Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 15 Juni 2025

Chairul Tanjung Soroti Tren Masyarakat Borong Emas

Redaksi - Selasa, 15 April 2025 12:30 WIB
303 view
Chairul Tanjung Soroti Tren Masyarakat Borong Emas
Kompas.com/YOGA SUKMANA
Pemilik CT Corp Chairul Tanjung di Hotel Sahid, Jakarta, Senin (14/1/2019).
Jakarta(harianSIB.com)

Meningkatnya minat masyarakat dalam membeli emas mencerminkan kekhawatiran global terhadap potensi pelemahan ekonomi. Situasi ini dipicu oleh perang dagang yang dilancarkan Amerika Serikat terhadap negara-negara mitra dagangnya melalui penerapan tarif tinggi.

Chairul Tanjung, Bos CT Corp sekaligus mantan Menko Perekonomian 2014, menilai emas kini menjadi pilihan utama masyarakat dunia, termasuk Indonesia, karena dianggap sebagai aset aman (safe haven) di tengah melemahnya aset lain seperti dolar AS dan harga komoditas.

Baca Juga:

"Yang naik hanya emas, karena dia sebagai pengganti currency safe haven daripada dolar yang melemah maka emas yang akan naik," kata pria yang akrab disapa CT itu dalam diskusi panel The Yudhoyono Institute, di Jakarta, dikutip dari CNBC Indonesia, Selasa (15/4/2025).

CT bilang jatuhnya harga-harga komoditas akibat pelemahan ekonomi efek perang tarif ini sudah terlihat untuk komoditas perdagangan utama dunia, seperti minyak mentah hingga timah.

Baca Juga:

"Kalau ekonomi tumbuh turun, demand pasti turun, permintaan pasti turun, kalau permintaan turun harga-harga komoditas kita baik hard commodity maupun soft commodity itu juga akan turun," ungkap CT.

"Dan hari ini sudah terlihat dampaknya. Belum perang dagangnya, harga minyak sudah turun harga timah paling parah turunnya sampai 17%, tegasnya.

Apesnya, menurut CT, ekonomi Indonesia sangat tergantung dengan harga-harga komoditas. Maka, ketika pelemahan harga komoditas terjadi efeknya akan berpengaruh ke kinerja keuangan industri di tanah air, termasuk pendapatan APBN atau fiskal pemerintah.

Dengan turunnya kinerja industri di dalam negeri, maka laju investasi akan semakin seret membuat perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk pemerintah sendiri akan melakukan efisiensi secara radikal.

"Nah radical efficiency ini akan berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja, berpengaruh ke lay off atau pemutusan hubungan kerja yang massive, dan tentu berakibat pada turunnya daya beli," tutur CT.

Oleh sebab itu, mantan plt. menteri kehutanan serta menteri energi dan sumber daya mineral era pemerintahan kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mengingatkan pemerintah untuk segera merespons permasalahan ini dengan reformasi ekonomi secara cepat dan drastis.

"Kalau kita tidak cepat melakukan reform maka kita akan masuk karakter yang namanya circle down economy, ekonomi nya berputar tapi menuju ke bawah. Ini yang sangat tidak kita harapkan," tegasnya.(*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru