Kamis, 01 Mei 2025

DPRD SU: Sidak Menteri ESDM ke SPBU di Medan Terkesan Hanya Pencitraan

* Program B30 Dipaksakan, Pemerintah Makin Besar Tanggung Biaya Subsidi Solar
Redaksi - Selasa, 12 April 2022 16:36 WIB
218 view
DPRD SU: Sidak Menteri ESDM ke SPBU di Medan Terkesan Hanya Pencitraan
(ANTARA/Andika Syahputra)
Sejumlah kendaraan saat mengantri untuk mendapatkan BBM di salah satu SPBU yang ada di Kota Medan, Jumat (25/3). Ilustrasi
Medan (SIB)
Anggota DPRD Sumut Sugianto Makmur menilai, kedatangan Menteri ESDM (Energi Sumber Daya Mineral) ke Medan, Minggu (10/4) dan melakukan Sidak (Inspeksi Mendadak) di sejumlah SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) terkesan hanya pencitraan. Tapi tidak menyelesaikan terjadinya kelangkaan BBM solar.

"Masalah terbesar saat ini terkait kelangkaan BBM solar serta besarnya subsidi solar yang harus ditanggung pemerintah, akibat program B30, tapi Menteri ESDM pura-pura tidak tahu dan melakukan Sidak ke SPBU hanya pencitraan saja," ujar Sugianto Makmur kepada wartawan, Senin (11/4) di DPRD Sumut.

Ditambahkannya, jika pemerintah tetap memaksakan program B30 (bahan bakar yang berasal dari campuran minyak sawit 30 persen dan minyak solar 70 persen) dengan harga CPO sangat tinggi saat ini, diperkirakan subsidi pemerintah atas biosolar sedikitnya mencapai Rp8.000 per liternya.

Menurut Sugianto, sejak 2015 sampai 2021, subsidi akibat B30 sebelum CPO naik tinggi, sudah menghabiskan anggaran Rp110 triliun. Tapi dengan harga CPO yang sangat tinggi sekarang, diperkirakan subsidi pemerintah atas biosolar akan semakin besar.

Menurutnya, program B30 baik ketika keadaan masih normal, tapi dalam situasi harga minyak bumi dan CPO yang naik tinggi, harus diambil hitungan paling meringankan subsidi pemerintah, apakah dengan menghentikan sementara program B30 atau dengan cara lainnya.

"Ketika negara sedang kekurangan uang, langkah yang bijaksana harus menghemat. Dalam hal ini, Menteri ESDM harus menunjukkan keberpihakan pada rakyat dan tidak boleh terus memaksakan program B30, hanya supaya pabrik pengolah biosolar milik para konglomerat tetap berjalan" tandas Sugianto.

Penggunaan solar bersubsidi yang dibatasi, menurut politisi PDI Perjuangan ini, akan berakibat langsung pada naiknya biaya logistik, bahkan juga sebagian masyarakat pekerja yang memiliki kendaraan bermesin diesel akan kesulitan, karena harga Dexlite Rp13.000 per liter.

"Di seluruh dunia, Indonesia satu-satunya yang menggunakan B30. Sedangkan di negara-negara lain seperti Argentina, Brazil, hingga Amerika Serikat masing-masing baru memasuki B10, B12 dan B20," katanya. (A4/d)

Sumber
: KORAN SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru