Jumat, 03 Mei 2024
Pertemuan DK PBB Panas, Iran-Israel Saling Menyalahkan

Timur Tengah di Ambang Kehancuran

* Kemlu Imbau WNI Tunda Perjalanan ke Iran dan Israel
Redaksi - Selasa, 16 April 2024 08:53 WIB
368 view
Timur Tengah di Ambang Kehancuran
(AP Photo/Yuki Iwamura)
SAKSIKAN: Duta Besar Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani (kiri) menyaksikan video rudal Iran yang terbang di atas Masjid Al Aqsa yang ditunjukkan Perwakilan Tetap Israel untuk PBB Gilad Erdan (kanan) saat debat panas di hadapan Dewan Keamanan PBB,
New York (SIB)
Pertemuan DK PBB pada Minggu (14/4) berlangsung panas. Iran dan Israel saling tuduh pada pertemuan tersebut.
Masing-masing negara saling serang mengenai siapa patut disalahkan atas terancam perdamaian di Timur Tengah. Pertemuan darurat pada Minggu (14/4) itu khusus digelar membahas serangan Iran ke Israel.
Dubes Israel untuk PBB Gilad Erdan dalam pertemuan darurat itu menyatakan Iran harus bertanggungjawab atas serangan ke negaranya, dan menghancurkan perdamaian di Timur Tengah.
“Topeng sudah terbuka, Iran adalah sponsor teror global nomor satu, wajah aslinya sudah terbuka sebagai pengacau kawasan dan dunia,” ucap Erdan seperti dikutip dari Reuters.
Ia kemudian meminta DK PBB menjatuhkan sanksi kepada Iran.
Pada kesempatan itu, Erdan turut menuntut DK PBB menetapkan Garda Revolusi Iran sebagai organisasi teroris.
“Berlakukan seluruh sanksi pada Iran sebelum terlambat,” papar Erdan.
Gilad Erdan juga menyamakan Iran dengan Nazi.
Dilansir Al Jazeera, Senin (15/4) awalnya Gilad meminta agar DK PBB mengambil tindakan tegas atas serangan Iran itu.
"Saya meminta dewan ini untuk mengambil tindakan nyata terhadap rezim Ayatollah. Saya tegaskan bahwa Iran dan ambisi hegemoniknya untuk mendominasi global harus dihentikan sebelum hal ini mendorong dunia ke titik yang tidak bisa kembali lagi, ke perang regional yang bisa meningkat menjadi perang dunia," katanya, Minggu (14/4).
"Tadi malam, dunia menyaksikan peningkatan eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menjadi bukti paling jelas tentang apa yang terjadi jika peringatan tidak diindahkan," lanjutnya.
Dia kemudian mengatakan bahwa tujuan Iran 'telah dan terus menjadi dominasi dunia dengan mengekspor revolusi radikal (Syiah) ke seluruh dunia'.
Bahkan, dia juga menyamakan Iran seperti Reich Ketiga atau Nazi. Selain itu, dia juga menyamakan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei seperti Adolf Hitler.
"Rezim Islam (Iran) saat ini tidak berbeda dengan Third Reich dan Khamenei tidak berbeda dengan Adolf Hitler," tambahnya.
Merespons Erdan, Dubes Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani justru menyalahkan Israel. Dia menyebut serangan ke Israel adalah hak mereka untuk membela diri.
Pernyataan Iravani terkait alasan Iran menyerang Israel. Serangan itu dipicu aksi Israel terlebih dulu menyerang Kedubes Iran di Suriah.
“Dewan Keamanan PBB gagal menjalankan tugasnya menjaga perdamaian dan keamanan internasional,” jelas Iravani.
“Iran tak punya pilihan selain merespons. Negara kami tidak ingin eskalasi atau perang tapi kami akan merespons setiap ancaman,” sambung dia.
Iravani juga menyinggung serangan Israel ke Gaza sejak Oktober 2023 lalu. Serangan itu menyebabkan 33 ribu orang, mayoritas warga sipil, tewas.
“Badan ini harus mengambil langkah mendesak dan menghukum agar rezim ini dipaksa menghentikan genosida rakyat Gaza,” jelas Iravani.
Dia juga mengecam Israel. Dia meminta DK PBB memikul tanggung jawabnya.
"Sudah waktunya bagi Dewan Keamanan untuk memikul tanggung jawabnya dan mengatasi ancaman nyata terhadap perdamaian dan keamanan internasional," kata Iravani.



Serang Balik
Sementara itu, Israel sedang mempertimbangkan kemungkinan membalas serangan drone dan rudal dari Iran. Namun, serangan ini akan ditentukan di waktu yang tepat.
Dilansir BBC, Senin (15/4) Israel dan sekutunya menembak jatuh hampir semua rudal yang ditembakkan dalam serangan langsung Iran yang pertama terhadap Israel.
AS telah mengatakan bahwa mereka tidak akan ambil bagian dalam aksi balasan dari Israel. Semata-mata untuk menghindari peningkatan permusuhan regional.
Anggota kabinet perang Israel, Benny Gantz mengisyaratkan serangan balasan. Dia mengatakan Iran akan mendapat bayaran yang setimpal di waktu yang tepat.


Baca Juga:


"Pernyataan perang"
Presiden Israel Isaac Herzog menyatakan bahwa serangan rudal dan pesawat nirawak Iran ke negaranya pada Minggu (14/4) dapat dianggap sebagai "pernyataan perang".
Meski demikian, Herzog menegaskan bahwa pihaknya akan menahan diri.
"Ini seperti perang sungguhan. Maksudnya, ini merupakan pernyataan perang," kata Herzog kepada media Inggris Sky News.
Terkait bagaimana Israel akan merespons serangan Iran, Herzog mengatakan bahwa Israel akan mempertimbangkan semua dampak yang berpotensi terjadi saat membahas opsi-opsi yang ada bersama mitra.
"Karena kami bisa menahan diri, karena kami tahu (tindakan kami) pasti ada akibatnya, dan karena kami tengah berdiskusi dengan mitra-mitra kami," ucap Herzog.
"Kami tengah mempertimbangkan semua opsi, dan saya cukup yakin kami akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi dan membela rakyat kami," kata dia menambahkan.
Sementara itu, juru bicara kementerian luar negeri Israel Lior Haiat, mengatakan, serangan Iran membuktikan bahwa negara tersebut adalah "ancaman terbesar bagi stabilitas kawasan dan tatanan dunia".
"Inilah alasan pasti mengapa Iran sama sekali tidak boleh memiliki senjata nuklir," kata Haiat dalam pernyataannya di media sosial.
Haiat menegaskan bahwa Iran harus mendapat balasan atas serangannya ke Israel.


Baca Juga:


Di Ambang Kehancuran
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres memperingatkan masyarakat internasional agar tidak terlibat lebih jauh dalam konflik antara Iran dan Israel. Dia menyebut konflik itu membuat Timur Tengah kini berada di ambang kehancuran.
"Baik kawasan ini maupun dunia tidak mampu menanggung lebih banyak perang," kata Guterres saat berbicara kepada Dewan Keamanan dalam pertemuan mengenai serangan Iran terhadap Israel, dilansir AFP, Senin (15/4).
"Timur Tengah berada di ambang kehancuran," sambungnya.
Guterres mengatakan masyarakat yang berada di kedua wilayah itu menghadapi bahaya nyata. Sekarang ini, kata Guterres, adalah waktunya untuk meredakan ketegangan.
"Masyarakat di kawasan ini menghadapi bahaya nyata dari konflik berskala penuh yang menghancurkan. Sekaranglah waktunya untuk meredakan dan mengurangi ketegangan," tambahnya, sambil menyerukan pengendalian diri semaksimal mungkin.



Tunda Perjalanan
Terpisah, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia mengimbau warga negara Indonesia (WNI) menunda perjalanan tidak penting ke Israel dan Iran. Imbauan itu menyusul serangan balasan yang dilakukan Iran ke Israel.
"Kementerian Luar Negeri telah menyampaikan imbauan untuk meningkatkan kewaspadaan dan menunda perjalanan yang tidak esensial ke Israel maupun ke Iran dan jika terjadi situasi kedaruratan agar segera menghubungi hotline perwakilan RI yang terdekat," kata Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia Kemlu RI, Judha Nugraha, kepada wartawan, Senin (15/4).
Judha mengatakan saat ini ada 115 WNI di Israel dan 376 WNI di Iran. Dia mengatakan kondisi WNI di dua negara itu aman meski situasi sedang memanas.
"Kementerian Luar Negeri telah memantau dari dekat situsi eskalasi pascaserangan Israel ke fasilitas diplomatik Iran yang ada di Damaskus, termasuk situasi dan kondisi WNI di kawasan. KBRI Amman telah menjalani komunikasi dengan warga negara Indonesia di Israel hingga saat ini tidak ada informasi WNI yang terdampak atas serangan balasan Iran kepada Israel," ujarnya.
Kemlu juga mengatakan, telah memantau kondisi WNI di Israel aman usai Iran meluncurkan serangan balasan. Kemlu RI mengatakan ada 115 WNI di Israel.
"Kementerian Luar Negeri telah memantau dari dekat situasi eskalasi pascaserangan Israel ke fasilitas diplomatik Iran yang ada di Damaskus, termasuk situasi dan kondisi WNI di kawasan. KBRI Amman telah menjalani komunikasi dengan warga negara Indonesia di Israel hingga saat ini tidak ada informasi WNI yang terdampak atas serangan balasan Iran kepada Israel," ujar Judha Nugraha.
Dia mengatakan 115 orang WNI di Israel mayoritas menetap di Yerusalem dan Tel Aviv. Selain itu, katanya, ada 376 orang WNI di Iran yang mayoritas merupakan mahasiswa.(**)



Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
PBB
beritaTerkait
PBB Kecam Aturan Hijab Iran yang Makin Ketat, Diawasi Polisi Pakaian Preman
AS Blokir Keanggotaan PBB untuk Palestina, RI Sesalkan
Menlu Retno Kontak Menlu Hungaria Bahas Situasi Timur Tengah
Dewan Keamanan Akan Voting Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Presiden Jokowi Nyatakan Sikap Deeskalasi RI Terhadap Konflik Timur Tengah
Timur Tengah Memanas, Harga Minyak Dunia Turun
komentar
beritaTerbaru