Selasa, 29 April 2025

Ephorus Adalah Gembala dan Pemimpin

* Hanya 3 Gereja yang Memakai Ephorus Pimpinannya * Catatan: Pdt Dr Luhut P Hutajulu
- Minggu, 18 September 2016 09:32 WIB
5.198 view
Ephorus Adalah Gembala dan Pemimpin
Pdt Dr Luhut P Hutajulu
Istilah   "Ephorus" adalah bahasa Latin,  yang berarti   "ketua",    "kepala",   "pemimpin",  tetapi yang ada sangkutpautnya dengan akademis.  Di kemudian hari dunia Kristen (di Jerman)  mengambil alih istilah ini dan dipakai dalam arti   "kepala"  dari  suatu pekerjaan di lingkungan badan akademis yang dipunyai oleh gereja Kristen.  Memang pemakaian itu sangat jarang sekali.  Dalam abad 19,  istilah itu hampir  tidak dipakai lagi di badan-badan akademis.  Pemakaian istilah   "ephor"  sendiri tidak pernah dipakai dalam lingkungan politik (Ephor  "dahulu kala adalah salah seorang dari anggota dewan penguasa atas satu-satu daerah di Sparta,  dewan yang terdiri dari lima orang dan dipilih sekali setahun oleh rakyat)  Tetapi dengan tiba-tiba,  istilah itu terdengar lagi,  karena Rheinische Missions Gesellschaft (suatu badan  Zending di Jerman yang sekarang sudah tukar nama)  memakainya untuk menamai jabatan mengepalai pekerjaan-pekerjaan zending di suatu daerah zending mereka di Sumatera.  Istilah ketua,  praeses dan kepala sudah terlalu banyak dipakai di Barat; jadi  untuk mengkhususkan pengertian tentang jabatan mengepalai pekerjaan zending di daerah lain,  maka mereka mencari istilah lain.  Begitulah terjadinya pemakaian istilah  "Ephorus" di Sumatera. 
Pada waktu HKBP bukan daerah zending dari RMG lagi, istilah   "Ephorus" itu tetap kita pakai sebagai warisan,  walaupun kita tidak mengerti asal mula pemakaian itu.  Lalu  BNKP (Nias)  juga mengambil over istilah itu dan kemudian GKPS sesudah mandiri memakai juga istilah 'ephorus' untuk menamai kepalanya.  Jadi di seluruh dunia hanya tiga (3)  gereja (HKBP,  BNKP, GKPS) yang menamai kepala mereka "Ephorus".

Apa pekerjaan Ephorus ?
Tugas Ephorus menurut AP HKBP 2002,  Bab IV pasal 11:   a.Mendoakan dan menggembalakan jemaat-jemaat dan pelayan-pelayan di segenap HKBP; b.Melaksanakan pembinaan terhadap pelayan-pelayan tahbisan dalam rangka upaya meningkatkan kemampuan mereka melaksanakan tugas-tugas pelayanannya,  terutama dalam pelayanan firman  dan penggembalaan; c.Memelihara dan menyuarakan tugas kenabian HKBP terhadap pemerintah atau penguasa melalui kata-kata maupun perbuatan nyata untuk menegakkan kebenaran dan keadilan di tengah-tengah bangsa dan Negara; d.Mewakili HKBP terhadap pemerintah,  gereja dan badan-badan lain di dalam  maupun di luar negeri; e.Memimpin segenap HKBP dibantu oleh Sekretaris Jenderal dan Kepala Departemen berdasarkan Alkitab, Konfessi,  Aturan Peraturan dan Ruhut Parmahanion Paminsangon sebagai manifestasi kepatuhannya kepada Yesus Kristus,  Raja Gereja.  Ephorus dapat mendelegasikan wewenang melaksanakan tugas-tugas tertentu kepada Sekretaris Jenderal, Kepala Departemen,  atau Praeses,  atau anggota Majelis Pekerja Sinode sesuai dengan kebutuhannya.  Dan tugas lainnya.

Di dalam sejarah HKBP pada akhir tahun empat puluhan ephorus Batak yang pertama Pdt. K. Sirait tidak dipilih kembali pada akhir masa jabatannya, orang-orang gereja jadi bingung dimana ephorus itu akan ditempatkan.  Demikian juga pada tahun 1974 ketika Dr T.S.  Sihombing tidak terpilih lagi menjadi ephorus. Untuk kembali menjadi pendeta di sebuah jemaat,  dianggap tidak sesuai lagi dengan statusnya sebagai mantan ephorus (suatu jabatan kehormatan).  Karena itu untuknya harus disediakan suatu jabatan kehormatan.

Belajar dari sejarah,  perlu kita lakukan untuk memahami bagaimana sejarahnya jabatan ephorus di dalam HKBP dan bagaimana gelar ompu i menjadi gelar kepada ephorus HKBP.

Ephorus di dalam sejarah HKBP
Berdasarkan tulisan mantan Ephorus HKBP Pdt. Dr. J Sihombing (alm)  dalam Sejarah HKBP,  jabatan ephorus dan tata gereja sama-sama lahir tahun 1881.  Dia mengatakan,

"Ia aturan ni huria dohot tohonan ephorus na rap tubu do i di huria Batak.  Ianggo di mulana i andorang otik dope angka tuan pandita,  jala metmet dope huria i holan rapot ni angka tuan pandita dope na manggomgomi huria i.  Tuan Schreiber,  guru di Seminari Parausorat ma president ni rapot i sian taon 1866-1873.  Dung mulak tuan i  tu Eropa,  gabe Dr Nommensen ma singkatna gabe president. " (lih. J. Sihombing.  "Sejarah ni HKBP" . h. 68)

Sewaktu Dr. Nommensen perlop ke Eropa pada tahun 1880 dan 1881,  beliau bersama Dr. Schreiber bersama dengan Tuan Koding pendeta Sibolga yang kebetulan cuti ke Eropah menyusun aturan dan peraturan gereja Batak.  Menurut Tata Gereja 1881 itu,  ephorus (pimpinan tertinggi dalam gereja Batak)  harus ditetapkan oleh deputat (majelis pusat RMG)  untuk masa jabatan enam tahun.  Setelah Tata Gereja ini selesai dipersiapkan,  konsepnya diserahkan kepada pimpinan RMG pada waktu itu Dr. Fabri.  Dr. Fabri menuliskan dalam kata pendahuluan Tata Gereja Batak itu;   "Belum pernah saya jumpai dalam sejarah pekerjaan mission ada satu bangsa (Batak) yang masih kanibal pada masa permulaan pekerjaan Missi,  tetapi dalam waktu yang sangat relatif singkat kekristenan telah tersebar dan bisa membuat aturan dan peraturan-nya sendiri. "Pada rapat para pemimpin Rheinische Mission,  mereka mempertimbangkan begitu banyak pekerjaan di Pulau Sumatera dan kemudian memperhatikan kemampuan Pdt. Dr. IL Nommensen,  mereka sependapat menyerahkan jabatan ephorus kepada Pdt. Dr. IL. Nommensen tahun 1881.  Sejak itu jabatan ephorus ada di dalam HKBP dan di dalam sejarah HKBP Pdt. Dr. IL Nommensenlah yang pertama diangkat dari President rapat Pendeta menjadi Ephorus.

Sekembalinya Dr.  Nommensen dari Eropah,  jemaat Kristen Batak begitu mendengar bahwa Dr. IL Nommensen telah diangkat menjadi Ephorus mereka datang dan mengucapkan selamat.  Sementara itu Dr. IL Nommensen sibuk dengan kunjungan pastoral untuk menjelaskan Tata Gereja Batak 1881 itu.  Pada bulan Juli 1882,  diadakan rapat di Pangaloan yang dihadiri 300 orang utusan jemaat.  Rapat ini membahas: Pendidikan anak,  Keluarga Kristen,  Hidup yang baru.  Selain itu rapat akbar ini juga sekaligus menjadi peresmian jabatan Ephorus di gereja Batak.  Upacara peresmian ini begitu meriah,  karena diiringi koor dan musik trompet dan sejak itulah orang Batak menyebut 'ompu i' kepada Nommensen. 

Jadi sejak tahun 1881,  organisasi pelayanan di bidang kepemimpinan gereja Batak,  dipimpin seorang pelayan gereja yang disebut Ephorus. 

Sampai sekarang ephorus ini tetap menjadi ciri-ciri khas kepemimpinan Gereja Batak (HKBP setelah tahun 1929). Jabatan ephorus di HKBP telah mengalami tantangan maupun perkembangan.  Perbedaan pandangan antara pihak zending dan kaum Kristen Bumi Putra yang menginginkan kemandirian.  Di dalam konsep tata Gereja 1928, ephorus adalah sebagai pimpinan para rohaniwan tidak ada lagi sangkut pautnya dengan urusan kepemimpinan dan administrasi.  Demikian juga menjelang Sinode Godang tahun 1929 ada usul perubahan terhadap konsep Tata Gereja susunan J Warneck.  Usul perubahan itu agar dalam suatu kepemimpinan dan kepengurusan di Gereja Batak yang   "demokratis" pimpinan   "otokratis"  ephorus yang berlaku sekarang perlu ditiadakan. Tata Gereja yang bersifat otokratis dianggapnya tidak sesuai dengan Alkitab dan hakikat gereja.  Dalam suatu Tata Gereja yang demokratis,  keseluruhan gereja itu seharusnya tidak lagi dipimpin dan dikelola Ephorus,  melainkan oleh suatu pengurus harian.  Perubahan-perubahan dialami dalam perjalanan sejarah jabatan ephorus di dalam HKBP. Pada sinode Godang istimewa 10-11-1940 di seminarium Sipoholon merupakan awal sejarah baru. Sewaktu diadakan pemilihan ephorus sampai tiga kali,  untuk memilih antara pendeta orang Eropah dan pendeta bumi putra , akhirnya pemilihan ketiga keputusan jatuh dengan 50 suara buat Pdt. K Sirait dan 40 suara bagi De Kleine.  Sejak itulah Pendeta bumi putra menjadi ephorus pertama yaitu Pdt. K Sirait. 

Di dalam Tata Gereja tahun 1950,  dalam gereja HKBP tidak hanya ada presbyterial synodal tetapi juga ada di dalamnya episkopal.  Sinode dibangun atas dasar Presbyterial.  Tetapi dalam peraturan gereja mengenai jabatan gereja di dalam psl. 5,  tampak jelas didasarkan pada watak episkopal.  Dalam alinea pertama sudah disebut bahwa ephorus bersama sekretaris jenderal menjadi ketua dan wakil ketua pada sinode am (badan perwakilan gerejawi)  dan sekaligus menjadi ketua dan wakil ketua pada majelis pimpinan pusat gereja.  Pada tahun 1950,  ketika peraturan disusun, orang-orang sepakat untuk mengangkat seorang pendeta tua yang sangat dihormati menjadi ephorus.  Waktu itu belum ada sarjana teologi yang dapat digolongkan angkatan tua.  Oleh sebab itu orang-orang memilih seorang pendeta tua yang sangat dihormati dan untuk mendampinginya diangkat seorang pendeta tamatan sekolah Tinggi Teologi Jakarta yang berfungsi sebagai sekretaris jenderal.  Menurut mereka,  ephorus harus menjadi lambang,  sedangkan sekretaris jenderal menjadi tulang punggungnya.  Sistem   "duokrasi"  yang ditegakkan itu,  yang terdiri dari seorang pendeta tua yang tidak mempunyai pendidikan akademis sebagai ephorus dan seorang sekretaris jenderal yang lebih muda dan mempunyai pendidikan teologi tinggi sudah jelas akan mudah berubah menjadi   "monokrasi"  kalau seorang di antara mereka,  karena sesuatu alasan terhalang untuk melakukan tugas kewajibannya.  Untuk mencegah terjadi kekuasaan duokrasi atau monokrasi maka ditetapkan anggota-anggota majelis Pimpinan Pusat untuk masa jabatan empat tahun,  termasuk ephorus dan sekretaris jenderal.

Demikianlah sejarah singkat jabatan ephorus di HKBP dan  sekarang HKBP telah memakai pimpinan kolektif,  bukan seperti dulu kepemimpinan tunggal.

Sejarah menjadi guru bagi hidup kita! Sejarah setiap kali membuka pintunya untuk perubahan,  bahwa perubahan tidak terjadi,  kerap kali adalah karena tidak ada orang yang mempunyai cukup kemauan dan keberanian untuk memasukinya.  Kita ingat,  tidak ada satupun di dalam hidup ini yang terlampau suci untuk dikritik dan diperbaiki.  Bagaimana agar gereja HKBP menjadi berkat pada masa kini? Selamat kepada Ephorus HKBP yang terpilih di Sinode Godang 12-18 September 2016.  Tuhan memberkati. (d)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru