Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 29 Mei 2025
GBKP Tuan Rumah Konferensi Kemitraan Emansipatoris PGI-PKN

Pdt Yunus Bangun : Akar Perpecahan Gereja, Kesombongan dan Menang Sendiri

Redaksi - Senin, 17 April 2023 20:59 WIB
638 view
Pdt Yunus Bangun :  Akar Perpecahan Gereja, Kesombongan  dan Menang Sendiri
Foto : Dok/Panitia
Foto: Ketua Umum Moderamen GBKP Pdt Krismas Barus didampingi Pdt Natallidna Tarigan mengenakan kain Karo Beka Buluh kepada utusan Protestantse Kerk Nederland, Jumat (14/4/2023) di Berastagi, Karo. 
Berastagi (harianSIB.com)
Konferensi Kemitraan Emansipatoris PGI ( Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia)-PKN (Protestantse Kerk Nederland) digelar selama enam hari (14-19/4-2023) di Hotel Sinabung Hills Resort, Berastagi dengan tuan rumah GBKP (Gereja Batak Karo Protestan). Acara pembukaan dilaksanakan dengan ibadah di Gedung GBKP Runggun Berastagi Kota, Jumat (14/4/2023). Konferensi ini merupakan even besar empat tahunan. Kehadiran peserta dari seluruh wilayah Indonesia menjadi gambaran indah persekutuan gereja-gereja dengan mitra Protestantse Kerk Nederland (PKN) dari Belanda.

Sebanyak 80 orang dari 35 anggota kemitraan dari Indonesia dan lima orang utusan PKN dengan sukacita mengikuti rangkaian acara dengan khidmat.

Sekretaris Umum Moderamen GBKP Pdt. Yunus Bangun, MTh selaku pelayan firman Tuhan, dalam khotbahnya yang didasarkan pada I Petrus. 1:22 dengan tema “Melangkah Bersama Dalam Mewujudkan Kasih Persaudaraan" menyampaikan kata mejuah-juah adalah salam pembuka dan mengakhiri sebuah acara di tengah orang Karo.

Maknanya adalah keseimbangan dan keselarasan hidup dengan Tuhan dan lingkungan. Maknanya lebih luas dari kata salam. Mejuah-juah masih dapat disampaikan kepada orang yang berduka, tapi kata salam belum tentu.

Dikatakan, jemaat dalam penderitaan dan apa yang dilihat Petrus ada kesungguhan dalam pertobatan. Bukan usaha manusia kamu ditebus dari hidupmu yang sia-sia, tapi oleh karena kasih dan anugerah. Inilah inti prosesi Jumat agung dan Paskah. Ada ketaatan pada kebenaran. Kebenaran dalam Kristus, firman yang menjadi daging, kata dan kesaksian.

Ketaatan pada firman menghasilkan kasih persaudaraan yang tulus dan ikhlas. Daud dan Jonathan ada pada Perjanjian Lama. Mereka tidak bersaing oleh kuasa dan kepopuleran. Kasih persaudaraan yang diperagakan adanya kesetaraan dan ketulusan. Mereka berpadu jiwa.

Hambatan persaudaraan katanya, adalah egoisme dan kesombongan. Akar perpecahan gereja adalah kesombongan dan menang sendiri. Perpecahan murid, siapa yang terbesar di antara mereka. Filadelfia kasih persaudaraan, dan menuju agape dengan segenap hati. Ketulusan kesetaraan dan perpaduan segenap jiwa, tanpa itu tidak akan berbuah apa-apa. Tersirat dalam ungkapan, jika ingin berjalan cepat berjalanlah sendiri, dan jika ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama membutuhkan ritme terukur, bela rasa bagi yang kelelahan. [br]



Dijelaskan, pesan pergumulan orang lumpuh yang ditandu membawa kesembuhan. Itulah kasih yang menggerakkan para misionaris dengan perjuangan yang berat dan tidak sedikit. Di tahun 1890 sampai ke orang Karo. Pdt. H. C Kruyt dan Pontoh. Mereka ke Buluhawar, dengan penduduk 200 orang. Misionaris meninggalkan kenyaman hidup. Dia tinggal di desa dan belajar budaya dan bahasa Karo.

Ikut bergotongroyong dan merawat orang sakit. Dia mengobati dan dibayar ternak atau sayur mayur. Dia pulang dan belajar kedokteran di Swiss.

Penggantinya adalah Pdt. Wijn Ngarden, ia merawat seorang anak tunda kais, yang dalam kpercayaan tradisional Karo adalah anak yang membawa malapetaka karena ayahnya mati saat dia lahir.

Sebelum meninggal Wijn Ngarden mengingatkan agar jangan meninggalkan misi di Buluhawar. Istrinya melakukan pendekatan denga makan sirih dan memberikan cermin yang langka saat itu.

Misionaris mendirikan sekolah dan rumah sakit zending dan rumah sakit kusta. Saat itu lingkungan pedesaan Karo sangat kumuh. Kolong rumah bermodel panggung (rumah siwaluh jabu) ada hewan peliharaan jadi sangat kotor, sehingga banyak orang sakit kusta. Zending juga membuka pasar rakyat untuk meningkatkan ekonomi rakyat.

Inilah semua bagian kasih Tuhan. Gereja dan sekularisme, advokasi lingkungan, konteks kebinekaan, gereja dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Diakhir khotbah Pdt Yunus mengatakan, dampak perang dan ancaman global menantang apa yang dapat kita lakukan? Kita perlu melangkah bersama. Apa yang dapat dihasilkan dari konferensi kita? Tuhan kiranya memberkati damai di bumi seperti di surga.

Ketua Panitia Pt. Riahta br Bukit dalam sambutannya menyampaikan ungkapan syukur atas kepercayaan mengelola acara yang akbar, dan secara khusus berterima kasih kepada Klasis Berastagi, termasuk dukungan GBKP Runggun Berastagi Kota dan semua pihak yang ambil bagian untuk suksesnya acara.
Ketua Umum Moderamen GBKP Pdt. Krismas Barus, MTh. LM menyambut dengan sukacita kehadiran semua peserta di dataran tinggi Karo. Pertemuan ini adalah satu pertemuan besar yang butuh energi dan biaya tinggi. Namun kesadaran banyak utang akan diikuti oleh banyak berkat dan dampaknya kinerja makin baik, menjauhkan keengganan GBKP untuk menerima kehormatan sebagi tuan rumah. [br]


Katanya, pandemi Covid 19 mengakibatkan GBKP morat-marit. Namun di saat seperti itu pun ada 28 gedung GBKP dibangun. Hal ini menjadi pengalaman iman, semakin banyak utang, banyak rejeki makin banyak berkat, karena itu, GBKP menerima kepercayaan besar ini. Ketua Umum Moderamen GBKP juga menyampaikan terimakasih kepada pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Karo serta Deli Serdang yang mendukung dan membantu panitia, dan juga semua kategorial dan jemaat yang ikut terlibat dalam acara ini.

Perwakilan PKN Rev. Dr. Sjaak van t’Kruis dalam sambutannya menyatakan bahwa Konferensi Kemitraan Emansipatoris sangatlah penting karena sebagai gereja tidak akan mengerti siapa Tuhan yang sesungguhnya kalau tidak bersama dengan gereja-gereja dan kelompok lain. "Kita butuh kaca mata dan melihat dari banyak sudut pandang dan orang lain. Protestantse Kerk Nederland menyadari bahwa sebagai gereja di Belanda mereka tidak tahu semua. Pengetahuan teologis sangat terbatas, misalnya tentang bapa leluhur. Untuk mengerti tradisi itu perlu mengenal leluhur mereka. Orang Maluku panggil Jesus dengan Tete Manis. Inilah perlunya gereja bermitra mengenal siapa Tuhan.

Harapan PKN dari konferensi ini jadi titik tolak perbaharui panggilan dan hubungan menaati firman Tuhan menjadi berkat. Dengan doa dan harapan Tuhan memberkati semua," katanya.(*)



Editor
:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru