaat.
Tahun 2012 (untuk jabatan hingga 2017) Pdt Dorkas diangkat menjadi Sekjen BNKP dengan Ephorus BNKP Pdt Dr Tuhoni Telaumbanua.
Dengan jabatan itu, Pdt Dorkas menyelesaikan program dan keinginannya menempatkan sikap etis warga Nias dalam Konteks pasca gempa dan tsunami, sebagaimana hasil penelitiannya memperoleh gelar pasca sarjana. Setelah menyelesaikan studi doktoral, Pdt Dorkas punya hasrat menuntaskan adanya ‘korupsi’ pemahaman soal pelayanan dan cenderung menyalah.
“Aku mendoakan hingga kuat dalam iman agar ‘korupsi’ pelayanan dapat disudahi,†ujar perempuan yang menikah dengan Ir Efori Zaluchu dan pemilik buah hati Jovan Zaluchu, 11 thn dan Irvin Zaluchu, 6 thn.
(t/r9/f)