Medan
(harianSIB.com)Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
Dinas Kesehatan Sumut Novita Saragih mengungkapkan sejumlah kendala dalam penanganan status bencana non-alam Kejadian Luar Biasa (
KLB)
Malaria yang terjadi di Kabupaten
Nias Selatan (
Nisel).
Salah satu permasalahan utama, menurut Novita, adalah kurangnya pemantauan dan tindak lanjut terhadap pasien Malaria. Hal ini menyebabkan banyak kasus mengalami kekambuhan (relaps), sehingga memperparah penyebaran penyakit di wilayah tersebut.
"Pertama, kurangnya pemantauan dan tindak lanjut dari pasien Malaria, sehingga timbulnya kekambuhan penyakit (relaps)," ujarnya kepada wartawan, Kamis (24/4/2025).
Baca Juga:
Selain itu, keterlambatan dan kurangnya laporan kasus secara akurat juga menjadi penghambat utama dalam pengendalian penyakit tersebut. Akibatnya, terjadi bias data yang menyulitkan dalam pengambilan kebijakan penanganan.
"Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian penularan. Kemudian akses pengobatan yang sulit, karena merupakan wilayah daerah kepulauan dengan akses terbatas," tambahnya.
Baca Juga:
Novita juga menyoroti belum optimalnya kegiatan penyelidikan epidemiologi serta keterbatasan tenaga laboratorium medik yang terlatih, yang menyebabkan keterlambatan dan ketidakakuratan dalam penegakan diagnosis malaria.
Tak hanya itu, faktor kepercayaan masyarakat turut menjadi tantangan tersendiri. Masih banyak warga yang menganggap malaria sebagai penyakit akibat guna-guna, sehingga enggan berobat ke fasilitas kesehatan.
"Masih terdapat kepercayaan bahwa penyakit Malaria yang terjadi pada pasien merupakan penyakit guna-guna, sehingga penderita tidak melakukan pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan," jelasnya.
Dari data yang tercatat dalam sistem informasi surveilans malaria, sepanjang tahun 2024 hingga 12 April 2025, telah dilaporkan sebanyak 1.301 kasus positif malaria dengan 13 kasus kematian.
Dinas Kesehatan Sumut berharap peningkatan koordinasi lintas sektor, edukasi masyarakat, dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dapat menjadi solusi untuk menekan penyebaran malaria di wilayah Nisel. (*)