Kamis, 02 Mei 2024
Hutan Indonesia Telah Hilang 40 Persen

Sumatera Dikepung 833 Titik Panas, Asap Kian Menggila

- Minggu, 13 September 2015 13:32 WIB
Sumatera Dikepung 833 Titik Panas, Asap Kian Menggila
SIB/Yunaidi/National Geographic Indonesia
Api perlahan membakar hutan yang berbatasan langsung dengan perkebunan sawit di Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Pembukaan hutan dan lahan dengan cara dibakar adalah penyebab utama kabut asap yang berbahaya, juga menghadirkan julukan baru bagi Indonesia di
Pekanbaru (SIB)- Kebakaran lahan dan hutan kian meluas di Sumatera. Hari ini ada 833 titik panas yang membuat asap semakin menggila.

Data BMKG Pekanbaru menunjukan, sebaran titik panas paling banyak berada di Sumsel 621 titik panas. Menyusul Provinsi Jambi (100), Bangka Belitung (45), Riau (14), Lampung (25), Kepri (14), Sumbar (12), dan Aceh (1).

"Dari jumlah 833 diperkirakan 70 persen merupakan titik api," kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin , Sabtu (12/9).

Imbasnya, kini Riau dikepung asap secara keseluruhan. Kondisi asap yang kian parah ini membuat jarak pandang terbatas hanya 100 meter di Pekanbaru. Kondisi yang sama juga terjadi di Kabupaten Pelalawan dan Inhu juga  100 meter.

"Secara umum cuaca wilayah Provinsi Riau cerah berawan disertai kabut asap. Peluang hujan dengan intensitas ringan tidak merata pada siang atau sore hari terjadi di wilayah Riau bagian utara," kata Sugarin.

Dengan jarak pandang yang terbatas ini, itu artinya lebih dari 100 meter segala bangunan atau kendaraan yang melintas sudah tidak kelihatan lagi.

Sejumlah anggota Polantas bersiaga di sejumlah persimpangan terutama di kawasan pusat kota. Pihak kepolisian yang berjaga memberikan aba-aba jari dikepal lantas dilepas kembali. Menandakan agar semua kendaraan roda empat menyalakan lampu.

Seluruh kendaraan roda empat, diminta menyalakan lampu demi keselamatan. Ini memang karena kondisi asap sudah sangat parah.

"Asap sudah berbahaya kali ini, kendaraan yang melintas jika tidak menyalakan lampu di atas jarak 100 meter tidak kelihatan lagi," kata Fajri (26) salah seorang warga Pekanbaru kepada detikcom.

Asap yang kembali membutakan suasana kota, dunia pendidikan pun kembali lumpuh. Padahal dua hari yang lalu, saat Pekanbaru diguyur hujan, pendidikan sempat aktif kembali.

"Hari ini anak saya tak sekolah lagi, padahal baru dua hari masuk.  Mau sampai kapan asap ini akan berakhir," keluh Ny Elis (38) warga Panam, Pekanbaru.  
   
Hutan Indonesia Telah Hilang 40 Persen

Sementara itu Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim, Rachmat Witoelar, mengungkapkan bahwa Indonesia sudah kehilangan 40 persen luas hutan dalam wilayah hutan resmi di kawasan larangan pembukaan hutan.

"Kita sudah kehilangan hutan di Indonesia sebesar 40 persen, seperti hutan nasional, hutan lindung, dan bahkan wilayah yang dilindungi oleh moratorium hutan Indonesia," katanya seusai pembukaan "Youth for Climate Camp" (YFCC) 2015 di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Jumat (11/9).

Ia mengatakan, ada dugaan bahwa kehilangan hutan di Indonesia terjadi di lahan hutan primer yang basah, sehingga ini menjadi sebuah tanda bahwa hutan di dataran rendah telah habis dan akan berpengaruh pada industri pertanian yang mulai beralih kepada ekosistem sensitif dan kaya akan cadangan karbon.

"Sebagian besar kejadian ini dikarenakan konon ada yang membakar hutan untuk memperluas lahan, ada yang memang sengaja membuang puntung rokok dan menyebabkan terjadinya kebakaran hutan, tetapi ada juga yang terjadi secara spontan yang dipengaruhi oleh suhu yang panas, seperti ketika ada botol di lahan gambut, maka sinar matahari yang panas itu akan membakar daun di sekitarnya," paparnya.

Menurut dia, kejadian ini terjadi di sebagian Pulau Sumatra dan Kalimantan, di mana Sumatra yang telah lama menjadi tempat ekspansi pertanian berskala kecil dan besar tersebut mengalami lebih banyak kehilangan hutan primer di lahan-lahan basah, seringkali dengan pengeringan dan pembakaran lahan gambut yang kaya akan cadangan karbon dan berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan iklim

"Menurut pengalaman saya ketika tahun 2004 yang dahulu saya pernah menjadi Menteri Lingkungan Hidup untuk menanggulanginya memang susah, apalagi dengan jangka waktu hanya 5 tahun, namun sekarang kita mencoba untuk menanam lagi dan menjaga agar hutan tidak berkurang dengan penanaman baru terutama mangrove atau hutan bakau di kota-kota besar," ujarnya. (detikcom/Nationalgeographic/y)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Sempat Kabur dengan Kedua Tangan Diborgol, Pengedar Narkoba Kembali Dibekuk
JAM Pidum Setujui Penghentian Penuntutan 14 Perkara Pidum
Perekonomian Sumut Terakselerasi 4,5-5,3% , Optimisme Permintaan Domestik, Pemilu dan PON Sumut
Daftar ke PAN dan PPP, Zainuddin Purba Ingin Selamatkan Generasi Muda dari Narkoba
Pemkab Simalungun dan PT Lonsum Bahas Pelepasan Lahan
'Atraksi Air Menari ' Hiburan yang Diminati Wisatawan di Pangururan Samosir
komentar
beritaTerbaru