Tahun ini L'Oreal bersama UNESCO dalam program For Women in Science kembali menganugerahkan penghargaan kepada ilmuwan wanita Indonesia. Dari 53 ilmuwan wanita Indonesia, dipilih empat ilmuwan yang penelitiannya tergolong paling inspiratif.
"Para pemenang yang di sini memang arahnya ke solusi. Jadi cari solusi bukan cari hibah (uang)," kata Agus Purwanto, PhD, director of center for metrology and microanalysis, salah satu juri L'Oréal-UNESCO For Women in Science 2019 saat ditemui di Auditorium Gedung D Dikti, Senayan, Jakarta, Selasa (26/11).
Agus menekankan faktor utama yang menjadi penentu penilaian adalah solusi yang ditemukan dan seberapa bergunanya penelitian para ilmuwan wanita tersebut. Ada juga faktor-faktor lainnya seperti originalitas dari penelitian yang dilakukan.
"Kemudian adalah impact, dampak. Jadi dari proposal itu kami tinjau ada kegunaannya atau tidak. Itu bobotnya masing-masing 30%. Selanjutnya ada yang masing-masing bobotnya 20%, apa masalahnya apa problemnya seperti apa, dan track record. Track record biasanya kami lihat dari publikasi dan kerjasama dengan litbang. Terakhir itu adalah presentasi. Bagaimana cara menulis, apakah plagiat atau tidak dan saat presentasi apakah yakin dan bisa meyakinkan juri," jelas Agus.
Keempat ilmuwan wanita yang berhasil terpilih sebagai peneliti paling inspiratif di 2019 adalah:
1. Dr Sc Widiastuti Karim MSi yang meneliti tentang fungsi biologi Green Fluorescent Proteins (GFP) guna mengatasi pemutihan pada karang.
2. Dr rer nat Ayu Savitri Nurinsiyah MIL MSc, yang meneliti tentang eksplorasi penemuan keong darat yang tepat dalam mengungkap potensi biodiversitas sebagai solusi masalah kesehatan.
3. Dr Swasmi Puwajanti MSc, meneliti tentang eksplorasi pengembangan super nanoadsorben multi-fungsi berbasis magnesium oxside dari bittern untuk dekontaminasi air yang lebih efisien.
4. Dr Eng Osi Arutanti MSi, meneliti tentang eksplorasi alternatif fotokotalis material yang efisien dan dapat diaktivasi dengan tenaga surya sebagai solusi permasalahan lingkungan.
Keempat peneliti wanita ini membuktikan meskipun mereka menjalani peran sebagai istri dan ibu, mereka tetap bisa membuat sebuah terobosan yang berguna bagi dunia. Menurut salah satu ilmuwan, Swasmi, pencapaian mereka ini juga tak lepas dari dukungan suami.
"Kayak waktu saya masih sekolah dulu, suami kerja misalnya saya sekolah pagi. Jadi kayak istilah orang Jawa aposan ya, ganti-gantian jagain anak, shift-shift-an gitu. Dia kerja, anak-anak sama saya misalnya. Kalau saya harus ke kampus hari Minggu, suami gantian jaga anak," kata Swasmi Puwajanti.
Keempat ilmuwan wanita tersebut akan mendapatkan fellowships sebesar Rp 95 juta untuk mewujudkan penelitiannya. Nantinya juga dari empat ilmuwan tersebut akan dipilih satu orang terbaik untuk diikutsertakan dalam lomba berskala internasional. (Wolipop/f)