Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 28 September 2025

Kebakaran Hutan dan Gelombang Panas Landa Turki, 50 Ribu Warga Mengungsi

Redaksi - Selasa, 01 Juli 2025 12:41 WIB
27 view
Kebakaran Hutan dan Gelombang Panas Landa Turki, 50 Ribu Warga Mengungsi
Mahmut Serdar Alakus/Anadolu
Pemandangan udara rumah-rumah rusak dan kawasan hutan yang terbakar setelah kebakaran terjadi di distrik Seferihisar, Izmir, Turki pada 30 Juni 2025.
Jakarta(harianSIB.com)

Gelombang panas awal musim panas yang melanda sebagian besar Eropa telah memicu kekhawatiran luas. Di Turki, lebih dari 50.000 orang terpaksa mengungsi akibat kebakaran hutan yang terus meluas, sementara beberapa negara Eropa lainnya juga mengeluarkan peringatan cuaca ekstrem.

Di Turki, pada Senin (30/6/2025), petugas pemadam kebakaran terus berjuang memadamkan kebakaran hutan yang terjadi untuk hari kedua di provinsi barat Izmir. Angin kencang memperparah kondisi di lapangan, menurut Menteri Kehutanan Turki, Ibrahim Yumakli.

Badan Penanggulangan Bencana Turki, AFAD, menyebutkan bahwa evakuasi telah dilakukan di lima wilayah terdampak, dengan lebih dari 42.000 warga berasal dari wilayah Izmir. Dalam beberapa tahun terakhir, wilayah pesisir Turki memang semakin rentan terhadap kebakaran hutan, seiring musim panas yang kian panas dan kering, fenomena yang banyak dikaitkan dengan perubahan iklim akibat aktivitas manusia.

Tak hanya Turki, negara-negara lain di Eropa juga bersiap menghadapi suhu ekstrem. Di Prancis, kebakaran hutan yang terjadi pada Minggu (29/6) di wilayah Aude, barat daya negara itu, telah menghanguskan sekitar 400 hektare lahan. Sejumlah warga terpaksa dievakuasi dari perkemahan dan biara. Meski kobaran api telah terkendali, petugas menyebutkan bahwa api belum sepenuhnya padam.

Layanan cuaca Prancis, Meteo France, bahkan mengeluarkan peringatan gelombang panas oranye untuk 84 dari 101 departemen, dan suhu diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Selasa dan Rabu, dengan kemungkinan mencapai 40 derajat Celsius.

Sementara itu, Italia juga mengeluarkan peringatan merah gelombang panas untuk 16 kota besar, termasuk Roma dan Milan. Pemerintah daerah Lombardy, wilayah industri penting di utara Italia, bahkan berencana menghentikan pekerjaan di luar ruangan pada jam-jam terpanas sebagai langkah pencegahan, mengikuti seruan dari serikat pekerja.

Spanyol, Jerman, Portugal, hingga Belanda juga turut mengeluarkan peringatan suhu tinggi. Bahkan Belanda yang biasanya beriklim lebih sejuk memperingatkan potensi kombinasi suhu tinggi dan kelembapan yang dapat membahayakan kesehatan.


"Sebagian besar wilayah Eropa Barat kini mengalami kondisi panas ekstrem yang biasanya terjadi pada bulan Juli atau Agustus, bukan pada Juni," jelas Samantha Burgess, Pimpinan Strategis Iklim di Layanan Perubahan Iklim Copernicus, Uni Eropa.

Menurut laporan Reuters dan dilansir dari CNNIndonesia.com, suhu di beberapa wilayah tercatat 5 hingga 10 derajat Celsius lebih panas dibandingkan kondisi normal pada periode yang sama.

Kondisi ini menjadi pengingat serius bahwa dampak perubahan iklim tidak lagi berada di masa depan, tetapi tengah berlangsung di hadapan kita saat ini. Gelombang panas dan kebakaran yang terjadi bukan hanya krisis lingkungan, tapi juga persoalan kemanusiaan yang memerlukan perhatian dan respon nyata.

Di Jerman, peringatan panas juga diberlakukan di sebagian besar wilayah barat dan barat daya pada Senin (30/6), di mana suhu naik hingga 34 derajat Celsius. Pihak berwenang mengimbau warga membatasi penggunaan air.

Imbauan itu menyusul gelombang panas yang telah menurunkan permukaan air di Sungai Rhine, menghambat pengiriman dan meningkatkan biaya pengiriman bagi pemilik kargo, kata pedagang komoditas.

Secara global, suhu panas ekstrem telah menewaskan hingga 480.000 orang setiap tahunnya, melampaui jumlah korban gabungan dari banjir, gempa bumi, dan badai, serta menimbulkan risiko yang semakin besar terhadap infrastruktur, ekonomi, dan sistem perawatan kesehatan.

Para ilmuwan mengatakan penyebab utama perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil. Tahun lalu merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat di planet ini.(*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru