SURVEY
Hal senada juga disampaikan Amin yang mengaku sebagai pimpinan perusahaan (kontraktor) yang mengerjakan
proyek pembangunan drainase Jalan Jamin Ginting Km 10,5 tersebut ketika dihubungi melalui telepon.
Katanya, saat proyek dikerjakan tidak ada masalah di lapangan setelah adanya dilakukan komunikasi kepada pihak yang tinggal di lokasi.
"Setahu bagaimana kok muncul pula masalah sekarang, setelah proyek itu selesai dikerjakan," kata Amin dengan nada kesal.
Begitupun, Amin melanjutkan, pihaknya akan segera melakukan survey kembali ke lapangan untuk selanjutnya dilakukan solusi terbaik.
Baca Juga:
"Kalau memungkinkan biar jalan masuk itu segera dibuatkan seperti yang diharapkan pemilik," kata Amin yang saat dihubungi mengaku sedang di luar kota.
Untuk mendapat informasi lebih lengkap, Jurnalis SIB masih berusaha beberapa kali menghubungi Amin, namun HP nya sulit dihubungi.
Baca Juga:
MEMBANTAH
Sementara pemilik lahan bekas
Kebun Percobaan Universitas Sisingamangraja XII Medan, Tuty Rotua Panggabean, yang juga Penanggungjawab Koran SIB, menyebut orang yang tinggal menjaga lahan itu sama sekali tidak ada bersepakat dengan si kontraktor mengenai pembuatan titi akses lahan itu.
"Yang ada, si pelaksana proyek hanya bincang-bincang dengan yang jaga lahan kita, Sdr Galingging, tentang posisinya di lokasi sebagai penjaga. Kemudian tentang pekerjaan sambilannya sebagai tukang becak. Kalau mengenai kesepakatan, tak ada itu dan tidak mungkin dari penjaga lahan!" tegas Tuty Panggabean.
Kontraktor dapat bertanya ke saya langsung mengenai hal itu karena di lokasi lahan kami ada jelas terpampang plang besar dari plat berisikan data tanah kami lengkap Nomor HP yang bisa dihubungi, tegas Tuty.
"Tapi si pelaksana proyek tak ada menghubungi saya. Bahkan ketika saya dapat menghubungi Amin itu, hanya sebentar tersambung. Karena begitu dia saya pertanyakan mengenai titi kami yang tidak mereka bangun sebagaimana dahulunya, hubungan telepon langsung dia putuskan.
Selanjutnya tak bisa lagi dihubungi dan ketika saya WA, posisi centang satu, (tidak terkirim)" kata Tuty Panggabean lagi.
"Menurut saya itu hanya alasan dari pihak kontraktor untuk tidak disalahkan. Hanya orang tolol yang mau barangnya dirusak dua, diganti satu," tegasnya.