Minggu, 05 Mei 2024

Pemerkosaan Jadi ˋBagian Kehidupan Normalˊ di Korut

* Presiden Korsel: Kim Jong-Un Segera Kunjungi Seoul
- Jumat, 02 November 2018 20:28 WIB
354 view
New York (SIB) -Laporan terbaru Human Rights Watch (HRW) menunjukkan meluasnya praktik kekerasan seksual oleh para pejabat Korea Utara (Korut) terhadap kaum wanita di negara tersebut. Banyak pejabat Korut yang melakukan pemerkosaan dan kekerasan seksual tanpa pernah dihukum. Laporan setebal 98 halaman yang dirilis HRW, Kamis (1/11), disusun selama lebih dari dua tahun terakhir. Laporan ini didasarkan pada wawancara dengan 50-60 korban kekerasan seksual yang berhasil kabur dari Korut.

Laporan HRW itu mengungkapkan dunia penuh penindasan di Korut dengan para pejabat, mulai dari polisi, sipir penjara hingga pejabat pengawas pasar sama sekali tidak menghadapi konsekuensi apa pun atas tindakan bejat mereka memperkosa dan melecehkan kaum wanita secara rutin. "Kontak seksual tak diinginkan dan kekerasan seksual sangat umum di Korea Utara sehingga harus diterima sebagai bagian dari kehidupan normal," sebut laporan terbaru HRW tersebut.

Direktur Eksekutif HRW, Kenneth Roth, menyebut kekerasan seksual di Korut menjadi 'rahasia umum, tidak pernah ditanggapi dan ditoleransi secara luas'. "Wanita Korea Utara mungkin akan mengatakan 'Me Too' jika mereka berpikir ada acara untuk mencari keadilan, tapi suara mereka dibungkam oleh kediktatoran Kim Jong-Un," sebut Roth dalam pernyataannya.

Korut yang selama ini dituding melakukan pelanggaran HAM secara luas oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), merupakan negara yang sangat menjunjung tinggi hierarki dan patriarki. Kebanyakan pembelot dan pedagang di pasar-pasar Korut adalah wanita.

Kebanyakan wanita Korut memang memiliki kebebasan untuk bepergian dibandingkan kaum pria, karena mereka tidak terikat pada tugas negara. Namun setiap wanita Korut yang ketahuan kabur ke China atau mereka yang dipulangkan dari negara tetangga, akan menghadapi hukuman sangat berat termasuk penyiksaan, dijebloskan ke penjara dan mengalami kekerasan seksual.

"Setiap malam, beberapa wanita akan dipaksa pergi dengan seorang penjaga dan diperkosa," tutur salah satu wanita Korut berusia 30 tahun yang menjadi korban kekerasan seksual saat ditahan di pos perbatasan. "Setiap malam, seorang sopir penjara akan membuka sel. Saya berdiri dengan tenang, bersikap seolah-olah tidak peduli, berharap agar itu bukan saya," imbuhnya.

Setiap wanita Korut yang menjadi pedagang dan kedapatan menyelundupkan barang dari perbatasan China, akan dipaksa membayar 'suap' termasuk dalam bentuk jasa seksual. Mereka yang meminta suap termasuk manajer perusahaan milik negara dan petugas penjaga di pasar, jalanan dan pos keamanan, hingga polisi, jaksa, tentara dan petugas pemeriksa rel kereta api.

Laporan HRW menyebut, konsep pemerkosaan dipahami berbeda di Korut. Yang dipahami sebagai pemerkosaan adalah jika melibatkan kekerasan. Salah satu wanita Korut yang pernah bekerja sebagai pedagang kain menceritakan kisahnya diperlakukan seperti 'mainan seks' oleh para pejabat di sana. "Pada hari-hari saat mereka ingin melakukannya, penjaga pasar atau polisi meminta saya mengikuti mereka ke sebuah ruangan kosong di luar pasar, atau sejumlah lokasi lain yang mereka pilih (untuk kontak seksual)," sebutnya. "Itu terjadi begitu sering sehingga tidak seorangpun yang menganggapnya persoalan besar," imbuhnya.

Praktik pemerkosaan dan kekerasan seksual tidak pernah mendapat perhatian serius dari pemerintah Korut. Beberapa korban pemerkosaan dan kekerasan seksual di Korut bahkan menuturkan bagaimana mereka diusir dari kampus atau dipukuli dan ditinggalkan suami mereka karena dianggap mempermalukan sekolah atau keluarga mereka. "Ini bukan isu yang mengancam rezim. Itulah kenapa ini mengerikan karena pemerintah tidak melakukan apapun untuk mencegah kekerasan seksual oleh para pejabat mereka," sebut Roth.

Segera Kunjungi Seoul
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un disebut akan segera berkunjung ke Seoul, Korea Selatan (Korsel). Rencana kunjungan bersejarah Kim Jong-Un ini diumumkan Presiden Korsel Moon Jae-In di tengah mandeknya perundingan nuklir antara Korut dan Amerika Serikat (AS), sekutu Korsel.

Dalam pertemuan ketiga antara Moon dan Kim Jong-Un pada September lalu, kedua pemimpin menyepakati bahwa Kim Jong-Un akan mendatangi Seoul 'dalam waktu dekat' tanpa memberikan waktu pasti. Dalam pernyataan terbaru, Moon mengindikasikan bahwa kunjungan Kim Jong-Un ke Seoul kemungkinan akan dilakukan tahun ini.

Di hadapan anggota parlemen Kosel pada Kamis (1/11) ini, Moon menyebut Semenanjung Korea mendekati 'garis awal bersejarah' untuk perdamaian. Dia merujuk pada rencana kunjungan Kim Jong-Un ke Rusia dan rencana kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Korut.

"Tampaknya kunjungan Ketua Kim Jong-Un ke Rusia dan sebuah kunjungan ke Korea Utara oleh Presiden (China) Xi Jinping akan terjadi segera," sebut Moon, sembari menambahkan bahwa terbuka kemungkinan untuk pertemuan antara Kim Jong-Un dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. "Ketua Kim Jong-Un kunjungan balasan ke Seoul akan terjadi segera," imbuh Moon.

Hal ini disampaikan saat upaya-upaya perundingan antara Korut dan AS mengalami perlambatan. Diketahui bahwa dalam pertemuan bersejarah antara Kim Jong-Un dan Presiden AS Donald Trump pada Juni lalu, disepakati upaya denuklirisasi. Namun perkembangannya hingga kini sangat kecil.

Pekan ini, Departemen Luar Negeri AS menyebut bahwa otoritas AS dan Korsel akan membentuk kelompok kerja baru untuk memperkuat koordinasi. Dituturkan Moon di hadapan anggota parlemen Korsel bahwa pertemuan puncak kedua antara Kim Jong-Un dan Trump sudah 'ada di depan mata'. "Sekarang Korsel, Korut dan Amerika Serikat akan mencapai denuklirisasi sepenuhnya dan perdamaian abadi di Semenanjung Korea," sebutnya. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam pernyataan terpisah menyebut pertemuan selanjutnya antara Trump dan Kim Jong-Un 'diharapkan akan digelar awal tahun depan'. (Detikcom/l)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Sat Lantas Polrestabes Medan Gelar Polsanak dan Dihadiri Puluhan Anak-anak
LSPDK Sumut: Periksa dan Usut Tuntas Proyek Multiyears Rp 2,7 T di Sumut
PH Warga Kampung Kompak: Kita Lawan Secara Hukum Mafia Tanah dan Preman
23 Siswa SMAN 1 Medangderas Batubara Diterima di Berbagai PTN
Lakalantas Mobil Angkutan Umum dengan Sepeda Motor di Pematangsiantar, 1 Tewas
ToTK Berakhir, Bupati Samosir Bersama Wagup Berikan Hadiah Para Pemenang
komentar
beritaTerbaru