Jakarta (SIB)
Peringati Hari Pendidikan Nasional, Batak Center menggelar diskusi kelompok terpumpun dengan topik "Pemikiran Sati Nasution (Willem Iskander Nasution) dan Todung Sutan Gunung Mulia Harahap dalam Lintasan Sejarah Demi Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” di Sekretariat Batak Center, Jakarta, Jumat (5/5).
Diskusi ini menghadirkan pemantik St Sularto yang merupakan Penulis Buku "Inspirasi Kebangsaan dari Ruang Kelas" yang didalamnya menulis bahwa Willem Iskander yang sudah mendirikan Sekolah Guru Bumiputera (Kweekschool) tahun 1862 di Desa Tanobato, Panyabungan Selatan, Madina. Pemantik kedua yakni Imran Hasibuan yang merupakan Penulis Buku "Todoeng Soetan Goenoeng Moelia: Menerangi Indonesia dengan Hati dan Akal Budi"; Gunung Mulia, Menteri Pengajaran RI 1946.
Diskusi yang dimoderatori Ferddy FM Pandiangan ini menghadirkan para penanggap yaitu Prof Dr Mompang Panggabean (Guru Besar UKI), Prof Dr Johner Sitompul (Guru Besar ITB) dan Thekla Odelia Caramia br Sitompul (Aktivis Generasi Milenial).
Ketua Panitia Jaya Tahoma Sirait mengatakan, dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, Batak Center mengadakan diskusi mengupas kiprah dua tokoh Batak yang mengabdi pada dunia pendidikan yakni Sati Nasution dan Sutan Gunung Mulia.
“Sati Nasution setelah mengenyam pendidikan di Belanda, pada tahun 1862, mendirikan Sekolah Guru Pertama di Tano Bato, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Itu berarti 60 tahun sebelum Taman Siswa didirikan 1922 di Yogyakarta oleh Ki Hajar Dewantara,” bebernya.
Tokoh berikutnya, lanjut Jaya Sirait, adalah Todung Sutan Gunung Mulia Harahap, Menteri Pengajaran (sekarang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) periode 1945-1946, setelah Ki Hajar Dewantara.
“Sutan Gunung Mulia yang turut meletakkan dasar pendidikan di Indonesia ini juga Pendiri DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia), pendiri Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan salah satu pendiri Partai Kristen Indonesia,” ujar Jaya.
“Namun dalam catatan sejarah, kedua pionir pendidikan ini kurang mendapatkan apresiasi dan atensi baik dari orang-orang Batak maupun lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah,” tegas Jaya.[br]
Menurutnya, hasil diskusi ini akan dirangkum dalam suatu dokumen tulisan yang kelak diserahkan ke beberapa lembaga pendidikan, tokoh-tokoh marga Batak dan budaya.
“Kiranya buah pikiran, kontribusi dan semangat juang kedua tokoh itu bisa menjadi teladan dan diterapkan bagi generasi muda. Tentu melalui hasil diskusi ini bisa jadi pertimbangan bagi pemerintah untuk memberikan penghargaan pahlawan nasional kepada dua tokoh ini,” pungkasnya.
Sementara Ketua Umum Batak Center, Ir Sintong M Tampubolon mengutarakan terkait diskusi ini, Batak Center sedang menyusun buku tentang tokoh-tokoh Batak berpengaruh bagi generasi penerus bangsa, terlebih bagi orang-orang Batak. Dua tokoh yang didiskusikan saat ini termasuk didalamnya.
“Diskusi ini memperkaya dan membuat Batak Center lebih percaya diri bahwa apa yang sedang kita perjuangkan tidak salah untuk menonjolkan kedua tokoh ini. Berikutnya kita akan upayakan beberapa tahap, mulai menjadikan mereka tokoh Batak dan tokoh wilayahnya dan terus kita perjuangkan hingga menjadi pahlawan nasional,” jelasnya.
Sintong mengemukakan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial RI (Kemensos) telah mempercayakan Batak Center menjadi mitra untuk menjaring tokoh-tokoh nasional yang berasal dari Tanah Batak.
“Satu-satunya organisasi yang dinyatakan Kemensos sebagai mitra adalah Batak Center. Ini merupakan pengakuan dan penghargaan dari Dirjen Pemberdayaan Sosial Kemensos. Batak Center diberikan kesempatan untuk menjaring dan menganalisis tokoh-tokoh Batak untuk diproses menjadi pahlawan nasional. Kesempatan seperti ini perlu dimanfaatkan bersama-sama. Dalam diskusi ini terungkap banyak tokoh yang terlupakan, di antaranya dua tokoh ini,” tandasnya. (SS24/a)