Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Persekutuan Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI) Sumatera Utara (Sumut), Pdt Dr Samuel Ghozaly SE, Senin (18/9), diminta memberi sambutan pada seremoni pengukuhan Badan Pengurus Daerah (BPD) Sumatera Utara - Aceh (SUA) Gereja Bethel Indonesia (GBI) periode 2023-2027, Senin (18/9) dikukuhkan di Emerald Garden Hotel Medan.
Sambutan diboboti dengan nats dan sharing pengalaman rohani, Gembala Jemaat GPdI Ebenhaezer Kampunglalang Medan itu melempar joke. “Tadi saya diskusi dengan (Ketua GBI SUA) Pdt Mangapoi Marbun. Katanya, ‘sudah makin sulit mendapatkan dan mau menjadi ketua.’ Padahal menjadi ketua itu, mahal,” ujar pria yang juga Ketua Majelis Daerah (MD) Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Sumut.
Pdt Samuel Ghozaly cerita tentang jabatan ketua yang diberikan padanya. Mulai dari di PGPI, GPdI hingga organisasi gerejawi lain. “Mumet, memang. Tapi jika untuk melayani Tuhan, kenapa tidak?” ujarnya.
Ia kemudian bertamsil kenapa menjadi ketua itu mahal. Seperti hewan yang dapat dilatih memetik kelapa. “Ini pengalaman di Lampung lho,” ujarnya.
Ada 3 hewan pemetik kelapa. Yang satu paham cara memetik kelapa dan memilih mana buah bersantan kental atau yang masih degan. Yang kedua, jago memetik kelapa tapi tak tahu memilah sesuai kehendak tuannya. Yang satu lagi, tak tahu apa-apa. “Sudah tak dapat diperintah memetik kelapa, memanjat pun tak tahu. Mungkin akrofobia, takut ketinggian,” ujarnya.
Si pemilik hewan itu, menurutnya, marah. Ia membawa ketiganya ke pasar. Menawarkan pada tauke kelapa. Yang pertama dihargai dua puluh juga. Yang kedua dinilai lima belas juta. “Yang ketiga, berapa?” ujarnya.
Sebagian peserta acara asal menyebut saja. Tentu dengan prediksi lebih murah. Sebab, tak tahu apa-apa. “Salah,” kata Pdt Samuel Ghozaly. “Justru dihargai tiga puluh juta. Kenapa. Iya... memang tidak tahu apa-apa tapi mampu memimpin dua lainnya. Itulah saya,” ujarnya.
Massa yang hampir seluruhnya pendeta, terbahak-bahak. Termasuk Ketua PGI Sumut Pdt Dr Yafet R Marbun, Ketua GBI SUA Pdt Mangapoi Marbun, Sekretaris PGI Sumut Pdt Dr Eben Siagian, Bendahara Marnix Hutabarat, pastor milenial Pdm Jhon Edward Manurung, Pdt Jan Fasman Saragih, Pdt Dr Jefry Kurniawan Korua SSos MPd, pakar hukum Pdt Dr Budi Sitepu SH MH.
Pdt Samuel Ghozaly memastikan dirinya mahal meski tidak tahu apa-apa. “Yang penting tampil. Soal benar atau tidak, Tuhan menilai dari niat baik untuk melayani,” tambahnya dan mendapat aplaus.
***
Tentang hewan pemetik kelapa, realitasnya dipelihara dan dilatih untuk memetik kelapa di pohon yang memiliki ketinggian rata-rata 20 hingga 35 meter. Prosesnya melalui pendidikan khusus. Pelatih hewan tersebut yang tinggal di Lubuk Ipuh Kurai Taji, Kabupaten Padang Pariaman, Fendi mengatakan, setidaknya butuh waktu 6 bulan melatih hewan tersebut.
Harga awal hewan liar itu bervariasi tergantung usia dan keahlian. Maksimal Rp2 juta. Latihannya tiap hari dengan pohon kelapa ditambah asupan gizi memadai.
Bila sudah jadi, hewan tersebut dapat memetik sampai 100 kelapa. Hewan yang sudah ahli kemungkinan dijual lagi dengan harga tinggi sampai Rp10 juta.
Asvery, General Manager Yayasan Kalaweit Indonesia yang berkosentrasi pada perlindungan satwa, mengatakan hewan tersebut bukan termasuk jenis primata dilindungi, sehingga diperjualbelikan atau dipekerjakan.
***
Tentang komedi satire Pdt Samuel Ghozaly, ia memastikan hal tersebut joke tapi masih bagian kontemplasi kehidupan. “Miris, ya,” tutupnya. (YouTube HolyChannelSUA/Facebook/R10/a)