Senin, 13 Januari 2025

Hari Tani Nasional Diperingati di Karo

Redaksi - Sabtu, 26 September 2020 16:20 WIB
407 view
Hari Tani Nasional Diperingati di Karo
Foto/ Dok/Humas STTK
FOTO BERSAMA : Pengurus Perhimpunan Pelayanan Pijer Podi (YAPIDI) dan Serikat Tani Tanah Karo (STTK) berfoto bersama memperingati  Hari Tani Nasional Tahun 2020, Kamis (24/9/2020)  di Desa Kandibata. 
Tanah Karo (SIB)
Ketua Serikat Tani Tanah Karo (STTK), Juna Bangun mengharapkan petani di Kabupaten Karo tetap semangat meski masa pandemi Covid-19.

Demikian disampaikannya saat memperingati Hari Tani Nasional tahun 2020, Kamis (24/9) di Desa Kandibata. "Kami berharap Kementerian Pertanian, Pemkab Karo memberi perhatian terhadap kondisi pertanian dan nasib petani sekarang ini,"ungkapnya.

Menurutnya, kondisi pertanian di daerah ini sangat memprihatinkan sekali, petani butuh pupuk subsidi, bibit, edukasi penyuluhan pertanian dan campur tangan pemerintah dalam membuka akses pemasaran hasil tani, mengingat, Kabupaten Karo penghasil pertanian dan masyarakatnya banyak petani. Pemkab dan DPRD Karo diharapkan mendukung pertanian.

"STTK siap bekerja sama dengan pemerintah, kita bisa berbagi ide dan sama - sama mencari solusi mengatasi masalah pertanian di Kabupaten Karo," ungkapnya.

Apalagi masa pandemi ini, katanya, serba susah sehingga diharapkan ada campur tangan pemerintah dalam pemasaran hasil tani dan permasalahan tani lainnya.

Sementara itu perwakilan Perhimpunan Pelayanan Pijer Podi (Yapidi), Kalpin Sembiring menjelaskan acara ini juga digelar di Desa Singgamanik, Raya dan di Desa Cinta Rayat.Berbagai kegiatan dilakukan di antaranya, membagi bibit pertanian, gotong royong kebersihan desa, diskusi, seminar, orasi petani.

"Yapidi beserta STTK mengajak masyarakat Tanah Karo khususnya para petani, Organisasi Tingkat Lokal (OTL)/ Credit Union (CU) untuk bergotong royong melakukan kebersihan di desanya masing-masing dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional,"ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakan, permasalahan yang dialami petani Karo di antaranya menyangkut Saprodi yang mahal, sehingga mengakibatkan biaya produksi pertanian terus meningkat. Pendistribusian pupuk subsidi yang tidak merata, langka dan mahal, hama penyakit tanaman meningkat seperti akar lobak, busuk batang, penyakit merah, dan hasil yang tidak maksimal dan tanah yang hampir tandus, belum adanya klinik pertanian/ laboratorium, pengawasan benih yang tersertifikasi belum ada. (BR2/c)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru