Selasa, 29 April 2025

Marhaban Ya Ramadan

* Oleh Islahuddin Panggabean SPd Staff Media Centre Gerakan Islam Pengawal NKRI
- Jumat, 03 Mei 2019 18:42 WIB
405 view
Marhaban Ya Ramadan
Tidak terasa bulan Ramadan kembali hadir di depan mata. Bulan yang dirindukan dari tahun lalu sejak waktu memisahkan kita. Akhirnya di tahun 1440 H ini umat Islam kembali bertemu dengan bulan suci Ramadan. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sungguh telah datang kepadamu satu bulan yang agung, yaitu Ramadan. Diwajibkan atas kamu berpuasa pada bulan itu, pintu-pintu neraka terkunci, syetan terbelenggu. Di dalam bulan itu ada satu malam yang mulia (lebih baik dari seribu bulan) yaitu Lailatul Qadar. (Al-Hadist)

Ada banyak sebutan bagi bulan Ramadan yang bias mencerminkan kebermaknaan bulan mulia ini, diantaranya. Pertama, bulan Ramadan (syahru Ramadan). Ramadan berasal dari bahasa Arab ramdhun yang berarti membakar. Dari sisi hikmah, memang ramadan mampu 'membakar' semua dosa orang yang mengamalkan puasa sesuai dengan Hadist Nabi, "Barangsiapa yang menjalankan Ramadan dengan keimanan dan ihtisab maka diampuni segala dosa yang lalu. (HR Bukhori)

Kedua, bulan ketuhanan (syahrul Ilahi). Ramadan dapat disebut syahrul ilahi karena pahala pada bulan ini (puasa) diberikan kepada Allah dengan ganjaran yang tidak terbatas jumlahnya, hanya Allah yang mengetahuinya. Sesuai dengan sabda Nabi SAW. "Allah SWT berfirman (hadis Qudsi) : Tiap-tiap amal anak Adam untuknya sendiri, kecuali puasa, puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. (HR Bukhori)

Ketiga, Syahrul Qur'an. Disebut bulan Al-Quran karena memang pada bulan inilah diturunkan Al-Qur'an seperti dijelaskan pada QS Al-Baqarah : 185. Keempat, syahrul muwasa'ah (bulan berlapang-lapang) karena umat diperintahkan berlapang-lapang dalam memberikan pertolongan bagi yang membutuhkan.

Kelima, syahrul tilawah karena pada bulan ini dianjurkan untuk membaca Al-Qur'an. Bahkan pahala membaca Al-Qur'an dilipatgandakan sebanyak 1000 kali lipat dibanding bulan lain. Keenam, bulan kemenangan karena pada bulan ini banyak kemenangan ditorehkan antara lain Perang Badar (17 Ramadhan 2 H), Fathu Makkah (10 Ramadhan 8 H), Perang Tabuk (9H), Tersebar Islam ke Yaman ( 9 H), hingga Indonesia Merdeka (17 Agustus 1945).

Ketujuh, Syahru shabri, sabar menahan haus dan lapar dan sebagainya maupun sabar menahan amarah terhadap orang lain dan mengatakan Inni shaim (saya berpuasa). Kedelapan, syahrul rahmah (kasih sayang) dianjurkan untuk saling mengasihi berwujud zakat, infaq maupun shodaqoh. Kesembilan, syahrul 'id. Karena pada akhir bulan ini berlangsung hari raya Idul Fitri (kembali suci), karenanya selama satu bulan penuh diisi dengan amalan yang berkaitan dengannya.

Bulan Ramadan merupakan bulan proses mere-charge dan meng-install nilai-nilai ketaqwaan dalam diri. Dua kejadian penting di bulan Ramadan ialah diwajibkannya puasa dan turunnya Al-Qur'an. Sedang Al-Quran adalah pedoman bagi orang yang bertaqwa dan puasa mengantarkan orang menjadi muttaqin.

Proses 'installing or charging' dalam bulan Ramadan pun terfokus pada dua aktivitas itu, yakni puasa dan mendekatkan diri pada Al-Quran. Aktivitas selain dari pada dua itu pun sejatinya tidak lepas dari ibadah untuk mengkondisikan hati dalam menerima dan mengaplikasikan ajaran Al-Qur'an.

Ada pun beberapa contoh amalan yang biasa dilakukan di bulan Ramadan. Pertama, Shiyam (puasa), shiyam sendiri bermakna al-imsak (menahan). Adapun secara istilah syar'i artinya menahan diri dari makan, minum dan dari segala pembatal puasa yang disertai dengan niat dari mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

Kedua, Qiyam Ramadan seperti dalam bentuk melaksanakan sholat Tarawih pada malam hari bulan Ramadan. Mengenai itu, Salat Tarawih adalah salat sunnah yang dilakukan khusus hanya pada bulan Ramadan. Terdapat beberapa praktik tentang jumlah raka'at dan jumlah salam pada salat Tarawih.

Pada masa Nabi Muhammad salat tarawih hanya dilakukan tiga atau empat kali saja, tanpa ada satu pun keterangan yang menyebutkan jumlah raka'atnya. Kemudian salat tarawih berjamaah dihentikan, karena ada kekhawatiran akan diwajibkan. Barulah pada zaman khalifah Umar salat tarawih dihidupkan kembali dengan berjamaah, dengan jumlah 20 raka'at dilanjutkan dengan 3 raka'at witir.

Sejak saat itu umat Islam di seluruh dunia menjalankan salat tarawih tiap malam-malam bulan Ramadan dengan 20 raka'at. Empat mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah serta Al-Hanabilah, semua sepakat menetapkan jumlah 20 raka'at sebagai bilangan salat tarawih. Sedangkan Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah dari Bani Umayyah di Damaskus menjalankan salat tarawih dengan 36 raka'at. Ibnu Taimiyah menjalankan 40 raka'at.

Yang pertama kali menetapkan salat tarawih hanya 8 atau 11 raka'at dalam sejarah adalah pendapat orang-orang di akhir zaman, seperti Ash-Shan'ani (w.1182 H), Al-Mubarakfury (w. 1353 H) dan Al-Albani. Ash-Shan'ani Penulis Subulus-salam sebenarnya tidak sampai mengatakan salat tarawih hanya 8 raka'at, Sedangkan Al-Mubarakfury memang lebih mengunggulkan salat tarawih 8 raka'at, tanpa menyalahkan pendapat yang 20 raka'at. Dan jumlah raka'at tarawih ialah persoalan klasik yang tidak pantas lagi untuk diperdebatkan.

Ketiga, Berinteraksi dengan Al-Qur'an. Bulan Ramadan ialah bulan yang pertama kali diturunkannya Al-Quran (2:185). Imam Az-Zuhri pernah berkata, "Apabila datang Ramadan maka kegiatan utama kita (selain shiyam) ialah membaca Al-Qur'an". Hal ini tentu saja dilakukan dengan tetap memperhatikan esensi-esensi dasar diturunkannya Al-Qur'an. Berinteraksi dengan Al-Quran setidaknya ada beberapa bentuk, yakni tilawah atau membaca, tadabbur (merenungi makna), tahfizh (menghafal), tasmi' (mendengar) serta tadarrus (saling belajar dalam kelompok).

Keempat, Optimal dalam berzikir dan berdoa. Ramadan adalah momen untuk tidak melepaskan kesempatan untuk melakukan aktivitas penting dan berbobot tinggi namun ringan dilakukan yakni dzikir, doa dan istighfar. Oleh karenanya banyak-banyak berdoa untuk kebaikan diri dan orang lain. Adapun waktu-waktu yang mustajab adalah : saat berbuka, sepertiga malam terakhir, waktu sahur, pada hari Jum'at, dan sebagainya.

Kelima, Shodaqoh Seperti Bersedekah hidangan berbuka. Rasulullah SAW menganjurkan dan mengerjakan ini, nilainya seperti orang yang berpuasa. Maupun mengeluarkan zakat mal ataupun fitrah. Keenam, menuntut ilmu agama dan menyampaikannya. Apalagi umumnya hampir semua masjid ada jadwal kultum atau kulibas dan sebagainya.

Ketujuh, umrah ke tanah suci. Kedelapan, I'tikaf. Ibnu Qoyyim berkata "I'tikaf disyariatkan dengan tujuan agar hati beri'tikaf dan bersimpuh di hadapan Allah, berkhalwat dengan-Nya, serta memutuskan hubungan sementara dengan sesama makhluk dan berkonsentrasi penuh kepada Allah" Kesembilan, Bergiat mencari Lailatul Qadar.

Demikian, setidaknya beberapa hal yang mengenai Ramadan. Semoga amalan Ramadan kita tahun ini lebih baik dari tahun yang lalu. Marhaban Ya Ramadan !! (q)

SHARE:
komentar
beritaTerbaru