Medan (SIB)
Setidaknya 51 titik atau lokasi badan jalan raya lintas transportasi umum di Sumatera Utara, merupakan ruas-ruas jalan yang rawan longsor, sementara pihak Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) Wilayah-I Sumut menerbitkan surat peringatan dini (SPD) akan potensi bencana hidrometeorologi per tanggal 25 Mei lalu.
Ketua Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia (Gapeksindo) Provinsi Sumatera Utara Erikson L Tobing, dan pemerhati sektor hidrologi Herry ATP Tambunan SE MAP, secara terpisah menyebutkan, potensi rawan longsor pada badan jalan-jalan raya terutama dipicu kerusakan struktur tanah yang gampang tergerus akibat rembesan dan tekanan air curahan hujan deras berintensitas tinggi pada sejumlah lintasan jalan nasional maupun jalan tingkat provinsi.
"Terlepas dari perbedaan data dan peta lokasi jalan raya yang rawan longsor, antara data PUPR (31 lokasi) dan Ditlantas(51 lokasi), yang pasti memang masih banyak ruas jalan raya yang rawan longsor baik longsor berulang maupun longsor dadakan. Wajar kalau kemudian pihak BMKG terbitkan SPD Bencana Hidrometeorologi agar berhati-hati dan mengantisipasi perjalanan atau layanan transportasi semua moda (darat, laut, udara) pada saat berpoteni hujan deras, angin kencang, banjir bandang, banjir genangan, longsor, bahkan pohon tumbang," ujar Erikson kepada pers di Medan, Jumat (28/5).
Bersama rekannya Romein Manalu dan Samuel Tobing, dia mengutarakan hal itu ketika menanggapi surat/SPD BMKG tersebut, yang ternyata menyebar luas ke kalangan dunia usaha, termasuk para praktisi jasa konstruksi dan transportasi di daerah ini. Surat-SPD yang diteken langsung Kepala BMKG Wilayah-I Hartanto dengan tiga poin imbauan penting itu, memaparkan potensi-potensi bencana hidrometeorologi berupa banjir bandang (arus kiriman) banjir genang (curahan lokal), angin kencang atau puting beliung, longsor dan erosi tanah di badan jalan raya atau sekitar pemukman dan sebagainya, di sejumlah (puluhan)wilayah di daerah kabupaten hingga kecamatan dan kawasan desa-desa di Sumut.
"Lokasi atau ruas jalan yang rawan longsor itu misalnya di jalur Medan--Karo hingga perbatasan Dairi dan Simalungun.
Longsor berulang sering terjadi di ruas jalan Medan-Berastagi khususnya pada ruas Sibolangit, ruas Tele-Pangururan di KM 10-11, jalur Pematangsiantar-Parapat pada KM 42 tepatnya di Jembatan Sidua-dua, jalur Sidikalang-Medan pada ruas Desa Laepondom dan jalur Sibolga-Tarutung KM 6,5 di ruas Desa Simaninggir, Kecamatan Sitahuis arah ke ruas jalan Batulubang Sibolga. Obyek jalinsum yang paling rawan longsor hingga saat ini dengan liquafaksi masih terus terjadi di ruas jalan Aeklatong. Kendati sudah ada jalan pengganti yang baru (realynmen), tapi faktanya jalur rawan longsor Aeklatong masih terus dilintasi armada angkutan transportasi antar-provinsi walau dengan risiko terhadang material longsor atau harus ditarik kendaraan derek sewaktu-waktu," ujar Erikson serius.
Hal senada juga disebutkan Herry Tambunan yang mengungkap fakta dan data geologis (dari DP IAGI), bahwa 25 daerah dari 33 kabupaten-kota se-Sumut merupakan wilayah rawan bencana hidrometeorologi berupa longsor dan banjir bandang dengan tingkat potensi kerawanan hingga 65 persen. Langkat, Karo dan Tapteng merupakan daerah tertinggi kerentanan dan gerakan tanahnya pada zona yang mencapai 20 persen hingga 30 persen dari luas wilayahnya. Sedangkan potensi banjir dan longsor akibat kerentanan tanah tingkat menengah terdapat di 19 daerah, terutama di Tapsel, Tapteng, Toba, Taput, Dairi, Pakpak Bharat, Madina dan Nias.
"Risiko bencana hidrometeoreologi ini sekarang lebih kompleks dan majemuk sehingga akan melibatkan banya pihak dalam penanganannya. Pihak PU untuk penanganan kondisi jalan yang rusak (transportasi), Dishut atau BLH untuk aspek vegetasi (lingkungan dan kehutanan), BPBD atau SAR untuk kendali korban atau evakuasi, ahli geologi untuk edukasi dan mitigasi pra bencana, dan sebagainya," ujar Herry, mantan staf perusahaan industri perikanan itu. (A5/a)