Minggu, 05 Mei 2024

Gempa Taiwan Picu Lebih dari 1.000 Korban Luka, 48 Orang Hilang

* Kesaksian Mahasiswa Asal Medan: Ini Bukan Gempa Biasa
Redaksi - Jumat, 05 April 2024 09:32 WIB
262 view
Gempa Taiwan Picu Lebih dari 1.000 Korban Luka, 48 Orang Hilang
(AP/AP)
Polisi Taiwan berjaga di dekat bangunan yang runtuh sebagian sehari setelah gempa bumi dahsyat melanda Kota Hualien, Taiwan timur, Kamis, 4 April 2024. 
Taipei (SIB)
Jumlah korban luka akibat gempa bumi dahsyat yang mengguncang Taiwan pada Rabu (3/4) terus bertambah hingga melebihi 1.000 orang. Jumlah korban tewas masih sama, yakni sembilan orang, sedangkan puluhan orang lainnya termasuk para pekerja hotel di taman nasional setempat dilaporkan hilang.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (4/4), guncangan gempa yang dilaporkan oleh otoritas Taipei berkekuatan Magnitudo 7,2 -- laporan USGS menyebut gempa di Taiwan berkekuatan Magnitudo 7,4 (sebelumnya dilaporkan Magnitudo 7,5) -- tercatat sebagai gempa terkuat dalam 25 tahun terakhir di negara tersebut.
Gempa mengguncang pada Rabu (3/4) pagi saat orang-orang bersiap untuk berangkat kerja dan masuk sekolah. Pusat gempa dilaporkan ada di lepas pantai timur Taiwan, dekat dengan wilayah Hualien yang sebagian besar merupakan area pedesaan dan berpenduduk jarang.
Gedung dan bangunan juga berguncang hebat di Taipei, namun kerusakan dan gangguan di ibu kota Taiwan itu tidak terlalu parah.
Kerusakan besar terjadi di Hualien dengan puluhan gedung ambruk atau dalam kondisi miring akibat gempa, yang menjadikannya tidak aman untuk ditinggali. Orang-orang dilaporkan terjebak di dalam gedung yang ambruk atau miring tersebut.
Departemen Pemadam Kebakaran Taiwan melaporkan jumlah korban luka saat ini mencapai 1.038 orang. Sekitar 48 orang lainnya, termasuk 42 pekerja hotel, dilaporkan masih hilang hingga saat ini.
Pusat komando penanggulangan bencana mengatakan pada Rabu (3/4) malam bahwa upaya pencarian terhadap puluhan pekerja hotel itu menjadi fokus utama. Para pekerja hotel itu menghilang dalam perjalanan ke tempat mereka bekerja di area Ngarai Taroko, sebuah taman nasional.
Otoritas setempat berencana mengerahkan drone dan helikopter untuk membantu upaya pencarian, dan menerjunkan pasokan jika mereka ditemukan.
Beberapa orang lainnya yang terjebak telah secara bertahap ditemukan dan dievakuasi ke tempat yang aman. Pada Kamis (4/4) waktu setempat, sebuah helikopter berhasil menyelamatkan enam orang yang terjebak di area tambang setempat.
Jalur kereta api menuju ke Hualien juga telah dibuka kembali pada Kamis (4/4) waktu setempat, meskipun ada satu stasiun di area pedesaan bagian utara yang masih ditutup karena mengalami kerusakan.
Di kota Hualien, upaya penyelamatan terhadap orang-orang yang terjebak di dalam bangunan ambruk telah selesai dilakukan. Beberapa orang terpaksa tidur di luar bangunan sepanjang malam karena puluhan gempa susulan terus mengguncang di area tersebut.
Salah satu warga setempat bermarga Yu (52) menuturkan dirinya mengungsi di sebuah tenda didirikan di lapangan olahraga di tempat penampungan sementara karena terlalu takut untuk tidur di dalam apartemennya yang berantakan.
"Gempa susulan sangat mengerikan. Ini tanpa henti. Saya tidak berani tidur di rumah," ucapnya.


Bukan gempa biasa
Memasuki tahun keempat sebagai mahasiswa di National Dong Hwa University, Cladwin Aurelliano (21), sudah terbiasa dengan gempa yang kerap terjadi di Hualien, Taiwan.
"Hualien itu memang sebenarnya rawan gempa. Walaupun [terjadi] kasur gerak-gerak [atau] lemari bersuara itu sudah biasa," tutur Cladwin kepada BBC News Indonesia via Zoom.
Meski sudah terbiasa dengan gempa "skala 4 sampai 5 skala Richter", Cladwin mulai merasa ada yang janggal sewaktu gempa terjadi.
"Barang-barang di atas lemari [sampai] berjatuhan, air dari teko juga bertumpahan di lantai. Ini gempanya bukan gempa biasa."
Pemuda asal Medan itu adalah salah satu mahasiswa asal Indonesia di Universitas Dong Hwa yang terkena dampak gempa. Dia memperkirakan ada sekitar 100 WNI yang bersekolah di kampus itu.
Kepada BBC News Indonesia, Cladwin menyebut gempa susulan masih terjadi dari pukul 08.00 hingga pukul 17.00 waktu setempat. Pihak kampus meminta para mahasiswa untuk berkumpul di depan asrama sesuai pelatihan hingga kira-kira pukul 12.00 siang. Mereka kemudian diperbolehkan kembali ke kamar masing-masing untuk mengecek barang-barang dan melaporkan kerusakan.
"Dari pemerintah: air tidak bisa digunakan sampai 11.30 malam hari waktu Taiwan. Tapi enggak tahu [airnya] diberhentikan atau memang rusak," ujar Cladwin yang menyebut gempa susulan masih terasa bahkan saat wawancara dengan BBC News Indonesia berlangsung.
Cladwin mengaku selain gempa susulan, para mahasiswa cukup was-was karena salah satu gedung di kampus mereka yang menjadi pusat laboratorium untuk bidang kimia, fisika, dan biologi dilanda kebakaran. BBC News Indonesia belum bisa memverifikasi apakah kebakaran tersebut dipicu gempa atau insiden yang tidak berkaitan dengan gempa.
Menurut Cladwin, sudah ada tiga atau empat mobil pemadam kebakaran yang tiba. Namun, hingga saat wawancara berlangsung pada Rabu sore, api masih belum bisa dipadamkan.
"Semua harus siap-siap evakuasi apabila terjadi ledakan. Karena kebakaran awalnya di lantai 4, dan lantai 3 itu katanya ada bahan-bahan yang rawan bisa terjadi ledakan. Jaraknya cukup jauh dari asrama kami," ujar Cladwin.
Cladwin mengaku tidak tahu kapan fasilitas kampusnya diperbaiki salah satu yang paling terasa adalah pemanas air di setiap lantai juga rusak karena gempa.
"Untuk sekarang, [kami] cuma bisa beritahu [bahwa kami] masih baik-baik saja. Belum ada kebutuhan mendadak atau apa. Doakan keselamatan di Hualien," paparnya. (**)



Baca Juga:
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Gempa Taiwan Tewaskan 12 Orang, Tim Penyelamat Hadapi Ancaman Longsor
komentar
beritaTerbaru