Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 16 Mei 2025

Usai Mengasingkan 15 Tahun, Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Langsung Dijebloskan ke Penjara

* Srettha Thavisin Terpilih Jadi PM Baru
Redaksi - Rabu, 23 Agustus 2023 09:11 WIB
268 view
Usai Mengasingkan 15 Tahun, Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Langsung Dijebloskan ke Penjara
(Foto: Freemalaysiatoday.com/AP)
LAMBAIKAN TANGAN: Thaksin Shinawatra melambaikan tangan ketika tiba di bandara Don Muang, Bangkok, Selasa (22/8). Mantan Perdana Menteri Thailand tersebut langsung dijebloskan ke penjara untuk menjalani vonis hukuman delapan tahun. 
Bangkok (SIB)
Mantan Perdana Menteri (PM)Thailand Thaksin Shinawatra langsung dijebloskan ke penjara tidak lama setelah kembali ke Thailand usai mengasingkan diri lebih dari 15 tahun. Diberitakan AFP, Thaksin mendarat di Bandara Don Mueang Bangkok pada Selasa (22/8) pukul 09.00 waktu setempat.
Dia langsung dibawa ke Mahkamah Agung (MA), diiringi oleh para pendukungnya yang mengenakan kaos merah, yang berjejer di sepanjang jalan menuju lembaga peradilan tersebut.
Di Mahkamah Agung, Thaksin diperintahkan menjalani delapan tahun penjara untuk tiga hukuman yang telah diputuskan selama dia mengasingkan diri. Beberapa hukuman itu antara lain terkait bekas perusahaannya, Shin Corp, pinjaman bank, hingga kasus lotere.
Meski begitu, belum diketahui berapa lama Thaksin bakal mendekam di penjara. Sementara itu, pada Senin (21/8), Thaksin sempat membuat unggahan di X (sebelumnya adalah Twitter) bahwa dia akan menjalani proses hukum agar bisa kembali ke Thailand dan bertemu anak cucunya. "Saya ingin meminta izin untuk kembali tinggal di Thailand dengan saudara-saudara saya warga Thailand," ujarnya.
Thaksin akhirnya balik ke Thailand setelah lebih dari 15 tahun mengasingkan diri di luar negeri. Kepulangannya ini hanya beberapa jam sebelum parlemen diperkirakan melakukan pemungutan suara untuk memilih perdana menteri dari koalisi yang dipimpin Partai Pheu Thai.
Thaksin adalah perdana menteri dari 2001 sampai 2006, namun digulingkan oleh junta militer ketika berada di New York menghadiri pertemuan PBB. Setelah kudeta, dia sempat kembali ke Thailand sebentar sebelum akhirnya melarikan diri pada 2008 karena tuduhan korupsi. Dia terancam dipenjara 10 tahun karena tuduhan itu.


Terpilih
Sementara itu, Srettha Thavisin terpilih menjadi PM terbaru Thailand setelah mengamankan dukungan parlemen yang diperlukan. Terpilihnya Srettha mengakhiri kebuntuan politik selama tiga bulan terakhir setelah pemilu dimenangkan oleh Partai Move Forward yang kini dikucilkan dari koalisi pemerintahan.
Seperti dilansir AFP dan Reuters, Selasa (22/8), Srettha berhasil mendapatkan dukungan lebih dari 375 anggota parlemen dan para senator yang diperlukan untuk bisa terpilih menjadi PM Thailand dalam voting gabungan yang digelar kembali untuk kesekian kalinya pada Selasa (22/8) waktu setempat.
Dukungan penuh dari parlemen dan senat Thailand diperlukan, menurut undang-undang Thailand, untuk menjadi seorang PM dan membentuk pemerintahan.
Pita Limjaroenrat, pemimpin Partai Move Forward, yang memenangkan pemilu Thailand pada 14 Mei lalu, gagal mendapatkan cukup dukungan parlemen dan senat untuk bisa menjadi PM Thailand dalam voting yang digelar bulan lalu. Skandal kepemilikan saham di perusahaan media membuat Pita didiskualifikasi sebagai anggota parlemen dan tidak bisa lagi dicalonkan menjadi PM Thailand.
Partai Pheu Thai, yang menempati peringkat kedua dalam pemilu, lantas mengajukan Srettha sebagai calon PM ke parlemen. Sosok Srettha yang dikenal sebagai maestro real estate di Thailand, terjun ke dunia politik hanya beberapa bulan sebelum pemilu digelar pada 14 Mei lalu.
Saat mengajukan Srettha sebagai calon PM, Pheu Thai yang sebelumnya mendukung dan tergabung koalisi Partai Move Forward yang akhirnya kolaps, memutuskan mengeluarkan partai pemenang pemilu itu dari koalisi. Pheu Thai membentuk koalisi baru beranggotakan 11 partai politik dalam parlemen, termasuk menyertakan dua partai yang didukung militer, yakni United Thai Nation dan Palang Pracharat.
Koalisi itu memiliki total dukungan mencapai 314 kursi dalam parlemen Thailand, ditambah tiga anggota majelis rendah, sehingga hanya membutuhkan 58 suara dukungan Senator Thailand -- yang berafiliasi erat dengan pemerintah militer yang sebelumnya memerintah Thailand.
Ambang batas 375 suara dukungan ternyata berhasil didapatkan Srettha dalam voting gabungan pada Selasa (22/8) waktu setempat. (AFP/Rtr/detiknews/CNNI/d)


Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru