Tepat 41 tahun lalu, Junko Tabei mencatatkan namanya sebagai perempuan pertama yang berhasil menaklukkan gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest. Dibimbing oleh Sherpa (pemandu) Ang Tshering, perempuan asal Jepang itu berhasil menaklukkan Everest pada 16 Mei 1975 pagi waktu setempat.
Keduanya mencapai puncak selatan Everest dengan ketinggian 8.763 meter di atas permukaan laut (mdpl) terlebih dahulu sebagai perhentian terakhir.
Setelah istirahat beberapa saat, keduanya melanjutkan perjalanan untuk mencapai puncak setinggi 8.848 mdpl.
Tabei membuat cukup ruang di salju tebal untuk duduk. Tetapi, ketika menyadari tantangan yang akan dihadapinya, dia mengaku sedikit bergidik ngeri dan marah. Di depan Tabei yang telah melewati sejumlah titik berbahaya, membentang perbukitan es nan licin yang membentuk perbatasan antara China dengan Nepal.
Perempuan kelahiran 1939 itu harus melintasi bagian bawah perbukitan itu sepanjang 14-15 meter. Satu kesalahan kecil saja, Tabei bisa tergelincir jatuh sejauh 5.000 meter ke sisi China atau 6.400 meter ke sisi Nepal di mana terdapat Kamp Ekspedisi Everest Wanita Jepang yang diikutinya.
"Saya tidak tahu akan menghadapi tantangan tersebut meski sudah membaca semua ekspedisi Everest sebelumnya. Saya marah karena kepada para pendaki sebelumnya yang tidak memperingatkan perbukitan es dalam catatan pendakian mereka," kenang Tabei, seperti dilansir Japan Times, Senin (16/5).
Namun, tidak ada waktu untuk menoleh ke belakang. Tabei melanjutkan ekspedisinya dengan merangkak secara hati-hati. "Saya tidak pernah merasa setegang itu sepanjang hidup. Saya merasa seluruh rambut saya berdiri ketika mencapai puncak," ungkapnya.
Keberhasilan Tabei itu merupakan simbol kemenangan bagi wanita Jepang yang berjuang untuk kesetaraan dan kemerdekaan memilih jalan hidup. Hingga dekade 1970, di Negeri Matahari Terbit masih terbentuk paradigma hanya laki-laki yang boleh bekerja di luar sedangkan perempuan tetap tinggal di rumah.
Pada 1992, Tabei juga menjadi perempuan pertama yang berhasil menaklukkan tujuh puncak dunia atau yang dikenal dengan seven summit. Perempuan yang kini berusia 76 tahun itu mengaku bahwa mendaki gunung adalah passion-nya seumur hidup.
"Saya tidak pernah merasa berhenti mendaki dan saya tidak ingin meski berkali-kali melihat orang terbunuh dalam kecelakaan di gunung. Tentu saja ketika itu terjadi sangat mengejutkan, tetapi itu tidak menghentikan saya untuk terus mendaki," pungkasnya. (okz/y)