Jakarta (harianSIB.com)Kementerian Komunikasi dan Digital (
Kemkomdigi) tengah mengkaji
manfaat serta
potensi ancaman yang mungkin ditimbulkan oleh model kecerdasan artifisial (AI) buatan
DeepSeek, sebuah perusahaan perangkat lunak AI asal
China.
"Kami sebagai kementerian akan berupaya lebih berhati-hati dan mendalami langkah yang perlu diambil terkait DeepSeek ke depannya," ujar Pelaksana Tugas Kepala Pusat Kebijakan Strategis Kemkomdigi, Oki Suryowahono, di Jakarta Pusat, Selasa (11/2/2025), dikutip dari Antara.
Ia juga menanggapi keputusan beberapa negara yang membatasi atau menutup akses ke aplikasi DeepSeek dengan alasan perlindungan data pengguna. "Apakah benar ini merupakan ancaman, atau justru ada faktor lain yang belum kita ketahui terkait persaingan antara DeepSeek dan para kompetitornya," ujarnya.
Baca Juga:
Oki menyatakan, bahwa pemerintah akan berhati-hati dalam merespons maraknya penggunaan model AI DeepSeek.
Kemkomdigi, menurut dia, tidak akan mengeluarkan kebijakan tanpa terlebih dulu mengkaji manfaat dan potensi ancaman dari pemanfaatan model kecerdasan buatan tersebut bagi pengguna.
Baca Juga:
"Pasti kita harus hati-hati, jangan sampai kita juga terlalu gegabah gitu ya, tiba-tiba memblokir DeepSeek. Mungkin ada banyak juga orang yang terbantu dengan DeepSeek," katanya.
Aplikasi DeepSeek merupakan chatbot yang didukung oleh model V3 buatan China. DeepSeek menyediakan layanan sebagaimana yang dihadirkan oleh ChatGPT dari OpenAI. Pengguna dapat menggunakan aplikasi DeepSeek untuk menganalisis berkas, menjawab pertanyaan, dan mendapatkan informasi dari web.
Aplikasi gratis ini juga memungkinkan pengguna mengunggah berkas dan menyinkronkan riwayat obrolan di seluruh perangkat. Popularitas DeepSeek baru-baru ini meningkat. Aplikasi tersebut menempati posisi teratas di App Store dan Play Store.
Namun, muncul kekhawatiran mengenai keamanan data pengguna aplikasi tersebut.
DeepSeek menghimpun dan menyimpan data di server mereka yang berada di China, menimbulkan kekhawatiran mengenai kemungkinan datanya bocor ke pemerintah China.
Hal itu mendorong sejumlah negara dan perusahaan memblokir akses ke aplikasi DeepSeek.(*)
Editor
: Robert Banjarnahor