Rabu, 06 November 2024

Konflik Sektarian di Afrika Tengah Tewaskan 75 Orang

- Rabu, 05 Februari 2014 15:34 WIB
604 view
Konflik Sektarian di Afrika Tengah Tewaskan 75 Orang
SIB/Ap Photo
Seorang prajurit militer Prancis menghalau para penjarah di distrik Miskin, Bangui, Afrika Tengah, Selasa (4/2). Meski pasukan Prancis ikut dalam pengamanan, namun konflik Sektarian di negara benua Afrika tersebut terus berlangsung, dan yang terbaru dilap
Afrika (SIB)- Bentrokan sektarian di kota Boda, Republik Afrika Tengah, Selasa (4/2) telah menewaskan 75 orang, kata seorang Imam Katolik setempat. Paderi Cassien Kamatari mengatakan bantuan diperlukan untuk menghentikan kekerasan antara Muslim dan Kristen.

Mayoritas korban tewas adalah umat Nasrani, kata Paderi Kamatari. Ia tidak mengetahui berapa banyak korban tewas yang beragama Islam karena mereka langsung dimakamkan. Ada laporan mengenai serangan balasan sejak banyak pejuang Muslim mundur dari ibukota Bangui bulan lalu.

Mereka melakukan hal itu menyusul pengunduran diri Presiden Interim Michel Djotodia. Koresponden mengatakan meski situasi keamanan di Bangui meningkat sejak kedatangan pasukan penjaga perdamaian, kekerasan di utara dan barat negara itu terus terjadi. "Daripada hanya memikirkan Bangui saja, orang harus memikirkan apa yang terjadi di pedesaan karena apa yang kami alami di sini mengerikan," kata Paderi Kamatari.

Ia mengatakan kekerasan dimulai ketika Muslim bersenjata membangun barikade di jalan masuk dan keluar kota, sekitar 100 km di barat Bangui dan mulai menyerang pemeluk agama Kristen. "Sedikitnya 60 orang tewas dan banyak orang lainnya terluka, 15 orang lainnya meninggal karena luka-luka yang mereka alami," kata dia.

Paderi Kamatari mengatakan ia meminta bantuan pasukan Prancis dan Uni Afrika, tapi tidak mendapat respon. Parokinya kini menampung 1.500 orang yang berusaha menyelamatkan diri dari kekerasan. Prancis yang dulu menjajah negara itu, mengirim 1.600 tentara dan bekerja sama dengan 4.000 orang tentara dari negara-negara Afrika. Namun PBB bulan lalu mengatakan perlu sedikitnya 10.000 orang tentara untuk mengakhiri kekerasan tersebut. (BBC/W)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru