Kamis, 01 Mei 2025

Akibat Kemarau Panjang di Karo, Petani Jagung Terancam Tidak Bisa Menanam

* Petani Resah dan Rugi Besar, Berharap Bantuan Pemerintah
Redaksi - Selasa, 12 Maret 2024 17:33 WIB
173 view
Akibat Kemarau Panjang di Karo, Petani Jagung Terancam Tidak Bisa Menanam
(ANTARA/Mohammad Ayudha/dok)
Ilustrasi - Kekeringan. 
Medan (SIB)
Akibat kemarau panjang yang melanda Tanah Karo dalam kurun waktu tiga bulan terakhir ini, membuat petani jagung di daerah "Bumi Turang" ini terancam tidak bisa menanam, sehingga para petani mengalami kerugian besar, karena jadwal menanam molor tiga bulan.
Hal itu ditegaskan anggota DPRD Sumut Dapil Karo, Dairi dan Pakpak Bharat Frans Dante Ginting kepada wartawan, Senin (11/3), melalui telepon dari Karo seusai menerima aspirasi para kelompok tani yang menyampaikan keresahannya akibat tidak bisa menanam, gara-gara kemarau panjang.
"Berdasarkan aspirasi yang disampaikan para kelompok tani kepada kita, kemarau panjang yang melanda Tanah Karo sudah hampir tiga bulan, sehingga tidak bisa dilakukan penanaman. Padahal seharusnya, jadwal tanam dimulai pada Januari dan Februari 2024," katanya.
Memang diakui politisi Partai Golkar ini, ada sebagian petani sudah melakukan penanaman sesuai jadwal pada Januari dan Februari, tapi pengaruh kemarau tersebut, tanaman jagung tidak tumbuh alias layu, sehingga petani mengalami kerugian yang sangat besar.
"Dari pengaduan petani jagung di Kecamatan Kutabuluh, Tigabinanga, Desa Bintang Meriah, Juhar, Desa Mardinding dan Laubaleng Karo yang selama ini memanfaatkan air hujan, untuk mengairi areal pertaniannya, kini hanya bisa pasrah dan berdoa, agar segera turun hujan, sehingga mereka bisa menanam jagung," tandas Frans Dante.
Sebab, tambah Wakil Sekretaris FP Golkar ini, petani jagung di dataran tinggi Karo selama ini belum memanfaatkan sistem drainase yang tepat sasaran. Tapi tetap tergantung terhadap curah hujan, sehingga ketika musim kemarau datang, petani tidak bisa melakukan aktivitas penanaman.
"Petani saat ini hanya pasrah pada keadaan, karena pemerintah pun tidak bisa memberikan solusi untuk mengatasi keluhan para petani di saat musim kemarau," ujar Frans Dante sembari berharap kepada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, untuk memberikan bantuan kepada petani dalam menghadapi kemarau panjang ini.
Diakui Frans Dante, risiko menanam tidak sesuai jadwal atau molor dari pertengahan Januari dan Februari 2024, rawan adanya serangan hama ulat, tikus dan lainnya atau menanam menunggu turunnya hujan, juga bukan suatu jaminan pasti akan berhasil, karena biasanya banyak serangan hama atau ulat, sehingga para petani sangat berharap adanya campur tangan pemerintah, untuk mencari solusinya.
"Jika kita lihat di sejumlah kecamatan penghasil jagung tersebut, rata - rata lahan pertanian sudah selesai dibersihkan. Tapi petani tidak mau memaksakan melakukan penanaman, sebab dikhawatirkan bibit jagung tidak tumbuh sehingga berpotensi mengalami kerugian lebih besar, akibat gagal panen," tandasnya.
Dari hasil pantauan SIB di lapangan, areal perladangan yang biasa digunakan petani untuk menanam jagung, seluruhnya sudah selesai dibersihkan, tinggal menunggu penanaman, tapi areal pertanian itu terlihat kering akibat kemarau berkepanjangan. (**).


SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru