
Tragedi Air India 247 Tewas, Termasuk 5 Penghuni Asrama
Jakarta(harianSIB.com)Sebanyak lima mahasiswa kedokteran dari BJ Medical College dilaporkan meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat Air Ind
Adalah Kapal Portugis Flor de la Mar, yang konon membawa harta karun emas 60 ton hasil rampasan, karam di perairan Aceh setelah diterjang badai dalam pelayarannya dari Malaka ke Portugal pada tahun 1511. Peristiwa ini menjadi salah satu legenda harta karun paling terkenal di Indonesia.
Kapal megah ini memiliki bobot 400 ton dan panjang 36 meter, mampu menampung 500 pelaut dan 50 senjata. Flor de la Mar menjelajahi Samudera Hindia selama lebih dari 9 tahun, memainkan peran penting dalam berbagai peristiwa krusial. Reputasi dan kisahnya terus memikat hingga saat ini.
Baca Juga:
Flor de la Mar, Sang Raksasa Penjelajah Samudera Portugis
menjulang tinggi di antara armada Portugis. Flor de la Mar tak hanya memukau dengan kemegahannya, tetapi juga mendominasi lautan dengan predikatnya sebagai kapal terbesar di Eropa pada masanya.
Status inilah yang mengantarkan Flor de la Mar menjadi aktor utama dalam berbagai ekspedisi maritim Portugis, mengukir sejarah penjelajahan bangsa tersebut.
Baca Juga:
Pelayaran ini merupakan tonggak sejarah penting bagi Portugal dan Eropa. Pelayaran ini membuka rute laut baru ke India, yang memungkinkan Portugal untuk mengendalikan perdagangan rempah-rempah dan memperluas pengaruhnya di Asia.
Tahun 1511, Flor de la Mar tiba di Malaka dengan misi mengangkut harta rampasan perang yang disita oleh Portugis.
Harta karun yang melimpah, termasuk 60 ton emas, dimuat ke atas Flor de la Mar. Hal ini dicatat oleh Amirul Hadi dalam bukunya "Respons Islam terhadap Hegemoni Barat" yang terbit tahun 2006.
Harta karun di Flor de la Mar dinobatkan sebagai rampasan termahal Portugis di India. Kapal ini dikawal ketat dalam perjalanannya dari Malaka ke India untuk mencegah bajak laut.
Terhindar dari bajak laut, Flor de la Mar dihadapkan pada bahaya alam. Sejak hari kedua pelayaran, armada Portugis ini memasuki jalur badai dahsyat. Badai dan ombak besar menerjang tanpa henti, mengguncang kapal-kapal layar yang kelebihan muatan.
Kapal yang sarat muatan itu tak mampu menahan bebannya dan akhirnya tenggelam ke dasar laut, di perairan Pedir, daerah Pidie, Aceh Barat, menelan seluruh awak kapal dan harta benda yang mereka bawa.
Di tengah amukan badai, 60 ton emas tak terjamah, tak ada yang mempedulikannya. Keselamatan diri menjadi fokus utama semua orang, termasuk sang nahkoda, Alfonso de Albuquerque.
Emas 60 Ton hingga kini masih Misterius.
Emas tersebut diperkirakan masih utuh karena sifatnya yang tahan air. Namun, lokasinya sudah pasti berpindah dari titik awal karamnya kapal. Upaya pencarian oleh para pemburu harta karun pun belum membuahkan hasil.
Emas yang diperkirakan bernilai puluhan triliun tersebut terkubur begitu saja di dasar laut atau tersangkut di bebatuan.
Bagi pemburu harta karun, harus benar-benar memikirkan resikonya, karena pekerjaan ini pasti beresiko dan harus siap mempertaruhkan nyawanya (*)
Jakarta(harianSIB.com)Sebanyak lima mahasiswa kedokteran dari BJ Medical College dilaporkan meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat Air Ind
Jakarta(harianSIB.com)Beasiswa Program Doktor untuk Dosen Indonesia (PDDI) 2025 resmi dibuka oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan
Medan (harianSIB.com)Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Pirngadi Medan terus berbenah untuk memenuhi ketentuan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS
Aekkanopan (harianSIB.com)Pemkab Labuhan Batu Utara (Labura), melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB), melaunching
Aeknatas(harianSIB.com)PT Socfindo Kebun Aek Pamienke di Kecamatan Aeknatas, Kabupaten Labuhan Batu Utara (Labura) melaksanakan kegiatan don