Selasa, 29 April 2025

Gangster Wanita Muncul di India, Jago Mengintai-Menembak Mati

Wilfred Manullang - Rabu, 24 Juli 2024 18:59 WIB
308 view
Gangster Wanita Muncul di India, Jago Mengintai-Menembak Mati
Foto: Istimewa
Ilustrasi gengster perempuan.
New Delhi (harianSIB.com)
Gangster biasanya identik anggotanya adalah kaum pria. Namun di India telah muncul gangster yang beranggotakan kaum wanita.

Gangster wanita ini dilaporkan terampil dalam melakukan pengintaian, menjadi honey-trap atau perangkap madu, dan sesekali melakukan aksi tembak mati.

Gangster wanita ini melejit setelah menjadi pemberitaan utama terkait kasus pembunuhan di India bagian utara.

Baca Juga:

Wilayah India bagian utara telah sejak lama dikenal dengan kekerasannya, seperti ditunjukkan oleh para petempur dan pegulatnya. Akhir-akhir ini, wilayah itu menjadi terkenal karena gangster wanitanya.

Maraknya keterlibatan gangster wanita dalam tindak kejahatan keji diawali dengan pembunuhan seorang penyanyi dan rapper bernama Shubhdeep Singh Sidhu, yang dikenal dengan nama panggung Sidhu Moose Wala, pada Mei 2022 lalu.

Baca Juga:

Sosok Moose Wala menjadi kontroversial karena lirik lagunya dan tahun 2020. Dia dituduh mempromosikan budaya senjata dalam lagunya. Pembunuhan Moose Wala diduga didalangi oleh geng kriminal pimpinan Lawrence Bishnoi, yang sangat terkenal di India.

Pada Maret tahun ini, Kepolisian Chandigarh menangkap Pooja Sharma dan dua rekannya, setelah menggagalkan rencana kriminal menargetkan musuh bebuyutan geng Bishnoi. Selama interogasi, Sharma mengakui dirinya bergabung dengan geng tersebut karena terpesona oleh kepribadian Bishnoi.

Sumber-sumber kepolisian setempat mengatakan bahwa geng-geng kriminal di India merekrut wanita-wanita muda yang tertarik pada kejahatan. Pekerjaan mereka disebut tidak terbatas pada pengintaian atau menjadi honey-trap untuk menjebak target, tapi terkadang ditugaskan untuk menembak langsung.


Divyanjali V, seorang psikiater forensik yang tinggal di Lucknow, Uttar Pradesh, meyakini bahwa patriarki berkontribusi pada keputusan perempuan untuk terjun ke dalam aktivitas kriminal.

"Kita mengetahui bahwa ada banyak kejahatan terhadap perempuan karena mereka secara biologis lebih rentan. Perempuan telah menjadi subjek patriarki selama berabad-abad dan mereka terus merasa terpuruk," sebutnya seperti dikutip dari Detikcom, Rabu (24/7/2024)

Shantadevi Patkar, yang dijuluki "Ratu Narkoba Mumbai", menjadi salah satu contohnya. Dilaporkan bahwa Patkar yang memiliki seorang suami yang kasar dan kejam terdorong terjun ke dunia kriminal, dengan gagasan menghasilkan uang melalui penjualan narkoba.

Divyanjalni menilai bahwa sebagian besar kejahatan tampak rasional bagi pelakunya karena mereka mencari kehidupan yang lebih baik, atau melarikan diri dari situasi yang buruk. Situasi itu juga berlaku untuk para penjahat perempuan.

"Mereka mempercayai hal itu dibenarkan dan akan membuat mereka merasa lebih baik, karena kejahatanlah yang merusak mereka. Trauma atau kejadian apa pun yang terjadi sebelumnya bisa menjadi motivator. Itu bisa menjadi emosi yang kuat, seperti cinta," ucapnya.

Ravindra B Vaidya, selaku pendiri dan presiden Aksi Sukarela untuk Rehabilitasi dan Pembangunan (VARHAD) -- organisasi nirlaba memperjuangkan akses keadilan bagi narapidana, mengatakan kepada RT bahwa gangster wanita lebih banyak ditemukan di kota-kota besar.

"Pola kejahatan berbeda-beda tergantung pada wilayah geografis dan terdapat perbedaan besar antara kejahatan di kota-kota besar dan kota kecil di pedesaan India," jelasnya.

Mayoritas narapidana perempuan yang ditangani VARHAD merupakan pelaku pertama kali yang dituduh membunuh pasangannya sebagai respons atas kekerasan dalam rumah tangga. Namun, menurut Vaidya, perempuan yang terlibat kejahatan terorganisir atau geng kriminal mungkin memiliki alasan lain.

"Mereka bisa saja terlibat untuk mendapatkan kekuasaan. Dalam masyarakat kita yang didominasi laki-laki, kejahatan juga menjadi sumber kekuaasaan. Dan laki-laki mempercayai perempuan seharusnya tidak memiliki kekuatan ini," ucapnya.

Beberapa perempuan yang terlibat kejahatan terorganisir, menurut Vaidya, menikah dengan penjahat atau memiliki anggota keluarga laki-laki yang terlibat kejahatan.

"Seorang anggota keluarga laki-laki dengan latar belakang kriminal meninggal atau tewas dalam 'pertemuan' dengan polisi atau dipenjara, sehingga perempuan itu tidak memiliki pilihan selain melakukan kejahatan karena sulit mendapatkan uang secara legal," imbuhnya. (*)

Editor
: Wilfred Manullang
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru