
Viral di Medsos, Pembelian BBM Pertalite 2 Jerigen VS Puluhan Jerigen di SPBU
Sibolga (harianSIB.com)Warga Kota Sibolga dan sekitarnya saat ini sedang dihebohkan dengan pembicaraan hangat tentang pemberitaan yang sedan
Namanya mungkin masih asing di telinga banyak orang, sebuah bisikan dari masa lalu yang kini coba digali kembali. Namun, di balik keheningan itu, terhampar jejak perlawanan gigih yang layak dikenang, bahkan direnungkan oleh Generasi Z hari ini.
Baca Juga:
Beberapa waktu lalu dalam diskusi, Dosen Sejarah dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Johan Wahyudhi MHum, menggambarkan Tuan Rondahaim sebagai sosok yang tegap, dengan sorot mata tajam, seorang pemimpin yang pada akhir abad ke-19, berani menentang hegemoni kolonial.
"Catatan Belanda, ironisnya, justru mengabadikan perlawanannya yang heroik. Ia berdiri kokoh menentang masuknya modal asing, berupa perkebunan Eropa yang mengancam penghidupan warga lokal, sebuah ancaman yang kini bergema dalam isu-isu ekonomi global," jelas Johan Wahyudhi, dalam keterangan persnya kepada Jurnalis SNN Jakarta, Kamis (12/6/2025).
Baca Juga:
Mencari data tentang Tuan Rondahaim di masa kini, lanjut Johan Wahyudhi, memang seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Namun, berkat kegigihan sejumlah akademisi dari Sumatera Utara dan Jakarta, tabir masa lalu itu perlahan tersingkap.
Mereka menemukan bahwa Simalungun pada abad ke-19 bukanlah Simalungun yang dikenal sekarang. Hutan lebat, bukit-bukit menjulang, dan padang ilalang menjadi latar kehidupan masyarakatnya.
Johan mengemukakan, sebuah petunjuk penting datang dari Djonim Purba (77 tahun), Ketua Yayasan Museum Simalungun pada tahun 2020. Melalui sumber lisan, Djonim Purba menyatakan bahwa Tuan Rondahaim pernah belajar ilmu militer dan keperwiraan di Kerajaan Aceh Darussalam.
"Bayangkan, seorang pemuda dari pedalaman Simalungun menjejakkan kaki ke Aceh, sebuah kerajaan yang masyhur dengan sistem militernya yang maju! Ini bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan sebuah visi," urainya.
"Tuan Rondahaim muda tidak terpaku pada lingkungan lokalnya. Ia berani merantau, mengasah diri, dan membangun pemahaman tentang strategi pertahanan serta sistem pemerintahan demi membela rakyatnya. Tradisi merantau ini, di mana pendidikan dan pengembangan diri begitu dihargai, adalah cerminan nilai-nilai luhur masyarakat Simalungun," tambah dia.
Johan melanjutkan, penemuan ini juga membuka tabir hubungan historis yang mungkin tak banyak tercatat yakni relasi antara Kerajaan Raya dan Kerajaan Aceh Darussalam.
Bisa jadi ini melibatkan pertukaran pengetahuan, budaya, atau bahkan aliansi strategis yang memperkaya pemahaman tentang interaksi antarkerajaan di Nusantara pada masa lalu.
Seiring waktu, Dataran Tinggi Batak, termasuk Simalungun, menjadi tujuan kedatangan banyak orang Aceh dan Gayo. Mereka bukan sekadar pendatang, melainkan pencari suaka dari kejaran Pasukan Belanda yang terus memperluas pengaruhnya di Aceh, atau pedagang yang memanfaatkan jalur niaga kuno.
Kedatangan mereka membawa angin baru, memperkaya budaya dan sosial masyarakat setempat. Interaksi ini, seperti yang diungkap C.J. Westenberg (1897) dalam catatannya, semakin intens, menciptakan dinamika baru di Dataran Tinggi Batak.
Sibolga (harianSIB.com)Warga Kota Sibolga dan sekitarnya saat ini sedang dihebohkan dengan pembicaraan hangat tentang pemberitaan yang sedan
Tapanuli Utara (harianSIB.com)BPJS Ketenagakerjaan Tapanuli Utara (Taput) menggandeng Dinas Perhubungan (Dishub) dan Dinas Ketenagakerjaan
Toba (harianSIB.com)Bupati Toba mengatakan terkait masalah tanah yang ada di Desa Amborgang Kecamatan Uluan, Kabupaten Toba yang oleh putus
Medan (harianSIB.com)Polrestabes Medan kembali menggelar Jumat Curhat di Balai Desa Marendal, Kecamatan Patumbak, Jumat (13/6/2025).Kapolres
Sergai (harianSIB.com)Kapolsek Tanjung Beringin AKP Pamilu H Hutagaol SH MH, diwakili Wakapolsek Ipda Brimen Sihotang SH MH menghadiri Peray