Quito (SIB)
Sedikitnya 10 orang, termasuk dua personel penegak hukum, tewas dalam rentetan tindak kekerasan yang mengguncang Ekuador awal pekan ini. Tindak kekerasan yang berkaitan dengan geng-geng kriminal itu marak setelah seorang gembong narkoba terkenal di negara itu berhasil kabur dari penjara yang dijaga ketat.
Kaburnya sang gembong narkoba itu bahkan memicu penetapan keadaan darurat oleh pemerintah Ekuador, dengan perburuan besar-besaran sedang berlangsung.
Seperti dilansir AFP, Rabu (10/1), Presiden Ekuador Daniel Noboa, yang menjabat sejak November tahun lalu menyebut, situasi terkini di negaranya itu sebagai "konflik bersenjata internal".
Kepala kepolisian setempat, dalam konferensi pers menyebut, rentetan serangan melanda kota pelabuhan Guayaquil pada Selasa (9/1) waktu setempat.
Sedikit delapan orang tewas dan tiga orang lainnya mengalami luka-luka dalam rentetan serangan di Guayaquil tersebut.
Dalam pernyataan terpisah via media sosial X, kepolisian setempat menyebut dua personel penegak hukum telah "dibunuh dengan kejam oleh sejumlah penjahat bersenjata" di kota Nobol, yang tak jauh dari Guayaquil.
Seorang gembong narkoba dan gangster terkenal di Ekuador bernama Jose Adolfo Macias alias Fito, yang dikenal sebagai pemimpin geng kriminal Los Choneros yang berpengaruh di negara itu, kabur dari penjara dengan keamanan ketat di Guayaquil pada Minggu (7/1) waktu setempat, saat polisi melakukan inspeksi.
Fito telah menjalani hukuman 34 tahun penjara atas tindak kejahatan terorganisir, perdagangan narkoba dan pembunuhan sejak tahun 2011. Ini merupakan kedua kalinya dia kabur dari penjara -- yang terakhir terjadi tahun 2013 lalu sebelum dia ditangkap kembali usai tiga bulan buron.
Menanggapi situasi itu, Noboa mengumumkan penetapan keadaan darurat dan pengerahan tentara selama 60 hari di jalanan dan penjara-penjara Ekuador terhitung sejak Senin (8/1) waktu setempat.
Keadaan darurat itu, menurut Noboa, akan memberikan "semua dukungan politik dan hukum" kepada anggota Angkatan Bersenjata Ekuador yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mereka dalam pertempuran melawan "teroris narkotika".
Noboa menambahkan bahwa akan ada pemberlakuan jam malam mulai pukul 23.00 waktu setempat hingga pukul 05.00 waktu setempat setiap hari selama keadaan darurat berlangsung.
Kaburnya gembong narkoba itu dari penjara sempat memicu kerusuhan di penjara-penjara yang tersebar di enam provinsi di negara tersebut. Para sipir penjara disandera di beberapa lembaga pemasyarakatan yang dilanda kerusuhan. Namun dilaporkan tidak ada korban luka dalam kerusuhan itu.
Diserang
Sekelompok orang bersenjata dan mengenakan balaclava dilaporkan menyerbu sebuah studio stasiun televisi yang sedang menayangkan siaran langsung di Ekuador dan mengancam dan menyandera staf yang ketakutan.
Para karyawan dipaksa tiarap saat siaran langsung stasiun televisi publik TC di Kota Guayaquil sedang berjalan. Beberapa saat kemudian siaran tersebut dihentikan.
Kepolisian Ekuador belakangan datang dan mengaku telah membebaskan semua staf serta menangkap 13 orang. Senjata-senjata yang disita turut diperlihatkan ke media.
Setidaknya 10 orang tewas sejak status darurat selama 60 hari dimulai di Ekuador sejak Senin (8/1).
Tidak jelas apakah insiden di stasiun TV di Guayaquil berkorelasi dengan kaburnya bos geng Choneros tersebut.
Di negara tetangga, Peru, pemerintah memerintahkan pengerahan polisi ke perbatasan untuk mencegah ketidakstabilan yang terjadi di negara itu
Mengecam
Amerika Serikat mengecam "serangan kurang ajar" di Ekuador. AS menyatakan sedang "berkoordinasi erat" dengan Presiden Ekuador, Daniel Noboa, serta "siap memberikan bantuan".
Ekuador adalah salah satu eksportir pisang terbesar di dunia. Negara itu juga mengekspor minyak, kopi, kakao, udang, dan produk ikan.
Meningkatnya kekerasan di negara tersebut dikaitkan dengan pertikaian antara kartel narkoba, baik asing maupun lokal, untuk menguasai jalur penyelundupan kokain ke AS dan Eropa.
Sandera Sipir
Sejumlah narapidana dilaporkan menyandera beberapa sipir dan mengancam akan membunuh mereka jika tentara dikerahkan untuk mengendalikan lembaga pemasyarakatan.
Di Kota Riobamba, hampir 40 narapidana, termasuk seorang gembong narkoba lainnya, kabur dari penjara.
Pasukan Marinir Ekuador menyerbu penjara di Kota Guayaquil untuk memulihkan ketertiban, pada Senin (8/1).
Setidaknya tujuh polisi juga diculik setelah Presiden Daniel Noboa mengumumkan keadaan darurat.
Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan tiga polisi yang diculik duduk di tanah dengan pistol diarahkan ke arah mereka.
Salah satu polisi dipaksa membaca pernyataan yang ditujukan kepada Presiden Noboa, lapor kantor berita AFP.
"Anda menyatakan perang, Anda akan mendapat perang," kata sang polisi membacakan pernyataan tertulis.
"Anda mengumumkan keadaan darurat. Kami menyatakan polisi, warga sipil, dan tentara sebagai rampasan perang."
Setop Layanan Publik
Sementara itu, Kedutaan Besar China di Ekuador mengumumkan akan menghentikan sementara layanan untuk publik saat konflik bersenjata menyelimuti negara di kawasan Amerika Selatan tersebut.
Pengumuman itu disampaikan oleh Kedutaan Besar China dalam pernyataan terbaru yang dirilis via media sosial WeChat pada Rabu (10/1) waktu setempat. Penghentian layanan publik itu juga berlaku di seluruh konsulat China yang ada di wilayah Ekuador.
Tidak diketahui secara jelas berapa lama penghentian layanan publik itu akan dilakukan.
"Pembukaan kembali untuk publik akan diumumkan pada waktunya," sebut Kedutaan Besar China dalam pernyataan pers berbahasa Spanyol, seperti dilansir AFP, Rabu (10/1). (detikcom/d)