Jakarta
(harianSIB.com)Di tengah turbulensi pasar global yang meningkat tajam pasca pengumuman kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) di bawah Pemerintahan Presiden
Donald Trump, para pemodal global semakin masif keluar dari aset-aset yang dinilai lebih berisiko dan berbalik memburu instrumen yang dinilai lebih 'aman'.
Sentimen risk-off yang menguat membuat dana global hengkang dari pasar saham baik di pasar negara maju maupun pasar negara berkembang. Valuta emerging market juga dijauhi bahkan ketika indeks dolar AS sebenarnya masih stabil di kisaran 103,23.
Para pemodal global terindikasi mengalihkan dana mereka ke aset aman, biasa dikenal dengan sebutan safe haven asset. Aset-aset tersebut jadi pilihan karena dinilai lebih stabil dengan nilai yang konsisten memberi return menarik.
Baca Juga:
Tiga aset yang saat ini muncul sebagai safe haven global adalah mata uang Negeri Sakura Jepang, yen. Lalu, komoditas logam mulia emas, juga obligasi pemerintah. Mengacu data realtime Bloomberg, yen Jepang menguat lebih dari 1% pada Kamis (3/4) pagi terhadap dolar AS. Kurs US$ 1 saat ini nilainya setara dengan 147,75 yen.
Bank investasi global mengarahkan yen sebagai safe haven menyusul peningkatan kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi global akibat perang tarif dan dampak terhadap perdagangan, termasuk dampak terhadap perekonomian AS.
Baca Juga:
Yen menawarkan lindung nilai mata uang terbaik bagi investor jika kemungkinan resesi di AS meningkat, kata Kamakshya Trivedi, analis dari Goldman Sachs.
"Yen cenderung berkinerja terbaik ketika suku bunga riil AS dan pasar saham AS turun secara bersamaan," kata Trivedi dalam wawancara di New York, dilansir dari Bloomberg News.
Mata uang Jepang ini "terlihat sebagai lindung nilai yang lebih menarik terhadap risiko perlambatan pertumbuhan AS dibandingkan sebelumnya," jelasnya.
Obligasi dan emas
Selain yen, obligasi pemerintah juga jadi buruan para investor. Surat utang terbitan Pemerintah AS, biasa disebut US Treasury, harganya melonjak tajam yang terindikasi dari penurunan yield atau imbal hasil hingga double digit pasca pengumuman Trump.
UST-5Y turun tajam imbal hasilnya sampai lebih dari 10 basis poin (bps) kini di 3,821%. Sedangkan tenor pendek 2Y turun 7 bps menyentuh 3,811%. Lalu untuk tenor benchmark, UST-10Y tingkat imbal hasilnya turun 9,7 bps kini di 4,072%.
Di Jepang, para pemodal juga menyerbu obligasi Pemerintah Jepang. Semua tenor mencatat penurunan di mana JGB-7Y yield-nya terpangkas 11,1 bps kini di 1,091%. Tenor acuan 10Y kini di 1,361% turun yield-nya 9,6 bps. Sedangkan tenor pendek 2Y turun 5,4 bps jadi 0,767%.
Obligasi Pemerintah Australia juga diserbu para investor yang keluar dari pasar saham. ACGB tenor 10Y turun yield-nya sampai 12,2 bps kini di 4,292%. Lalu tenor pendek 2Y turun 11,6 bps menyentuh 3,571%. Di Korea Selatan, pembelian obligasi pemerintah juga meningkat meski penurunan yield tidak semasif di negara lain. KTB-5Y turun yield-nya 5,6 bps menyentuh 2,595%.
Obligasi dinilai lebih stabil saat ini dengan tingkat imbal hasil masih menarik ketimbang aset-aset berisiko yang harganya makin terpuruk. Selain yen dan surat utang, emas menjadi bintang di kelompok komoditas. Harga emas spot melesat memperbarui rekor termahal sepanjang sejarah di level US$ 3.167,55 per troy ounce pada pukul 06:52 WIB pagi tadi, naik 1% dan menjadi rekor tertinggi baru.
Hanya saja, bila aksi jual di pasar ekuitas atau aset berisiko lain terus berlanjut makin parah, harga emas potensial terkoreksi karena para pengelola dana global butuh untuk mencairkan emasnya demi menutup kerugian di aset lain.