Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 31 Mei 2025

Petani Padi di Kabupaten Simalungun Semakin Khawatir, Tenaga Pemanen Minim

* DPRD SU Minta Pemerintah Siapkan Asiltan Pemanen Padi
Redaksi - Rabu, 09 September 2020 09:52 WIB
548 view
Petani Padi di Kabupaten Simalungun Semakin Khawatir, Tenaga Pemanen Minim
Foto SIB/Revado Marpaung
TERLAMBAT PANEN : Salah satu petani di Nagori Jawa Maraja Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun menunjukkan tanaman padi miliknya yang sudah gosong dan kering karena keterlambatan dipanen, Selasa (8/9). 
Simalungun (SIB)
Sebagian besar petani padi di Kabupaten Simalungun semakin khawatir. Pasalnya, pada musim panen kali ini, tenaga pemanen sangat sulit ditemui. Akibatnya, padi yang semakin menguning belum juga dipanen karena tenaga pemanen tidak ada.

Data dihimpun SIB, Selasa (8/9) beberapa kecamatan seperti Jawa Maraja Bah Jambi, Huta Bayu Raja, Tanah Jawa, Panei Tongah, Panombeian Panei dan Sidamanik saat ini sedang musim panen raya.

Soit Sinaga, R Siallagan, A Simangunsong, David Panjaitan, J Tampubolon dan sejumlah petani di beberapa kecamatan mengatakan, musim panen kali sangat aneh. “Biasanya kita mengeluh karena hasil panen tidak bagus, malah, tahun ini mengeluh karena tenaga pemanen padi tidak ada,” kata Soit Sinaga.

Dikatakannya, kejadian seperti ini sangat jarang terjadi pada puluhan tahun belakangan ini. Menurut Soit, kurangnya tenaga pemanen di daerahnya disebabkan beberapa kecamatan sedang panen raya. Bahkan juga di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara seperti Deliserdang, Kisaran dan Ledong, sehingga tenaga pemanen sangat minim.

Sementara Ketua Karang Taruna Kecamatan Huta Bayu Raja Jepri Gultom SH mengatakan, kondisi pertanian saat ini hampir seluruh nagori di kecamatannya mengalami musim panen raya. Sehingga tenaga pemanen padi sulit ditemui. Padahal padi sudah semakin kering dan gosong. "Kalau pun dipanen, hasilnya sudah tidak maksimal lagi karena padi akan berjatuhan," jelasnya.

Kemudian, beberapa warga memanfaatkan peluang untuk memanen dengan alat manual yang terbuat dari bambu. Meski pekerjaan terbilang lamban, masyarakat tetap berusaha agar padi yang sudah menguning siap dipanen.

Pangulu Jawa Maraja Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Dirwan Samosir mengatakan saat ini kondisi padi yang seharusnya sudah panen sejak dua minggu lalu, hingga kini tak juga dipanen karena kekurangan tenaga pemanen. “Sehingga petani hanya bisa pasrah dan membiarkan tanaman padi begitu saja,” ungkapnya.

Hal senada dikatakan Pangulu Pokkan Baru Kecamatan Huta Bayu Raja Bahari Sitinjak. Karena kekurangan tenaga pemanen, masyarakat semakin khawatir, karena kondisi padi sudah semakin kering dan gosong. Padahal, dirinya juga sudah berupaya mencari tenaga pemanen sampai ke luar daerah, namun tak juga ada hasilnya.

DPRD SU
Mengetahui keluhan petani di Kabupaten Simalungun itu, Gusmiyadi anggota DPRD Sumatera Utara Dapil X Siantar-Simalungun mengaku sejujurnya cukup kaget. “Mestinya dalam situasi ekonomi seperti ini banyak masyarakat kita yang membutuhkan pekerjaan. Tapi mungkin saja ada kasus-kasus spesifik yang perlu kita perdalam. Tapi begini, karena ini kebutuhan yang sifatnya mendesak, saya perlu mengapresiasi peran media untuk ungkapkan fenomena ini. Ada beberapa hal yang kita harapkan, pertama mudah-mudahan pemberitaan ini menjadi informasi bagi kaum buruh tani dari nagori atau kecamatan tetangga untuk menangkap peluang.
Selain itu, pemerintah nagori, camat dan penyuluh harus segera berkordinasi dengan stakeholder guna mencari solusi. Jika diperlukan, lakukan mobilisasi pekerja dari nagori/kecamatan tetangga.

“Kemudian, kejadian ini mesti dijadikan pembelajaran ke depan. Diperlukan persiapan matang sejak proses penanaman untuk menghindari persoalan serupa. Kalau problemnya pada kesediaan alat panen, untuk kebutuhan mendesak, maka pemerintah mesti bantu masyarakat untuk berkordinasi dengan jaringan wilayah lain yang saat ini masih belum masuk fase panen untuk pemanfaatan alat,” katanya.

“Ke depan, pemerintah wajib mendampingi kelompok tani pada wilayah ini untuk mendapatkan alat mesin pertanian (Alsintan) yang dibutuhkan. Jika kita tidak bekerja cepat untuk mencari solusi, maka dapat kita pastikan petani kita akan enggan menanam kembali. Dan jika berlangsung lama, inilah yang secara akumulasi dapat mengakibatkan menyempitnya lahan pertanian kita karena alih fungsi. "Kalau sudah alih fungsi, yang terkena dampak kita juga karena ketahanan pangan nasional tentunya akan berkurang," ungkapnya.(S13/d)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru