Senin, 29 April 2024
Ketua DPD LVRI Sumut Mardjono :

Meski Terima Dana Kehormatan Rp 1,8 Juta, Para Pejuang Kemerdekaan Serasa Masih Hidup Dalam Perjuangan

Redaksi - Jumat, 07 Juli 2023 09:58 WIB
Meski Terima Dana Kehormatan Rp 1,8 Juta, Para Pejuang Kemerdekaan Serasa Masih Hidup Dalam Perjuangan
Foto: Ist/harianSIB.com
Mardjono
Medan (SIB)
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Legiun Veteran Indonesia (DPD-LVRI) Sumut, Mardjono mengatakan, anggota LVRI di Sumut mendapat dana kehormatan dari negara sebesar Rp 1,8 juta. Tapi uang sebesar itu habis untuk pembiayaan rutin seperti untuk rekening air, listrik dan kebutuhan lainnya. Sehingga pejuang serasa terus berjuang di era kemerdekaan yang sudah 78 tahun.

“Pada perjuangan kemerdekaan dulu, kami tidak ada membayar tagihan apa-apa, tapi setelah merdeka banyak tagihan yang harus dibayar. Meski mendapat dana kehormatan dari negara, semuanya habis untuk pembayaran rutin sehingga meski Indonesia sudah merdeka, para pejuang belum merasakan kemerdekaan karena masih terus berjuang. Kami serasa masih hidup dalam perjuangan ketika berjuang merebut kemerdekaan,” kata Mardjono kepada wartawan, Kamis (6/7).

Para pejuang yang tergabung dalam LVRI, kata Mardjono, memang banyak sebagai pensiunan, ada purnawiran TNI/Polri, ada juga pensiunan PNS. Selain mendapat gaji pensiunan mereka juga mendapat dana kehormatan. Tapi banyak juga LVRI yang tidak memiliki latar belakang eks abdi negara yang hanya mendapat dana kehormatan, sehingga Rp 1,8 juta tersebut sangat membantu hidup mereka, apalagi masih ada tidak memiliki tempat tinggal (mengontrak).

Menurut Marjono, apa yang disampaikannya adalah keluhan para pejuang, tapi pemerintah menganggap dana kehormatan tersebut sudah cukup untuk hidup veteran. Dia mencontohkan dirinya yang hidup di Medan, setiap bulan harus mengeluarkan Rp 2 juta dari gaji untuk membayar biaya rutin. “Dana kehormatan itu sudah lebih baik daripada tidak sama sekali, kalau bangsa ini menghargai pahlawannya, bisalah ditambah dana tersebut, jangan kata menghargai pahlawan hanya semboyan,” ungkapnya.

Dikatakannya, setiap negara termasuk Indonesia memiliki zaman-zamannya. Zaman sebelum merdeka, zaman merdeka dan zaman jadi negara maju. Setiap zaman itu ada orang-orangnya dan setiap orang ada masanya. Di NKRI ini sudah terjadi dua generasi, generasi pertama adalah generasi pendahulu dan generasi penerus.

Generasi pertama adalah, berjuang mendirikan NKRI yaitu memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia. Kemudian kemerdekaan itu harus dipertahankan, karena pasca jepang menyerah. Belanda datang dan hendak menjajah Indonesia kembali. Di situlah para pejuang mempertahankan kemerdekaan, Belanda berhasil diusir kembali ke negaranya tahun 1949.

“Generasi kedua sekarang ini tugasnya menjaga dan mengisi kemerdekaan untuk mencapai tujuan nasional. Nanti akan ada generasi ketiga Indonesia yang sudah menikmati kejayaaan Indonesia yaitu generasi emas. Perikanan, pertanian, peternakan dan industri di situ sudah maju semuanya, yang menikmati nanti adalah anak cucu kita. Makanya jangan terlalu berharap banyak di generasi kedua ini, karena masih berjuang untuk anak cucu di generasi ketiga. Menurut saya, Indonesia sudah hebat, baru berusia 78 tahun dibanding Amerika sudah 256 tahun merdeka,” terangnya.

Namun Marjono berharap pembangunan negara oleh generasi kedua sekarang ini harus disertai pemikiran dan perencanaan matang. Melibatkan para ahli dan pemikir-pemikir dari putra-putri terbaik Indonesia agar pembangunan berjalan dengan baik. Seperti kemerdekaan Indonesia tahun 1945 tidak diproklamasikan serta merta. Ada Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). “Mereka yang tergabung di dalam BPUPKI adalah orang-orang pemikir murni yang tulus mencurahkan pikirannya untuk kemerdekaan Indonesia. Hendaknya orang-orang seperti BPUPKI lah diikutsertakan mengisi kemerdekaan Indonesia,” harapnya.

Jumlah pejuang LVRI di Sumut, kata Marjono tinggal 2.300 orang dan di Medan 250 orang. Berdasarkan Kepres Nomor 18 Tahun 2018 tentang pengesahan AD-ART LVRI disebutkan, bahwa negara belum bisa memberi kesejahteraan kepada para veteran dan diserahkan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) untuk membantu, tapi ada juga Pemda yang tidak mau tahu.

“Kami sebagai pendiri bangsa, ibarat menanam pohon kelapa yang kami tanam, kami rawat, kami siram dan pupuk sampai bertumbuh. Sekarang yang sudah tumbuh kokoh, generasi kedualah yang merawatnya dan sudah mulai menikmati buah pohon kelapa tersebut. Harapan para pejuang, jika ada 5 buah kelapa, ada baiknya 1 buah diberi untuk para pejuang, itulah harapan kami,” tuturnya. (A5/a)



Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Semarak Taptu, Gubernur Harapkan Taptu jadi Pengingat Jasa Pejuang Kemerdekaan
Pemkab Asahan Ramah Tamah dengan Pejuang Kemerdekaan
Apel Kehormatan dan Renungan Suci Berlangsung Khidmat, Edy Rahmayadi Doakan Para Pejuang Kemerdekaan
Edy Rahmayadi ajak Pejuang Tetap Berkontribusi untuk Negara
TMH Manullang Pejuang Kemerdekaan Layak Jadi Pahlawan Nasional
75 Persen Hidup Pejuang Kemerdekaan di Sumut Masih di Bawah Garis Kemiskinan
komentar
beritaTerbaru