Jumat, 02 Mei 2025

Menhub Minta Maskapai Antisipasi Lonjakan Penumpang Saat Arus Balik

Redaksi - Senin, 15 April 2024 09:42 WIB
271 view
Menhub Minta Maskapai Antisipasi Lonjakan Penumpang Saat Arus Balik
(ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meninjau kesiapan arus balik Lebaran di Bandara Soekarno Hatta, Kota Tangerang, Banten, Jumat (12/4/2024).
Jakarta (SIB)
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengecek pergerakan penumpang dan pesawat di Bandara Soekarno-Hatta pada Jumat (12/4). Dalam tinjauannya, dia meminta maskapai bersiap menghadapi lonjakan penumpang pada puncak arus balik Lebaran.
Diketahui, penerbangan saat arus mudik di Bandara Soekarno-Hatta mencapai titik tertinggi pada H-4 atau 6 April 2024 dengan 1.236 penerbangan (take off dan landing) dan 187.750 penumpang. Sedangkan pasca lebaran titik tertinggi terjadi pada 11 April 2024 yakni terdapat 843 penerbangan dengan 121.325 penumpang.
"Di sini pergerakan sudah mencapai 1.236 mendekati tahun 2019 sebesar 1.280. Kejutannya adalah jumlah penumpangnya lebih besar. Kalau di Jakarta lebih besar 101% dibandingkan 2019 sedangkan di Bali 104%. Ini tidak mungkin terjadi jika kita tidak melakukan kolaborasi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (13/4).
Melihat angkat tersebut, puncak arus balik diprediksi terjadi pada Minggu (14/4) hingga Senin (15/4) mendatang. Karena itu, Budi meminta semua pihak bekerja sama dalam mewujudkan mudik yang berkeselamatan.
"Saya hanya mengingatkan bahwa biasanya arus balik ini masalahnya di bagasi karena jumlah pergerakan yang akan datang hari Senin (15/4) itu pasti melebihi 1.236, saya menduga ini akan sampai 1.250. Jadi semua maskapai harus mempersiapkan diri," ujarnya.
Selain itu, Budi juga meminta AirNav Indonesia untuk mengoptimalkan runway ketiga Bandara Soekarno-Hatta runway, sehingga runway kedua dan ketiga dapat landing bersama-sama. Ini untuk memaksimalkan pergerakan pesawat di masa arus balik.
"Apabila semua instrumen dilaksanakan pergerakan pesawat bisa 110 per jam. Sekarang baru 87 dan menuju ke arah situ. Tapi dengan 87 pergerakan per jam pun sudah bisa mengakomodasi 1.236 sehari, itu luar biasa," ucapnya.
Lebih lanjut, Budi juga mengimbau masyarakat kembali lebih awal guna menghindari kepadatan. Kendati demikian, pihaknya telah menyiapkan beberapa skenario untuk mengantisipasi apabila kepadatan tetap terjadi.
"Kalau arus balik itu berbeda dengan mudik yaitu sentripetal atau menuju ke satu titik yakni Jakarta, bukan menyebar seperti mudik. Pemerintah telah menyiapkan skenario untuk mengantisipasinya. Satu lagi untuk arus balik saya minta Kepolisian lakukan penegakan hukum seperti merazia travel gelap," tuturnya.



Apresiasi
Pada kesempatan yang sama, Budi juga mengunjungi Jakarta Air Traffic Service Center Bandara Soekarno-Hatta. Dia mengapresiasi keberhasilan Indonesia melalui Airnav dalam mengambil kendali ruang udara Kepulauan Riau dan Natuna yang masuk ke dalam FIR Jakarta, pasca perjanjian pengaturan ulang ruang udara atau re-alignment FIR (Flight Information Region) dengan pemerintah Singapura beberapa waktu lalu.
"Ruang udara Kepri dan Natuna itu sudah dikendalikan dari FIR Jakarta. Selamat untuk Airnav bisa menjalankan amanah itu. Lebih keren lagi, yang mengendalikan itu dari ruang operasional adalah wanita. Top, wanita-wanita Indonesia sangat tangguh," ucapnya.
Sebagai informasi, negosiasi FIR dengan Singapura telah dilakukan sejak 1995. Sejak saat itu, penerbangan domestik dari Jakarta ke Natuna misalnya, harus melakukan kontak navigasi dengan penerbangan Singapura ketika memasuki Kepulauan Riau. Sedangkan pada penerbangan internasional misalnya dari Hongkong ke Jakarta, saat melintas di atas Kepulauan Natuna harus melakukan kontak navigasi penerbangan Singapura untuk setelahnya dilayani AirNav Indonesia. Setelah dilakukan pengaturan ulang FIR, kedua pesawat tadi akan langsung dilayani AirNav Indonesia dan tidak perlu ke Singapura.
Pemerintah, kata dia, akan berupaya maksimal untuk memastikan pengelolaan ruang udara Indonesia berlangsung selamat, efektif, serta sesuai kepentingan nasional dan memenuhi pelayanan jasa penerbangan sipil berstandar internasional. Budi meyakini pengalihan FIR akan memberikan dampak positif bagi Indonesia, khususnya dalam hal penerimaan negara. Sebab Indonesia akan mulai menikmati peningkatan pendapatan negara dari biaya pelayanan jasa navigasi penerbangan yang diberlakukan pada daerah tambahan FIR Jakarta tersebut. (**)


Baca Juga:


Baca Juga:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru