Setiap jaman melahirkan bintangnya sendiri. Seorang bintang sejati terlahir melalui proses perjuangan yang panjang dan kerja keras tak kenal lelah. Sosok Maria Sharapova yang pernah menduduki ranking 1 WTA dan peraih tiga gelar grandslam ini telah mengalaminya. Di usianya yang masih muda, raihan prestasi masih terbentang lebar. Sharapova pun muncul sebagai ikon atlet yang modis dan cantik dengan segudang prestasi.
Ayah Maria, Yury menginginkan putrinya menjadi petenis hebat. Karena itu, dia bertekad memberikan yang terbaik dan mengajarinya bermain tenis. Bahkan, dia tidak akan menyekolahkan anaknya itu di Soviet.
Semua teman Yury tahu, pria itu memang penggemar berat tenis meski sebenarnya dia sendiri tak mampu bermain tenis dengan baik. Olahraganya tak lain bermain ski di pinggiran hutan di kota kecil Nyagan, Siberia di saat musim dingin tiba.
Yury amat bangga dengan putri pertamanya yang baru lahir. Tiap kali memandang bayi mungil yang lahir dengan bobot 2,4 Kg dan panjang 47 Cm itu, dirinya selalu merasa takjub. Bayi itu berambut lurus pirang bermata biru.
Dalam torehan buku hariannya, tanggal 19 April 1987 diberinya tanda khusus. Tanda istimewa ini tak mungkin pernah dilupakan. Itulah saat dirinya menjadi seorang pria sejati, ayah seorang putri yang memiliki panggilan kesayangan Masha.
Tak henti-hentinya ia bersyukur telah menikahi sang kekasih hati Elena di musim panas 1986, wanita menawan yang kini memberinya putri cantik. Ungkapan syukur itu mewujud dalam nama putrinya Maria Yuryevna Sharapova. Yury dan Elena menikah di Gomel, Belarussia asal-usul sang istri.
Nasib telah membawa Yury dan Elena meninggalkan tanah kelahirannya. Keputusan itu diambil selain untuk mencari tempat terbaik bagi perkembangan Masha putri mereka, juga dimaksudkan untuk menghindari radiasi nuklir akibat meledaknya reaktor nuklir Chernobyl yang berdampak luar biasa dahsyat.
Keluarga muda ini memilih tinggal di Sochi, sebuah kawasan berhawa sejuk di pinggiran Laut Hitam. Tempat ini menjadi salah satu area terbaik di Uni Soviet untuk berolahraga.
Sahabat Yury dan Elena, yang tinggal di Sochi Alexandr Kafelnikov, sangat gembira menyambut keputusan mereka pindah. Seperti ditulis Siberian Times, Alexandr bahkan sangat suka melihat si kecil Masha. Ketika bocah perempuan itu merayakan ulang tahunnya ke-4, Alexandr memberinya hadiah raket tenis. Inilah kali pertama, Maria memegang raket tenis. Tampaknya, sang sahabat tahu apa yang diimpikan Yury.
Sejak itulah, Maria sering bermain tenis dengan ayahnya di sebuah taman dekat tempat tinggal mereka. "Anak itu spesial. Dia memiliki koordinasi tangan dan mata yang luar biasa," ujar pelatih veteran Rusia Yuri Yutkin terkesan saat pertama kali melihat permainan Maria.
Ketika berusia enam tahun, Maria datang di sebuah acara klinik tenis di Moskow yang waktu itu digelar petenis wanita nomot 1 dunia Martina Navratilova. "Kamu berbakat. Belajarlah kamu di tempat pelatihan profesional Bollettieri Tennis Academy," ujar sang maestro dengan nada ramah.
Seiring jalannya waktu, Maria lalu direkomendasikan untuk belajar tenis di Nick Bollettieri Tennis Academy di Florida. Di tempat inilah nama-nama petenis besar dunia pernah belajar. Sebut saja Andre Agassi, Monica Seles, dan Anna Kournikova.
Pergi ke Amerika Serikat: Modalnya Nekat
Nama Nick Bollettieri Tennis Academy di Florida dari Martina Navratilova terus diingat dan disimpan. Tujuan Yury hanya satu, memasukkan Masha ke sekolah tenis itu. Pria asal Nyagan Siberia itu jelas tak punya uang lebih untuk ongkos ke AS bersama putrinya. Namun semua itu bukanlah hambatan.
Yury yang tidak bisa bahasa Inggris sama sekali itu tak segan-segan kerja serabutan dibayar dengan upah rendah agar bisa membiayai hidup bersama Maria.
Dalam sebuah wawancara, Maria mengakui perjuangan hidupnya bersama sang ayah saat memulai hidup di Florida. Yury bahkan sempat bekerja sebagai pencuci piring di sebuah restoran.
Semua itu dilakukan agar Maria bisa masuk ke akademi. Ternyata, titik terang hasil kerja keras itu tampak datang. Ada pihak sponsor IMG yang mau membiayai ongkos Maria di akademi sebesar US$ 35.000. Pada usia 9 tahun, Maria Sharapova pun diterima dan masuk di Nick Bolletteri Tennis Academy di Florida.
Bakat menjadi juara dan pemain kelas dunia memang terlihat dari sosok Maria. Kemajuannya setelah bergabung di akademi begitu pesat. Ketika berusia 13 tahun di tahun 2000, Maria berhasil menyabet gelar juara pertama turnamen tenis wanita Eddie Herr Junior International Tennis Championship. Tak hanya itu, Maria juga meraih penghargaan sebagai The Rising Star Award.
Baru-baru ini, Sharapova dinobatkan sebagai atlet wanita dengan bayaran termahal di dunia. Dia juga termasuk dalam daftar atlet wanita terkaya versi majalah Forbes dalam 10 tahun terakhir, merujuk pada usahanya sebagai produsen permen yang diberi nama Sugarpova dan Sugarpoop (krim matahari). (berbagai sumber/d)