Jakarta (SIB)
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda mengungkapkan Indonesia kehilangan potensi nilai ekonomi yang mencapai Rp 188 triliun menyusul gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia U-20.
Dia menjelaskan, perhitungan tersebut berasal dari potensi pengeluaran secara langsung yang mencapai Rp 110 triliun untuk biaya akomodasi penginapan hotel, transportasi hingga makanan dan minuman, serta biaya tidak langsung yang mencapai Rp 78 triliun.
"Kalau hitungan saya, potensi nilai tambah yang hilang dari dibatalkannya piala dunia U-20 di Indonesia mencapai Rp 188 triliun. Ini mencakup untuk penginapan, transportasi, makanan dan minuman serta banyak lainnya," ujarnya saat dihubungi, Kamis (30/3).
Sementara untuk biaya potensi masuk yang tidak langsung yang disebabkan dari multiplier effect dijelaskan Nailul mencapai Rp 78 triliun yang berasal dari biaya membeli oleh-oleh hingga biaya hiburan lainnya jika ingin sambil berlibur di Indonesia tepatnya di Bali.
Sementara itu, Ketua Bidang UMKM/IKM APINDO, Ronald Walla mengatakan, seharusnya ajang olahraga sepakbola bergensi itu bisa menjadi peluang UMKM di bidang suvenir, makanan dan minuman, hingga jasa meraup omzet hingga miliaran rupiah.
"Betul sangat disayang kan. Kapasitas 1 stadium antara 15.000-100.000 pengunjung. Apabila rata-rata jumlah pengunjung sehari mencapai 30.000 pengunjung, dan misal sepertiga pengunjung mengeluarkan biaya untuk belanja makanan atau minuman plus suvenir Rp 100.000 per orang, secara konservatif omzet mereka bisa Rp 1 miliar. Itu sehari, belum selama piala dunia berlangsung kan," ungkapnya.
Menurut Ronal selain bisa membuka peluang rezeki bagi UMKM, ajang piala dunia itu juga bisa menjadi ajang kompetisi para UMKM untuk berwirausaha. Para UMKM akan memutar otak dan menyiapkan berbagai strategi untuk bisa berusaha di moment tersebut.
"Kewirausahaan atau mental & mindset entrepreneurship sangat penting untuk selalu diasah untuk bisa menjadi pengusaha naik kelas. Sekarang di era digital ini kita dengan mudah bisa melihat apa yang laku dan yang tidak. Untuk para pengusaha UKM yang mau maju, akan berpikiran kritis dan berlomba-lomba berwirausaha dan menambah pengalaman," jelas Ronal.
KERUGIAN FINANSIAL
Hitung-hitungan kerugian finansial setelah Indonesia batal jadi tuan rumah Piala Dunia U20 terus dilakukan. Walau pembenahan infrastruktur stadion tidak termasuk kerugian, potensi kehilangan pendapatan dari pariwisata sangat disesalkan.
Tim KompasTV mengutarakan total anggaran pemerintah untuk Piala Dunia U20 mencapai 600 miliar rupiah lebih.
Rinciannya, Rp500 miliar untuk persiapan tim nasional dan non fisik serta Rp175 miliar untuk renovasi lima stadion.
Angka lebih besar muncul dari MetroTV di mana disebutkan modal penyelenggaraan Piala Dunia U20 2023 mencapai 1,4 triliun rupiah.[br]
Rinciannya adalah 400 miliar rupiah dikeluarkan pemerintah untuk persiapan pelaksanaan Piala Dunia pada Juli 2020.
Kemudian, Kementerian PUPR memberikan modal dana awal sebesar 314 miliar rupiah untuk rehabilitasi stadion ditambah 175 miliar rupiah bulan lalu.
Kemenpora lalu mengalokasikan 500 miliar rupiah pada Juni 2022 untuk persiapan Piala Dunia U20.
Setidaknya, pengeluaran untuk infrastruktur dan peremajaan stadion hingga memenuhi kriteria FIFA bukanlah suatu pemborosan dan justru hal positif bagi sepak bola Indonesia terutama setelah Tragedi Kanjuruhan.
Sementara, dikutip dari Antara, Kemenpora dikatakan bakal melakukan cut off seiring dengan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20.
"Untuk pelaksanaan Piala Dunia U20 di Kemenpora sudah kami implementasikan sebagian kecil karena untuk sewa penggunting rumput, pemotong rumput, dan pelatnas," kata Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gunawan Suswantoro.
SEKTOR PARIWISATA
Dampak dari sektor pariwisata kemudian dicantumkan dengan pembanding jumlah turis yang datang ke Qatar selama Piala Dunia meroket menjadi sebesar 2,56 juta orang dari hanya 600 ribu orang pada 2021.
Hal serupa terjadi di Brasil 2014 walau angkanya tak terlalu besar, hanya 10,6 persen menjadi 6,43 juta orang di mana sebelumnya adalah 5 juta orang.
Di Indonesia sendiri, ajang olahraga bisa mendatangkan suntikan besar terhadap perekonomian.
Dilansir dari Bisnis.com, Bappenas mencatat Asian Games 2018 bisa mendatangkan 1,7 juta wisatawan nusantara serta 78.854 wisatawan mancanegara ke Jakarta dan Palembang.
Sementara, total pengeluaran pengunjung wisatawan mancanegara ditaksir mencapai Rp1,9 triliun sementara wisatawan nusantara Rp1,8 triliunan.
Wisatawan asal China, Jepang, dan Korea disebut sebagai pengunjung terbanyak ke Asian Games 2018.[br]
Sementara, mereka dari India, China, dan Belanda tercatat sebagai wisatawan mancanegara dengan waktu tinggal terlama.
"Angka tersebut didapat dari rata-rata lama tinggal wisman selama 13 hari dan wisnus asal luar kota selama 3 hari," tutur Bambang Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang P.S. Brodjonegoro dikutip dari sumber sama.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, menyebut bahwa kerugian langsung akibat batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia mencapai sedikitnya Rp3,7 triliun.
Menurut Sandi, pemerintah telah mengeluarkan anggaran Rp500 miliar lebih untuk merenovasi sejumlah venue perhelatan.
Dan target kunjungan wisatawan selama rangkaian Piala Dunia U-20 diprediksi mencapai 2 juta orang.
Hotel dan pariwisata di sekitar venue juga telah mengeluarkan modal untuk persiapan.
"3,7 triliun itu minimum tapi yang menurut saya, paling kami sangat khawatirkan adalah reputasi jangka menengah dan jangka panjang ," ujar Sandiaga Uno.
Tidak hanya kerugian langsung, Sandi juga menyoroti reputasi Indonesia sebagai penyelenggara event internasional setelah batal menggelar Piala Dunia U-20.
MERUGI
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menyebut keputusan FIFA itu membuat Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Solo merugi.
Selain itu, membuat masyarakat, khususnya pencinta sepak bola, kecewa.
"PAD yo ilang (PAD ya hilang). Pengorbanan. Tapi saiki Piala Duniane melu ilang. Rodo jengkelke (Sekarang Piala Dunianya juga ikut hilang. Agak menjengkelkan)," ungkapnya.[br]
"Sudah menyiapkan venue. Persis sudah rugi. Memindahkan home base tidak murah. Ora isoh ditonton. Ora isoh dodolan tiket (Tidak bisa ditonton. Tidak bisa jualan tiket)," ungkapnya.
Selain itu, kata Gibran, dalam persiapan renovasi Stadion Manahan, pihaknya telah meminta ratusan pedagang di Shelter Manahan untuk tidak berjualan selama inspeksi FIFA.
Hal itu membuat para pedagang kehilangan pemasukannya selama beberapa waktu.
"Mesakke PKL juga (Kasihan PKL juga). Wis komitmen (Sudah komitmen). Piye coba (Bagaimana sekarang)," ujarnya.
KEKECEWAAN PEMAIN
Selain itu, salah satu pesepak bola Indonesia dari Tim PSS Sleman, Hokky Caraka, sempat mengungkapkan kekecewaan yang mendalam saat mengomentari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Dirinya menjelaskan, kesempatan bagi pesepak bola muda Indonesia untuk belajar dari event internasional Piala Dunia U-20 seketika sirna.
"Makasih banyak pak, o iya pak kami tau pak nasib bapak sudah terjamin, masa depan bapak juga sudah bagus, sedangkan kami pak? Kami baru mau merintis karir menjadi lebih baik, tapi batu lompatan kita udah di ancurin sm bapak #mkshganjar_pranowo," tulis pemain pss sleman itu di akun instagram ganjar. (Kompas/KompasTV/a)