"Kalian tidak akan masuk surga sebelum kalian beriman dan kalian tidak beriman sebelum kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan pada sesuatu yang apabila kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam di antara kalian."
Surga-hadiah cinta dari Allah subhanahu wa ta'ala- merupakan sesuatu yang hampir dipastikan bahwa semua orang mukmin berharap untuk menjadi penghuninya. Melalui Hadist Nabi yang mulia di atas digambarkanlah bagaimana jalan atau faktor-faktor dan sarana pendukung perjalanan menuju surga-Nya. Iman ialah faktor terbesar bagi setiap insan pendamba surga.
Namun, tak sedikit orang yang menganggap diri telah memiliki iman yang sempurna hanya dengan mengaku sebagai seorang mukmin. Padahal Islam malah mengajarkan untuk tidak melupakan hubungan antar sesama. Imam Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud "... dan kalian tidak beriman sebelum kalian saling mencintai ..." adalah tidak sempurna iman kalian sebelum kalian saling mencintai. Sebagaimana pula hadist Nabi , , "Tidak sempurna iman salah seorang diantara kalian sebelum ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya." (HR Bukhari dan Muslim).
Begitulah bahwa ternyata Iman akan sempurna dengan adanya "Cinta". Karena Cinta ibarat arus dalam aliran listrik. Tak berbentuk, namun dayanya terasa. Ia ialah kata kerja, bukan kata benda. Sebuah nama untuk bermacam perasaan. Ujung dari ribuan makna, sebuah kata yang tak lagi perlu definisi sebab tidak ada kata yang dapat mendefinisikan Cinta selain kata Cinta itu sendiri. Dan judul dari kekuatan tak terhingga. Karena itu Iman yang dilandasi cinta akan menghasilkan. Bukan Iman yang hanya di lisan tanpa rembesan pada tindakan.
Dan sebuah kata kunci itu ialah "Saling Cinta". Itulah satu sarana menuju surga-Nya. Bahkan sebuah jaminan berupa menara-menara cahaya. Plus wajah bercahaya, meski bukan Nabi dan Syuhada, namun dapat membuat iri mereka. Itulah keadaan orang-orang yang "saling cinta" karena Allah. Dan Tiada kata yang lebih mewakili hubungan 'saling cinta' selain kata "Ukhuwah".
Ukhuwah berasal dari kata akhun yang berarti saudara. Sedang menurut istilah ialah Ikatan hati yang terbentuk atas dasar persamaan aqidah. Ukhuwah dalam Islam merupakan suatu nikmat yang Allah berikan kepada kaum muslimin. Ayat-ayat al-Quran yang menyebut kata Iman dan Ukhuwah sebagai dua hal yang beriringan, sekaligus menuntut orang-orang yang berukhuwahitu agar melaksanakan hal-hal yang dapat mengokohkannya dan meninggalkan perpecahan, berdakwah kepada kebaikan, amar ma'ruf dan nahi mungkar. Ini dapat kita lihat dalam Surah ali-Imran ayat 103 yang menyebut ukhuwah sebagai nikmat dari Allah setelah sebelumnya diingatkan agar berpegang kepada tali (agama) Allah dan agar tidak bercerai berai. Dilanjutkan dengan ayat 104 yang menyiratkan bahwa ukhuwah juga merupakan sarana untuk berdakwah dan amar ma'ruf nahi mungkar. Selain itu dalam surat al-Hujurat ayat 10 yang juga berisikan Iman, Ukhuwah dan Ishlah.
Menunaikan ukhuwah merupakan jalan mendapatkan cinta Allah. "Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang cinta mencintai karena Aku, saling kunjung mengunjungi karena Aku dan saling memberi karena Aku." (Hadits Qudsi). Ukhuwah ialah persaudaraan kekal. Dunia akhirat. Abadi. Tak pernah berhenti , selalu punya hal yang bisa diberi. Baik itu nasihat tulus dari hati maupun saling mendoa dalam sunyi. Dan yang terpenting, ia ialah teman yang mengusir kesendirian di jalan kebaikan. Penguat kala lemah, penghubung dan penghimpun segala yang tadinya terpisah hingga membuat harmoni yang indah.
Tingkat tertinggi sebuah Ukhuwah berupa Itsar. Mendahulukan saudara daripada dirinya sendiri (dalam hal keduniaan). Sedang,tingkatan terendah sebuah ukhuwah ialah terbebasnya hati dari prasangka kepada Ikhwah. Lepas dari su'uzhon, tajassus , tahassus dsb. Bila masih terasa dalam sebuah ikatan rasa curiga-mencurigai, maka itu tak lain berarti pertanda iman yang melemah. Atau berarti ada sesuatu yang masih perlu direnovasi atau rukun atau tahapan ukhuwah yang belum terpenuhi.
Sebagaimana yang diketahui bahwa ukhuwah memiliki beberapa tahapan yang perlu ditunaikan
Pertama. Ta'aruf (saling mengenal). Ta'aruf sebenarnya merupakan salah satu perintah Allah subhanahu wa ta'ala yang termaktub pada ayat 13 surah Hujurat. Ta'aruf merupakan langkah pertama atau bahkan langkah utama dalam terjalinnya ukhuwah karena Allah. Berawal dari SALAM. Saling sapa, bertanya nama dan asal, hingga akhirnya saling mengenal.
Kedua, Ta'aluf (saling bersatu). Ta'aluf berasal dari kata 'ilf yang artinya persatuan, kata ini juga memiliki makna kecintaan Allah kepada orang-orang yang beriman yang mana Allah telah mempersatukan hati mereka.
Ketiga, Tafahum (saling memahami). Muslim sejati tentunya berupaya akan memahami karakteristik saudara muslim lain, apakah dia itu sanguinis, melankolis, pemalu atau penyabar dsb?? Tentunya hal ini dapat meminimalisir atau bahkan menghilangkan timbulnya kebencian, permusuhan dan perpecahan. Firman Allah Swt, "Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. "(QS al-Anfal : 46)
Keempat, Ri'ayah (perhatian). Seorang muslim seyogyanya memperhatikan keadaan saudaranya agar ia dapat bersegera memberi bantuan semampunya bila saudaranya memerlukan bantuan. Perhatian inilah yang dapat memperkokoh ukhuwah dalam Islam dan memperkuat ikatan. Karena mungkin ada kalanya saudaranya itu sebenarnya tak memerlukan bantuan namun cukup perhatian sebagai wujud keberadaan nya di mata saudaranya.
Kelima, Ta'awun (saling menolong). Ta'awun merupakan buah dari ria'ayah Ia memperkokoh ikatan-ikatan antar orang-orang yang berukhuwah. Keenam, Tanashur. Tanashur memang masih sejenis dengan ta'awun tapi memiliki pengertian yang lebih dalam, luas dan lebih menggambarkan cinta dan loyalitas, contohnya antara lain : Tidak menjerumuskan saudaranya ke sesuatu yang buruk, mencegah dan menolong saudaranya dari syetan dan hawa nafsunya,, menolong baik saat menzhalimi dan saat dizhalimi. Dsb.
Penunaian tahapan-tahapan Ukhuwah tersebut hakikatnya ialah proses yang tak kenal akhir. Proses yang terus berkesinambungan. Ibarat untaian tasbih yang tak kenal terminal henti. Menunaikan tahapan dan 'pemanis tambahan' bagi sebuah Ukhuwah, akan menghasilkan buah yang bisa dituai. Berupa kekuatan di kala mengalami kelemahan. Teman dalam kesendirian. Teladan dari teman seperjuangan. Merasakan nikmat dan lezatnya keimanan. Dan ujungnya mendapatkan Naungan Allah, seindah-indah naungan. Semoga Allah senantiasa menjadikan diri menunaikan dapat menuai hasil dari Ukhuwah Islamiyah. Aamiin
(l)