Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 13 Desember 2025

FDR Black Box dan Puing Besar Lion Air JT 610 Ditemukan

* Bareskrim Bentuk Tim Investigasi Kemungkinan Sabotase * Penerbangan Delay 8 Jam Ratusan Penumpang Lion Air di Padang Mengamuk
- Jumat, 02 November 2018 10:58 WIB
236 view
FDR Black Box dan Puing Besar Lion Air JT 610 Ditemukan
SIB/Ant/Muhammad Adimaja
BLACK BOX: Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi (kedua kiri) menunjukkan bagian dari kotak hitam (black box) pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 yang telah ditemukan oleh tim SAR gabungan di KR Baruna
Jakarta (SIB) -Black box Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 sudah ditemukan. Menurut tim penyelam, kotak hitam berisi rekaman penerbangan itu ditemukan tak di dekat serpihan pesawat.

"Itu tidak di dalam serpihan pesawat ya. Sendiri ya, itu di kedalaman 30 meter," ujar penyelam TNI AL Sertu Hendra di atas kapal Baruna Jaya, Kamis (1/11).

Kotak hitam ini didapatkan setelah area pencarian dikecilkan dan ditemukan adanya tanda dari sensor. Sempat dilakukan penggalian, lalu kotak hitam ditemukan.

"Kami ikuti alat, kami kecilkan areanya lalu pada tempat yang alatnya menimbulkan bunyi sensitif kami gali lagi dan ternyata kami mendapatkan black box," ujar Hendra.

Pencarian black box dilakukan juga dengan menurunkan ROV dari Kapal Riset Baruna Jaya I. ROV pada paginya sudah menangkap gambar serpihan pesawat dan kain syal milik penumpang di dasar laut. Petugas juga membawa ping locator untuk menangkap sinyal yang dipancarkan black box.

Pencarian black box ini sempat terkendala dengan arus kencang di bawah laut. Sebelumnya diperkirakan black box berada pada kedalaman sekitar 32 meter.

Puing Besar
Sementara itu, selain menemukan flight data recorder (FDR) black box, tim SAR gabungan menemukan bagian besar pesawat Lion Air di dasar laut perairan Karawang.

"Kita menemukan juga bagian pesawat yang lebih besar dari sebelum-sebelumnya. Itu kelihatannya bagian bodi, mungkin begitu ya, kulitnya. Panjang 1,5 meter, lebarnya setengah meter. Kemudian ada barang yang lebih besar, cuma belum bisa kita angkat (karena) cukup berat," ujar Kabasarnas Marsekal Madya M Syaugi di Kapal Baruna Jaya I BPPT.

FDR black box dan bagian badan pesawat Lion Air ditemukan sekitar 500 meter dari titik koordinat hilang kontak pesawat dengan nomor penerbangan JT 610.

"Ketemu 500 meter dari titik koordinat pesawat hilang," sebutnya.

Syaugi mengatakan, FDR black box ditemukan sekitar pukul 10.05 WIB. Tim penyelam sempat mengalami kesulitan karena arus kencang di dasar laut.

"Kita pakai kapal lain lagi, kapal Pertamina (yang) bisa steady di atas air dengan memasang mooring anchor, jangkar yang bisa steady. Setelah itu kita turunkan ROV, penyelam (juga) dikasih tanda," ujarnya.

"Apabila melihat barang besar, penyelam bisa diarahkan ke tempat itu karena sampai sekarang pun arus masih cukup deras. Di bawah, penyelam-penyelam kita agak kesulitan. Namun dengan perjuangan yang gigih dan doa kita semua, tadi jam 10.05 WIB bagian dari black box tersebut bisa ditemukan," imbuh Syaugi.

FDR black box langsung diserahkan ke KNKT untuk dianalisis. Sedangkan tim SAR gabungan tetap melanjutkan pencarian bagian CVR black box, termasuk badan pesawat Lion Air.

Kotak hitam itu akan segera dibawa ke laboratorium milik Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

"Nanti kita bawa ke laboratorium untuk di-download. Laboratoriumnya di KNKT," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono.

Soerjanto belum dapat memastikan waktu yang dibutuhkan untuk menelaah isi black box tersebut. Hal itu tergantung kondisi black box. Saat ini, tim dari Boeing telah berada di kantor KNKT.

"Nanti tergantung kondisinya seperti apa. Setelah ada di laboratorium, nanti dilihat," ucapnya.

Bertemu Boeing
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi segera memanggil perusahaan produsen pesawat The Boeing Company. Pemanggilan ini buntut dari penyelidikan pesawat Boeing 737 MAX 8 yang dipakai maskapai Lion Air untuk terbang dari Jakarta menuju Pangkalpinang sebelum jatuh di perairan Karawang.

"Kita akan berdiskusi dengan Boeing dalam 1-2 hari akan datang ke sini," kata Budi di kantornya, Jakarta.

Terkait kecelakaan ini, Menhub menyebut Ditjen Perhubungan Udara telah membebastugaskan beberapa pejabat di Lion Air. Menhub meminta Lion Air mengganti beberapa pejabat demi kelaikan terbang Lion Air.

"Dirjen Perhubungan Udara melalui surat nomor AU1441 meminta PT Lion Mentari Airlines untuk membebastugaskan sementara anggota direksi dan personal pesawat udara yaitu direktur maintenance dan engineering, quality control manager, fleet maintenance manager dan release engineer," sebut dia.

"Tujuannya adalah agar dalam masa dibebastugaskan itu, mereka lebih fokus untuk mendukung proses investigasi," imbuh Budi.

Bentuk Tim
Di bagian lain, Bareskrim Polri membentuk tim khusus (timsus) untuk menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT-610. Polisi merunut apa saja yang terjadi selama JT-610 terbang dari Bali ke Jakarta, lalu Jakarta ke Pangkalpinang.

"Tugas Polri juga mencoba mengungkap dari sisi non-teknis penyebab kecelakaan pesawat Lion Air. Tim melakukan investigasi dari perjalanan pesawat Lion, mulai dari Bali sampai dengan Jakarta dan Jakarta ke Pangkalpinang," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo.

Dedi menegaskan, investigasi yang dilakukan kepolisian dari sisi non-teknis penyebab jatuhnya pesawat. Sementara dari sisi teknis, investigasi tetap dilakukan KNKT. Namun, dia tak menjelaskan berapa personel yang terlibat dalam tim investigasi tersebut.

"Bareskrim Polri telah membentuk tim sus untuk melakukan penyelidikan yang akan fokus pada non-teknis penerbangan. Karena untuk teknis penerbangan tetap dari KNKT sebagai leading sektornya," jelas Dedi.

Dari sisi non-teknis, polisi dapat menginvestigasi latar belakang orang-orang yang terlibat langsung dalam penerbangan JT-610 semisal pilot, teknisi dan penumpang.

"Tim sudah bekerja untuk melakukan investigasi rekam medik pilot, profil dan rekam medik teknisi lapangan, dan latar belakang para pihak yang terlibat dalam penerbangan itu," ucap Dedi.

Investigasi ini untuk melihat kemungkinan ada-tidaknya sabotase dalam peristiwa jatuhnya pesawat. "Juga menginvestigasi apakah ada dugaan semisal kemungkinan sabotase dari kelompok teror," ucap Dedi.

8 Kantong Jenazah
KRI Torani 860 membawa delapan kantong jenazah dari hasil pencarian pesawat Lion Air JT 610. Delapan kantong tersebut membawa serpihan pesawat dan bagian tubuh korban.

Delapan kantong jenazah yang dibawa KRI Torani tiba di dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pukul 17.20 WIB. Satu per satu kantong jenazah tersebut diperiksa Tim DVI Polda Metro Jaya.

"Ada 9 (kantong jenazah) total hari ini. KRI Torani 8, sama sebelumnya kapal SAR 1," kata Kasubbid Dokpol Polda Metro Jaya AKBP Sembiring di lokasi.

Menurut Kadispen Koarmada I Letkol Laut Agung Nugroho, potongan tubuh yang ditemukan berada di permukaan laut. Bagian tubuh tersebut mengapung tak jauh dari lokasi yang diduga titik pesawat jatuh.

"Ya ditemukannya masih di atas permukaan laut yang jaraknya sekitar 100 meter dari titik dugaan jatuhnya (pesawat Lion Air) itu, belum di bawah laut," terang Agung.

Sebelumnya, 56 kantong jenazah sudah diberangkatkan ke RS Polri. Sampai hari keempat pencarian, total kantong jenazah yang diduga berisi potongan tubuh sebanyak 65 kantong. 

Namun baru satu jenazah yang sudah bisa diidentifikasi RS Polri pada Rabu (31/10) malam. Jenazah tersebut bernama Jannatun Cintya Dewi dan sudah diserahkan kepada keluarganya.

Jenazah korban Lion Air JT 610 yang teridentifikasi oleh Tim DVI Mabes Polri juga belum ada yang bertambah. Hal ini karena tidak ada data sidik jari maupun struktur gigi dari jenazah yang diidentifikasi. 

"Kamis tanggal 1 berdasarkan hasil sidang rekonsiliasi, belum ada jenazah yang teridentifikasi lagi. Minim data yang dapat belum bisa identifikasi pada sore ini," ucap Kepala Bidang DVI Pusdokkes Polri Kombes Lisda Cancer, kepada wartawan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

Pencarian Diperpanjang
Evakuasi korban dan puing pesawat Lion Air JT 610 diperpanjang hingga 12 November. Tim gabungan juga mengimbau kepada nelayan sekitar untuk membantu proses pencarian.

"Evakuasi akan dilangsungkan sampai 12 November sesuai perintah. Akan tetapi, waktu pencarian tersebut bisa saja diperpanjang menunggu perkembangan dan koordinasi dengan Basarnas," kata Kakorpolairud Baharkam Irjen Chairul Noor Alamsyah di Pantai Tanjungpakis, Karawang.

Pada pencarian hari keempat, jumlah personel gabungan yang terlibat sebanyak 1.134 orang dari berbagai instansi. Ia pun mengimbau nelayan setempat membantu petugas melakukan pencarian.

"Kami mengimbau kepada masyarakat di seputaran pantai membatu tugas kepolisian. Apabila mendapat menemukan pecahan kapal segera melapor ke posko sini (posko Tanjungpakis)," tuturnya.

Berbagai temuan, kata Chairul, akan tindaklanjuti oleh tim evakuasi gabungan yang berada di posko Tanjungpakis. Kemudian, temuan itu dikirim ke posko utama di Tanjung Priok.

Mengamuk
Sementara itu, ratusan penumpang Lion Air mengamuk di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang, Sumatera Barat, Kamis. Mereka kesal karena tak ada kepastian kapan akan diberangkatkan.

Mereka yang mengamuk tersebut merupakan penumpang Lion Air JT 0130, dari Padang tujuan Kualanamu International Airport (Medan). Para penumpang sudah menaruh curiga karena pilot dan seluruh awak kabin tiba-tiba keluar dari pesawat.

"Ini (penumpang) sudah ngamuk-ngamuk. Jawaban pihak Lion Air tak memuaskan," kata Mardefni Zainir, salah seorang penumpang.

"Kami sempat tanya. Katanya ada gangguan di bagian mesin," jelas dia.

Pihak Bandara juga mengatakan ada gangguan mesin di pesawat tersebut.

"Laporannya ada gangguan. Kerusakan di mana, kami tak tahu. Karena itu wewenang Lion. Namun yang disampaikan pihak Lion, ada getaran di mesin," jelas Executive General Manager (GM) PT Angkasa Pura II Cabang BIM, Dwi Ananda Wicaksana.

Dwi mengatakan, pihaknya sudah memediasi pertemuan antara penumpang dan pihak maskapai. 

"Kami mendorong Lion untuk segera membayarkan kompensasi yang menjadi hak penumpang dan sekaligus memberi kepastian apakah akan diberangkatkan atau tidak," kata Dwi.

Menurut Dwi, para penumpang berada di ruang tunggu bandara dan sedang menerima kompensasi sebesar Rp 300 ribu. 

"Namun belum ada kepastian Lion apakah jadi berangkat atau tidak," katanya.

Lion Air JT 130 sedianya berangkat pada pukul 10.40 WIB. Namun, hingga pukul 16.00 WIB, pesawat tak kunjung berangkat. Sekitar pukul 19.00 WIB atau setelah 8 jam delay, pesawat itu dinyatakan tak bisa terbang dan dijanjikan pesawat pengganti.

Para penumpang masih menunggu penjelasan lanjutan. Mereka dijanjikan terbang dengan pesawat pengganti yang didatangkan dari Batam. 

"Tadi janjinya jam 7 malam ini. Namun sampai sekarang masih belum datang. Kita masih menunggu," kata salah satu penumpang, Mardefni.

Terbang Pakai Pesawat Lain
Pesawat Lion Air JT 130 yang sempat delay akhirnya batal terbang. Penumpang pun diberangkatkan menggunakan pesawat pengganti dari Jakarta.

"Penumpang rute Padang-Medan sudah diberangkatkan dengan menggunakan pesawat JT 354 dari Jakarta," ujar Mardefni.

Dia bercerita petugas Lion Air semua sempat menjanjikan para penumpang pesawat pengganti dari Batam. Tetapi pesawat dari Batam batal mendarat akibat cuaca buruk.

Penumpang pun sudah mulai boarding pada pukul 19.45 WIB ke Medan. "Sekitar pukul 19.45 WIB, kita sudah masuk pesawat," ucapnya. (detikcom/h)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru