Medan (SIB)
Tokoh muda Katolik mengapresiasi pertemuan Paus Benediktus XVI - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri di Istana Apostolik, Vatikan, Senin (18/12). Pertemuan tersebut, menurut mereka, mengentalkan bahwa Indonesia memiliki tugas tanggung jawab merawat kebhinnekaan dan warisan leluhur bangsa.
Demikian simpulan ucapan aktivis Maniur Rumapea, tokoh pendidikan Limjan Silalahi dan Juvent Rafael Simbolon di tempat terpisah di Medan, Selasa - Rabu (19 - 20/12).
Merawat kebhinnekaan, menurut ketiganya, mencerna pesan Paus yang dimintakan pada Megawati untuk merawat kerukunan dan memertahankannya di Indonesia. “Indonesia terdiri dari ribuan bahasa dan suku. Perekatnya Pancasila yang dapat memberi kedamaian. Itu yang diamanatkan Paus,” ujar Maniur Rumapea. “Di banyak lokasi di tanah tercinta, masih ada persekusi dan aktivitas intolerasi berdasar beda agama. Ini menyakitkan dan harus disudahi,” tambahnya.
Ia menyorot upaya Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan yang ingin melestarikan warisan leluhur. “Tidak banyak yang tahu, Bu Mega menyerahkan batik langka pada Paus. Ini fenomenal. Saya memaknainya bahwa di Nusantara banyak sekali warisan dunia,” tambah Maniur Rumapea yang baru kembali dari studi industri kreatif di Bali.
Terpisah, Limjan Silalahi menegaskan pesan perdamaian Paus mengenai climate change. “Kami dapat informasi dari lingkungan Katolik, Paus inginkan Indonesia berperan lebih dalam menjaga jangan terjadi perubahan iklim secara ekstrim. Indonesia kaya dengan hutan yang menjadi paru-paru dunia terbesar di Asia. Mari kita jaga. Apalagi Eropa sedang keukeuh memberlakukan undang-undang deforestasi yang diskriminatif terhadap hasil bumi Indonesia,” ujar alumni sekolah frateran tersebut sambil mengatakan perubahan iklim ekstrim yang membahayakan alam dan manusia. “Harus dicegah!”
Menurutnya, pertemuan Paus - Megawati dibantu penerjemah Romo Markus Solo Kewuta SVD yang juga anggota Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama Takhta Suci Vatikan tersebut membahas ragam hal yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial kebangsaan Tanah Air. “Jadi, seluruh tumpah darah Indonesia, wajib mendukung dan menyosialisasikan dalam kehidupan guna mendapatkan yang lebih baik,” tegasnya.
Harapan serupa diutarakan Juvent Rafael Simbolon. Menurutnya, pertemuan Megawati - Paus membuka mata dunia bahwa Indonesia berperan sangat strategis dalam kehidupan global. “Agar orang muda di Tanah Air, khususnya milenial istimewa Gen-Z paham dan harus menjalani hidup seimbang antara rohani dan duniawi,” ujarnya. “Milenial kan dekat dengan hal-hal praktis. Itu sesuai perkembangan zaman. Tapi harus kuat rohani dan religi. Itulah maknanya,” ujar mantan pembibing di SMA St Thoams 1 Medan tersebut.
Guru yang disebut muridnya sebagai pendidik gaul itu memastikan pertemuan tersebut di atas mengangkat posisi tawar Indonesia di mata dunia.
Sesuai pemberitaan, Megawati bersama para Dewan Juri Zayed Award bertemu Paus Fransiskus guna berdialog terkait penjurian Zayed Award untuk Persaudaraan Manusia atau Zayed Award for Human Fraternity 2024. Di rombongan ada Ketua Komisi Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internasional Rabbi Abraham Cooper dan Sekretaris Jenderal Zayed Award Mohamed Abdelsalam. Sedangkan mantan Direktur Jenderal UNESCO dan Mantan Menteri Bulgaria, Irina Georgieva Bokova, pun terlihat telah tiba lebih dulu di halaman Istana Apostolik.
Dari Indonesia ikut serta Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan, Michael Trias Kuncahyono; Ketua DPP PDIP yang juga Ketua DPR RI, Puan Maharani; Bendahara Umum DPP PDIP Olly Dondokambey; dan Ketua DPP PDIP Bidang Hukum, Yasonna Laoly. (**)