Medan (SIB)
Seminar Tri Dimensi Bela Negara dan
Bedah Buku Pembentukan Karakter Humanis, Sabtu (4/5) di Aula Raja Inal Siregar (RIS) Kantor Gubernur Sumut
Medan menghadirkan 5 narasumber; Prof Dr. Hadir Prof Zulkarnain Lubis MS PhD, Prof Dr Darwin Lie SE MM, Prof Dr Yasmirah Mandasari Saragih SH MH dan Prof Dr Elisabeth Nurhaini dan Prof Dr Felix Hasim.
Prof Dr Jon Piter Sinaga MKes selaku penulis buku "Penguatan Nilai Nilai Bela Negara dalam Pembentukan Karakter Humanis" dalam sambutannya mengatakan, karakter humanis merupakan upaya refleksi diri seseorang sebagai objek sekaligus sebagai subjek untuk mengelola potensi dirinya sendiri secara bebas dan peduli atas hidup orang lain dengan lingkungannya.
Hal itu menjadi gambaran loyalitas dan pengabdian Tri Dimensi Bela Negara terhadap bangsa dan negara, menyangkut penguatan nilai-nilai bela negara. Nilai-nilai bela negara mencakup sikap, perilaku dan tindakan setiap warga negara yang menjiwai cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia akan Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban dan memiliki kemampuan awal bela negara.
Baca Juga:
Tokoh Masyarakat Dr RE Nainggolan MM mengatakan, setiap orang harus cinta tanah air dan itu menjadi urusan pertana dan utama. "Karena kita tahu penggunaan narkoba di Sumut merupan yang terbanyak di Indonesia, HIV dan kekerasan seksual nomor 5 di Indonesia, tindak kriminal paling banyak di Sumut, Jawa Barat dan DKI Jakarta dan itu menjadi tanggung jawab kita bersama mengatasinya," katanya.
Karena itu dia mendorong agar setiap sekolah harus dibuat kurikulum etika dan moral dari tingkat SD hingga ke perguruan tinggi, karena tanpa itu dikhawatirkan generasi ke depan bisa hancur. "Karena itu saya ucapkan terima kasih kepada Prof Dr Jon Piter Sinaga MKes yang telah membuat buku Penguatan Nilai-nilai Bela Negara dalam Pembentukan Karakter Humanis semoga buku ini dapat membuka hati kita semua," harapnya.
Baca Juga:
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti 1) Wilayah Prof Drs Saiful Anwar Matondang MA PhD menyambut baik penerbitan buku "Penguatan Nilai-nilai Bela Negara dalam Pembentukan Karakter Humanis". "Buku ini sungguh memuat pemikiran yang patut kita hargai, dengan informasi mengenai pentingnya membudayakan nilai-nilai bela negara kita. Buku ini menampilkan pemikiran mengenai konsep Tri Dimensi Bela Negara, yaitu sebuah sinergi antara masyarakat intelektual dari akademisi/praktisi dengan TNI dan Polri," katanya.
Mewakili komunitas Kepolisian Kombes Pol Muslim Siregar SIK mengatakan, mendukung acara seminar karena meneruskan cita-cita pahlawan bangsa. Bela negara bukan saja pertahanan negara tetapi banyak sekali, yaitu menumbuh kembangkan cinta tanah air itu bagian upaya bela negara. "Apa yang bisa kita kerjakan, maka kita kerjakan itu sudah ikut mengisi bangsa ini. Jadi kita kerjakan saja kerja kita itu sudah ikut membela negara," katanya.
Mewakili komunitas TNI, Toto Rahardjo mengatakan, bela negara humanis adalah nilai utama yang bisa diselenggarakan secara paralel antara negara dan warganya untuk mencapai tujuan dan cita-cita bersama. Mewujudkan keadilan sosial dan mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka menuju negara yang mempunyai daya tangkal berlapis dan mendalam, serta terciptanya ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh untuk menghadapi perang berlarut dalam konteks pertahanan rakyat semesta.
Kapolda Sumut Irjen Pol Agung Satya dalam pemaparannya mengatakan, mengucapkan terima kasih atas terbitnya buku tersebut. Semoga buku itu menjadi acuan untuk menanamkan karakter bangsa sebab bangsa tidak ada nilainya bila karakter tidak punya nilai. "Kita sudah merdeka 77 tahun, tetapi bukan berarti otomatis nilai kita akan tertanam. Jadi bukan karena umur maka lebih bijaksana, tetapi harus ada proses dari waktu ke waktu ada penataan karakter," tegasnya.
Ketua Dewan Guru Besar UMA Prof Zulkarnain Lubis MS PhD dalam pemaparannya mengatakan, Indonesia memiliki budaya yang baik, dimana bekerja secara gotong royong, ramah, jujur, solidaritas tinggi dan lainnya. Tetapi di akhir ini tumbuh fenomena terjadi perubahan menjadi jahat, tidak punya etika, korupsi tak malu dan lain-lain. Hal itu disebabkan tiga hal yaitu naluri, nalar dan nurani tidak seimbang lagi pada manusia. "Jadi saat ini bagaimana kita akan menyatukan dan menyeimbangkan tiga hal itu naluri, nalar dan nurani sehingga kita menjadi orang yang baik dan punya karakteristik bangsa yang humanis," tutupnya. (**)