Medan (SIB)
Wakil Ketua-I Associaton of Indonesia Travel Agency (ASITA) Sumut, Clement HJ Gultom, menggagasi dan merintis ulang pengenalan paket wisata Karo Volcano Park (KVP) pada objek eksotik berupa desa-desa kosong-sunyi dan 'desa mati' di sekitar Gunung Sinabung, Tanahkaro.
"Upaya rintis ulang paket wisata KVP ini diawali dengan turis keluarga. Selain antisipasi risiko pandemi Covid-19 yang ternyata masih berlanjut sehingga butuh Prokes mandiri cegah kerumunan, juga sebagai sampel uji coba model wisata beli sunyi (buy silence) di alam Karo," katanya kepada pers, Jumat (7/1).
Bersama rekannya dari Komunitas Mobil Jelajah Alam X-TRIM Off Road, dia mengutarakan hal itu di kantornya PT Boraspati Tour-Travel Medan, ketika memaparkan peninjauan objek-objek wisata KVP pada Sabtu-Minggu (1-2/1) di sejumlah desa peninggalan erupsi Sinabung yang kini tampak senyap-seram, seperti Desa Berastepu, Gurukinayan, Sukanalu dan Desa Kutatonggal.
Gultom mengaku peninjauan objek wisata KVP ke desa-desa mati eks erupsi Sinabung itu terinspirasi dari ekspos koran Harian SIB (5/12-2021), atas pernyataan dan tanggapannya sendiri sebagai apresiasi dan dedikasi kepada calon investor KVP, Drs Tenang Malem Tarigan dan isterinya dr Anna Mariulina Bukit, yang wafat (April-Mei 2020) sebelum proyek KVP terlaksana.
Bersama isterinya Irene Tan yang juga Dirut PT Boraspati Tour, Gultom juga menyebutkan kunjungan rintisan objek KVP sengaja diawali dengan model turis keluarga melibatkan putra-putri dan keponakan (bere)-nya. Selaku perintis wisata model buy silence di Nias selama ini, dia menegaskan pentingnya dorongan publik untuk membiasakan perjalanan wisata dengan keluarga ke destinasi yang mengandung potensi pendidikan, sejarah, budaya, dan lingkungan hidup.
"Tanpa mengurangi nilai rekreasi (plessure satisfaction)-nya, piknik keluarga ke tempat seperti desa-desa KVP ini akan bernilai plus karena ada misi pendidikan dan edukasi lingkungan hidup, pengenalan objek geologi-vulkanologi yang rawan bencana, peduli pelestarian budaya dan kearifan lokal, penggalangan wisata rohani atau retreat yang dibarengi mitigasi bencana alami. Lebih dari itu, penikmatan objek wisata KVP sebagai model buy silence tourism juga terfokus pada pengenalan KVP sebagai destinasi serba harmoni atau the living harmony," paparnya optimis.
Dari 18 desa terdampak total akibat semburan abu vulkanik Gunung Sinabung yang terjadi 100-an kali sejak letusan pertama 27 Agustus 2010, ada 5-6 desa sepi bagaikan 'desa mati' yang bernuansa seram seperti Desa Berastepu, Bakerah, Simacem, Sukanalu dan sebagian desa Gurukinayan. Mayoritas penduduknya ikut direlokasi ke desa Siosar--Merek, sebagian pindah gabung ke desa sekitar yang dinilai aman dari radius letusan.
Desa-desa mati yang kini penuh semak belukar dan lumut di rumah-rumah kosong itu, sudah menjadi objek eksotik tersendiri untuk dinikmati wisatawan lokal maupun mancanegara, baik turis pecinta geowisata dan ekowisata peminat wisata adventurial. Potensi edukasi dan bisnisnya antara lain bisa dijadikan pusat riset mitigasi bencana alam, lokasi pembuatan (shooting-rekaman) film-film horor, petualangan, flim sejarah petaka vulkanik seperti film 'Krakatau 1883' pada 1977.
"KVP memang tipe wisata minat khusus (special interest tourism) dengan paket 'beli dan nikmati kesunyian' (buy silence) di alam yang dikelilingi enam gunung api (aktif/mati) di Karo: Gunung Sinabung, Sibayak, Pintau, Barus, Sipiso-piso dan Gunung Barus," ujar Gultom sembari menunjukkan data Profil Wisata KVP yang dibuat pakar geologi dan vulkanologi Ir Jonathan Ikuten Tarigan selaku konsultan proyek KVP. (A5/a)